DREAMERS.ID - Menyambut Tahun Baru China atau kerap dikenal dengan Imlek, memang kurang meriah tanpa disajikannya sederet menu khas perayaan ini. Salah satu menu yang kerap disajikan saat Imlek adalah sup sirip hiu. Meski sudah menjadi tradisi, namun hingga saat ini penyajian dari sup ini masih menuai pro dan konta.
Melansir Sharktruth, sup sirip hiu yang disajikan saat perayaan tahun baru China atau imlek memiliki filosofi sebagai lambang kekayaan. Sup sirip hiu memiliki tekstur yang kental, berwarna bening dan putih serta memiliki rasa yang gurih dan sedap dimakan saat masih hangat.
Secara tradisinal sup ini dibuat dari sirip hiu yang disuwir menjadi lembaran mirip benang yang kemudian dimasak bersama campuran daging ayam dan kaldu ham. Sebenarnya, ada beberapa versi dalam meyajikan sup ini, seperti ada sup yang menyuguhkan bentuk sirip utuh, namun harganya menjadi sangat mahal.
Baca juga: Fenomena Hiu Bergerombol di Pinggir Pantai Nusa Dua Bali Hebohkan Warga
Meski kepercayaan menyantap sup sirip hiu ini telah turun-menurun dipercaya masyarakat keturunan Tionghoa, ternyata makanan ini bukanlah sajian yang wajib dihidangkan saat Imlek. Seorang pakar budaya dan kuliner dari Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia, Aji 'Chen' Bromokusumo bahkan secara tegas menepis hal tersebut.Menurutnya, hidangan Imlek harus mewakili tiga unsur, yakni udara, darat dan air. Dari unsur air bisa diwakili dengan ikan tetapi tidak wajib pada satu jenis ikan tertentu. Selain itu, meski berdarah Tionghoa, dengan tegas Aji mengatakan dan menyatakan dirinya termasuk yang mendukung Imlek sanpa sajian sup sirip hiu.
"Unsur dari air bisa diwakili ikan jadi tidak harus sirip hiu, bisa diganti dengan bandeng yang justru filosofinya lebih baik dan bisa dihadirkan utuh untuk menunjukkan rasa syukur dan harapan untuk kelancaran di masa depan. Saya sepakati Imlek bebas hiu" lanjut Aji, dikutip dari Okezone.
(nnd)