DREAMERS.ID - Suasana di Semenanjung Korea semakin panas dengan perseteruan antara Korea Utara yang mengklaim siap dengan senjata nuklirnya, dan Amerika serikat dengan sederet provokasinya membuat prediksi perang nuklir bergulir hebat.
Meski Indonesia tidak memiliki kepentingan mau pun konflik, namun bisa terkena dampak resiko perang nuklir. Lalu bagaimana dengan kemampuan persenjataan negara alias alatutama sistem persenjataan atau Alutsista Indonesia?
Melansir Viva, Alutsista yang dimiliki Indonesia belum maksimal. Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan, Laksamana Muda TNI, Amarulla Octavian berharap, anggaran untuk Alutsista TNI ditingkatkan. Karena rancangan anggaran sampai 2024 belum memperhitungkan skenario perang nuklir.
“Makanya, jika sekarang ini dianggap penting, ya tambahkan anggaran sedikit untuk TNI, khususnya untuk pertahanan anti nuklir. Itu kan bisa diambil 1,5 persen dari 20 persen dana pendidikan, atau bisa juga dari dana e -KTP mungkin,” katanya sambil tersenyum.
“Intinya, bagaimana negara menyelamatkan uang dan kemudian untuk mengalakosikan ke pertahanan itu penting. Karena jika tidak, apa yang kita bangun sia-sia, jika ditembak nuklir. Seberapa pun mahalnya, harus kita miliki,”
Karena bagaimana pun, tidak ada suatu konflik atau perang di suatu wilayah yang tidak berdampak pada Indonesia. Apa lagi Korut mengancam mengarahkan nuklirnya ke beberapa negara dan bisa saja mengarah ke Selatan.
Baca juga: Korea Utara Kutuk Keras Amerika yang Gunakan Hak Veto Tolak Gencatan Senjata di Gaza
“Tetapi, begitu Korut ngeluarin nuklir, ya kita yang bahaya. Jumlah prajurit dia lebih banyak, tetapi kualitas pasukan kita dinilai banyak pihak lebih baik. Contohnya, kita 16 tahun juara nembak, sedangkan tentara Korut belum pernah,” kata Amarulla.Ada pula perhitungan perlindungan dari nuklir. Amarulla mengatakan jika TNI harus memiliki konsep perlindungan untuk dan oleh masyarakat, salah satunya adalah menyiapkan bunker.
“Kita cuma punya waktu berlindung 16 menit, itu dari kalkulasi kita (TNI). Dan, apakah arahnya (rudal) ke Amerika, atau ke mana kita enggak tahu. Kecepatan rudal itu hampir di atas dua kali kecepatan suara. Ya, untuk masyarakat sembunyi, kalau TNI menghadang dengan pesawat,” katanya.
“Jadi, dalam hubungan internasional bahasa itu ada konsekuensinya terhadap militer. TNI harus siap. Posisi kita ingin menjaga hubungan baik dengan Korut, namun juga menjaga perdamaian dunia. Kalau ada masalah atau perang, dampaknya kan ada pada kita. Kita berharap, meredakan tensi dengan diplomasi pertahanan.”
Namun yang terbaik tetap pendekatan secara diplomasi kepada Korea Utara agar terbuka mengizinkan Indonesia dan TNI mengkroscek kondisi di sana. Hal ini untuk menjawab keraguan apa benar Korut memiliki nuklir atau hanya untuk menggertak Amerika.
“Kita berharap Korut mau berdialog lagi. Sekarang ini kan satu forum kerja sama antarmereka itu berhenti sejak 2009. Ini penting, karena dalam hubungan internasional putusnya komunikasi itu berbahaya. Di sini pentingnya agar Korut mau duduk bersama berdialog lagi,” timpal Amarulla.
(rei)