DREAMERS.ID - Tak terima anaknya ‘dirusak’ karena penganiayaan sadis sekelompok teman, ibu dari korban berinisial A yang dibully hingga mandi darah angkat bicara. Peristiwa yang terjadi di daerah Busan itu menarik perhatian masyarakat Korea Selatan yang gempar melihat pelajar SMP tega menganiaya temannya sendiri.
“Tapi polisi tidak mengambil tindakan apa pun. Aku kira mudah bagi polisi untuk berpikir tentang insiden pelajar yang mengerikan,” kata Yang, ibu dari A (14) yang jadi korban sadis penganiayaan. “Beberapa bulan lalu, anakku dihajar oleh penyerang dan polisi mengetahuinya,”
“Kami sudah tahu hukuman yang akan diberikan itu lemah. (Tapi) aku harap hukum (yang meringankan) anak-anak dihapuskan dan (pelaku) dihukum sesuai dosanya kepada teman pelajarnya,” lanjut sang ibu.
Baca juga: Bunuh Diri Masih Menjadi Penyebab No. 1 Kematian Anak Muda Korea
Namun pihak kepolisian memberi alasan ‘lemah’ mengapa mereka tidak mengambil tindakan sejak penganiayaan pertama karena sang korban tidak datang lagi untuk membuat laporan luka-luka yang diterima ke kantor polisi serta untuk keperluan pemeriksaan lebih lanjut.Pembiaran ini yang membuat masyarakat Korea Selatan marah dan ramai-ramai mengajak untuk membuka mata akan hukum anak-anak yang dianggap merugikan korban. Setelah berita ini jadi pembicaraan, lebih dari 43 ribu netizen menandatangani petisi yang muncul di website resmi Istana Kepresidenan.
Mereka meminta kepolisian untuk menuntut para pelaku sekaligus permintaan pembatalan hukum pidana anak-anak untuk memberatkan hukuman terhadap pelaku kekerasan dalam lingkup remaja dan anak-anak.
Sebelumnya, ramai pemberitaan penganiayaan seorang anak berusia 14 tahun oleh sekelompok pelajar lainnya hingga babak belur dan berdarah-darah. Motifnya pun dianggap sepele, hanya karena korban mengangkat telepon kekasih sang pelaku.
(rei)