DREAMERS.ID - Pihak kepolisian berhasil menggagalkan rencana makar yang dilangsungkan pada saat aksi demo 2 Desember lalu. Pada dini hari, polisi lalu menangkap sejumlah tokoh masyarakat seperti Ratna Sarumpaet hingga Rachmawati yang diduga terlibat dalam makar dan dicurigai akan menduduki DPR.
Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dirinya dan tim sudah mencium gelagat mereka dari informasi intelijen yang diperolehnya. Beberapa kali pertemuan kelompok tersebut nyatanya tak lepas dari pantauan aparat. Ia pun mengungkapkan kronologi penangkapan mengapa timnya tidak menangkap mereka beberapa hari sebelum aksi 2 Desember. Hal tersebut dikhawatirkan kalau kelompok makar ini bisa memutarbalikan fakta.
"Kita lakukan penangkapan kenapa tidak sehari, dua hari, tiga hari sebelumnya, karena ini akan dipelintir kemudian di media sosial. Bapak-bapak paham betul kekuatan media sosial," kata Tito dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR, Senin (5/12) melansir Merdeka.
Baca juga: Mulai Baju Dikeluarin Sampai Polisi Buncit Jadi Bahasan Rapat Kapolri-DPR Komisi III
Menurutnya, media sosial memiliki potensi besar untuk mempengaruhi opini publik dalam merespons penangkapan tersebut. Dia juga menegaskan sudah memiliki barang bukti, dan menolak jika dikatakan penangkapan hanya karena kelompok ini melakukan kritik keras ke pemerintah.Selain penangkapan, Tito juga menyiapkan skema mulai dari rute demo sampai speaker untuk orasi. Sejak awal pihaknya tegas menolak pendemo sampai di Thamrin dan Sudirman. Alasannya, karena kelompok makar ingin membelokkan ratusan ribu massa yang tergabung dalam GNPF untuk menduduki gedung DPR dan MPR. Tito menjelaskan, pernyataan Polri soal makar bukan ditujukan kepada GNPF yang menuntut penegakan hukum terhadap Basuki T Purnama ( Ahok).
"Kami tahu Anda, kira-kira begitu, tolong hentikan, jangan manfatkan massa GNPF yang murni ingin proses hukum terhadap saudara Basuki. Polri komit untuk proses hukum itu sudah kita buktikan," tutur dia.
Polri lalu membangun dialog dengan massa GNPF. Sebab, Tito mengaku tahu bagaimana cara kelompok makar ingin tunggangi massa GNPF. Speaker sebagai magnet utama bagi demonstran, oleh karena itu dipusatkan pada panggung utama untuk menghindari provokator yang berpotensi memanaskan situasi dan membuat kericuhan.
Magnet kedua yang dapat menarik perhatian peserta aksi adalah panggung. Karena itulah Polri harus berada di atas panggung untuk memastikan aksi berjalan damai dan tertib sesuai kesepakatan. Tito juga menjelaskan alasan Polri mengeluarkan maklumat kepada perusahaan otobus (PO) di daerah-daerah di Indonesia untuk tidak memfasilitasi pemberangkatan massa. Meski sempat dilema membuat keputusan tersebut. akhirnya, Tito beranggapan, ada pertimbangan yang lebih penting, yakni, Polri akan melanggar UU Ketertiban Umum jika tidak mengeluarkan maklumat itu.
Untuk itu, Tito mengeluarkan maklumat agar tidak mengakomodasi pendemo untuk berangkat ke Jakarta. Upaya ini pun telah dikoordinasikan dengan pihak panitia aksi yaitu Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI.
(dits)