DREAMERS.ID - Kehadiran gerbong khusus wanita di kereta commuter line memang mendapat sambutan yang sangat baik dari para kaum hawa. Tak hanya menimbulkan rasa aman, penumpang juga tidak perlu merasa risih karena harus berdesak-desakan dengan lawan jenis.
Namun di samping kebaikannya, berbagai cerita juga mewarnai perjalanan di KRL gerbong khusus wanita pada jam sibuk, termasuk pertengkaran dua orang wanita yang saling jambak dan akhirnya menjadi viral beberapa waktu lalu.
Tak sedikit juga yang menyebut jika penumpang di gerbong khusus wanita ini cenderung lebih ‘ganas’ jika dibandingkan dengan gerbong umum. Menurut psikolog Ajeng Raviando, mengingat seluruh penumpang adalah sesama wanita kadang timbul perasaan setara yang bisa meningkatkan kemungkinan friksi karena tidak ada yang mau mengalah.
Baca juga: Catat, TransJakarta dan MRT Hanya Jalan Sampai Jam 8 Malam Mulai Hari Ini
Setiap orang merasa mempunyai hak sama untuk bisa duduk nyaman di gerbong itu, tak peduli apakah ada orang lain yang punya kebutuhan khusus seperti hamil, membawa anak, lanjut usia atau sakit dan tidak kuat berdiri lama.Ketika pergi dan pulang dengan kereta penuh perjuangan di mana jumlah penumpang dan gerbong tidak sebanding, setiap orang pasti merasa lelah dan stres, apalagi bila terhimpit di gerbong padat yang sumpek itu terjadi setiap hari. "Karena sudah terjadi rutin, pada akhirnya mengikis empati individu," kata Ajeng, mengutip Antara, Kamis (18/5).
Sementara menurut Juneman Abraham, psikolog sosial dari Universitas Bina Nusantara, menjelaskan fenomena perilaku agresif di gerbong wanita disebabkan oleh persaingan antarperempuan. "Persaingan dalam konteks ini bermakna perjuangan untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas, baik sumber daya fisik (makanan, tempat) maupun sumber daya psikologis atau emosional (cinta) dan sosial (status, kedudukan),' tulisnya melalui surel.
Sosiolog Nia Elvina berpendapat akar masalah dari fenomena ini adalah pelayanan transportasi publik yang masih buruk. Jumlah gerbong yang tidak bisa menampung jumlah penumpang memicu orang bersikap tidak manusiawi.
(fzh)