DREAMERS.ID - Beberapa waktu yang lalu, netizen Indonesia dihebohkan dengan video bunuh diri seorang pria yang disiarkan lewat situs jejaring sosial Facebook. Psikolog pun menilai kasus ini sebagai bentuk peringatan bagi masyarakat untuk tidak meremehkan stres atau depresi.
Psikolog Livia Iskandar mengatakan ada beberapa hal yang bisa mengindikasi mengapa seseorang bunuh diri dan dipertontonkan di media sosial. Salah satunya, orang tersebut ingin orang lain memperhitungkan kasus dia. "Bisa jadi saat ia stres atau depresi, tapi orang lain tidak peduli," kata Livia, mengutip CNN Indonesia.
Menurut Livia, lingkungan juga bisa menjadi faktor pemicu seseorang bunuh diri di media sosial. Ketika lingkungan terdekat seperti keluarga dan teman tidak peduli akan stres yang dirasakan seseorang, maka dapat membuat dia kehilang harapan.
Baca juga: Stres Picu Si Positif COVID-19 Ingin Tularkan Virus ke Orang Lain?
Sementara faktor lainnya bisa berasal dari diri sendiri. Livia mengibaratkan stres sebagai flu yang bisa dialami setiap orang. Orang perlu belajar untuk mempersepsi atau mengolah rasa stres. "Ada hal yang bisa kita kendalikan, ada juga yang tidak. Hal-hal yang di luar kendali, itulah yang mesti dilepas," kata Livia.Faktor genetika pun bisa memicu bunuh diri. Livia mengatakan riwayat bunuh diri dalam keluarga dapat membuat anggota keluarga tersebut menjadi lebih rentan melakukan hal yang sama.
Selain itu, ia menuturkan generasi saat ini cenderung rentan mengalami stres dan depresi akibat gaya hidup yang serba instan dan mudah. Sehingga, ketika menghadapi sebuah masalah, kadang penyelesaian secara instan dianggap lebih baik.
Untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan pada orang penderita stres dan depresi, Livia mengatakan lingkungan harus mengenali gejala atau tanda yang ada salah satunya adalah perubahan perilaku. Livia menjelaskan orang yang biasanya ceria lalu mendadak murung atau kehilangan minat terhadap kegiatan yang disukai termasuk gejala stres dan depresi.
(fzh)