DREAMERS.ID - Hubungan penggunaan media sosial dengan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi memang sudah menjadi perhatian di dunia kesehatan. Namun, sebuah studi oleh para peneliti dari Texas State University yang mendalami hal itu lebih jauh menemukan bahwa beberapa perilaku bermediasosial ternyata sangat terkait dengan depresi.
Peneliti menganalisa perilaku online 500 siswa yang secara rutin menggunakan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Snapchat. Mereka juga meminta partisipan mengisi kuis tentang apakah mereka memiliki gejala depresi berat, serta apa yang menurut mereka menarik dari media sosial.
Melansir dari Kompas, para peneliti kemudian menemukan bahwa gejala depresi ditunjukkan oleh mereka yang memiliki kebiasaan menggunakan media sosial seperti berikut:
1. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain
Menggunakan media sosial untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang mereka anggap lebih baik dari mereka. Para peneliti menilai, kebiasaan ini muncul karena kegagalan mereka untuk menyadari bahwa seseorang sering menunjukkan kesempurnaan dirinya, bukan citra realitasnya saat bermedsos.
Baca juga: Apple Kembangkan Fitur Baru untuk Mendeteksi Depresi di iPhone
2. Kecanduan3. Tidak suka di-tag
Merasa terganggu jika mereka di-tag pada sebuah foto yang menunjukkan tampilan mereka kurang menarik.
4. Jarang mengunggah video atau foto diri bersama dengan orang-orang lain
Para peneliti percaya, alasan mereka jarang mengunggah video atau foto diri mereka bersama yang lain adalah karena depresi seringkali mengisolasi seseorang dari kehidupan sosial.
Studi tersebut belum dipublikasikan secara formal saat Cosmopolitan mengutipnya, namun telah dipresentasikan pada pertemuan tahunan Association for Psychological Science di San Francisco. Penelitian tersebut memberikan indikasi pola perilaku yang mengakibatkan depresi.
Meski begitu, temuan ini belum menjelaskan apakah kebiasaan di medsos memicu langsung serangan penyakit mental. Anthony Robinson, peneliti sekaligus siswa Psikologi di Texas State University, menjelaskan manfaat dari penemuan ini. "Ketika orang mengetahui perilaku tersebut, mereka akan lebih peduli. Apakah mereka atau seseorang yang mereka kenal mengalami gejala depresi demikian," ujar Robinson.
(fzh)