DREAMERS.ID - Entah apa yang ada di balik keputusan Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar dari Ibu Kota sebelumnya di Tel Aviv ke kota 3 agama itu. Sejumlah pendapat menilai jika ia tengah melaksanakan janji kampanye, membuat pendukungnya yang pro-Israel puas.
Namun di sisi lain, banyak pihak menilai jika keputusan ini memberi efek ‘berbahaya’ bahkan memicu perang dan mengancam keamanan dunia. Dan ini bukan yang pertama kali Trump mencari musuh dalam manuver politiknya.
Termasuk negara-negara Arab yang murka dan menentang keputusan Doanld Trump tersebut. Contohnya adalah Raja Abdullah dari Yordania yang mengatakan hal tersebut menghalangi upaya perdamaian Israel-Palestina.
Lebih keras, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam akan memutuskan hubungan dengan Israel. Sementara Raja Salman dari Arab Saudi mengatakan keputusan Trump mampu memprovokasi Muslim di seluruh dunia, yang diamini oleh diplomat Palestina untuk Inggris, Manuel Hassassian.
"Donald Trump sedang menyulut perang di Timur Tengah. Ia mendeklarasikan perang terhadap 1,5 miliar Muslim dan ratusan juta umat Nasrani yang tak akan menerima kota suci itu berada di bawah hegemoni Israel," kata Hassassian.
Baca juga: Angka Fantastis Dari Penggalangan Dana Fans Taylor Swift Untuk Capres AS Kamala Harris
Dari dalam negeri, Gerakan Pemuda (GP) Ansor juga mengatakan hal yang serupa yang meyakini tindakan tersebut berpotensi memperkeruh perdamaian dan memicu perang dunia ke-3."Mengecam keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibukota dan akan memindahkan Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Yerusalem akan menciptakan instabilitas dan berpotensi besar menimbulkan kerusakan peradaban manusia, tidak hanya di kawasan Timur Tengah, namun juga di seluruh belahan dunia lainnya," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/12).
"Bukan tidak mungkin, tindakan konyol Donald Trump ini dapat memicu Perang Dunia ke-3," sambungnya.
Menurut Yaqut, langkah Trump itu menghancurkan proses perdamaian kedua negara yang telah konflik beberapa dekade karena memicu dan rawan isu agama. Yaqut pun mendesak pemerintah RI untuk menolak keputusan Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
"Langkah Donald Trump tersebut telah merobek-robek proses perdamaian antara Israel dan Palestina. Tindakan pemindahan ibukota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem sangat berpotensi menjadi isu agama yang sangat sensitif karena Yerusalem adalah Kota Suci bagi tiga agama dunia," paparnya.
(rei)