DREAMERSRADIO.COM - Gelaran musik tahunan gagasan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Music Gallery kembali digelar untuk edisi kelimanya pada Sabtu (14/3) kemarin. Bertempat di Mall Gandaria City, Jakarta, sejumlah musisi tampil menghibur dengan penonton yang selalu memenuhi area di dua panggung yang berbeda.
Aksi punk rock shoegaze asal Jakarta, Jirapah jadi yang pertama kami saksikan di Pertamina Stage yang berada di area Skeeno Hall sekitar pukul 4 sore. Musik yang sarat distorsi disajikan dengan bersemangat oleh Jirapah setelah sebelumnya ada Bookstore Club, Selimut Cokelat dan Circarama yang tampil tenang di panggung tersebut.
Bergeser ke Nescafe Stage yang terletak di area Piazza Gandaria City, band rock Monkey To Millionaire menghentak dengan beberapa lagu jagoan mereka dibuka dengan ‘Humiliation’, ‘Tanpa Hati’, hingga hit yang sangat dikenal di masanya, ‘Fakta & Citra’.
Jelang maghrib, di panggung yang sama juga hadir band Ramayana Soul dan MMS yang juga diisi oleh salah satu personel Jirapah. Sementara empat lantai di atas, band bentukan gitaris Iga Massardi, Barasuara tampil di hadapan penonton yang semakin padat.
Seperempat jam usai Barasuara tampil, giliran SORE yang menguasai panggung dan menghipnotis penonton dengan lagu-lagu andalan mereka seperti ‘Setengah Lima’, ‘8’, ‘Mata Berdebu’, hingga ditutup dengan sebuah nomor andalan mereka, ‘Ssstt..’.
Penonton masih tidak mau beranjak dari Skeeno Hall usai SORE tampil karena setelahnya hadir sebuah band asal Bekasi yang sudah tampil di berbagai macam festival musik internasional, Trees And Wild. Dibuka dengan nomor yang cukup gelap, Trees And Wild jadi sajian musik berkualitas berikutnya malam tadi.
Kembali melirik ke area Piazza, kali ini ada kibordis eks personel SORE, Mondo Gascaro yang tampil dengan proyek solo terbarunya. Menghadirkan beberapa pemain trumpet, kalrinet hingga saksofon, Mondo menyajikan musik yang megah dari balik kibordnya. Sebuah pemandangan seru terjadi ketika para personel SORE ikut turun menyaksikan Mondo di area yang sama setelah mereka menuntaskan penampilannya tadi.
Usai Mondo, dua band terakhir di area Piazza terhitung sebagai band ‘tenang’ karena mereka tampil dengan format akustik dan membawakan lagu-lagu yang cenderung sendu dengan tema-tema yang melankolis. Band asal Bandung Banda Neira membuka setnya dengan lagu ‘Esok Pasti Jumpa’ yang kemudian dilanjutkan koor massal dari para penonton.
Aksi nyanyi bersama dengan iringan gitar dan bilira mini dari Ananda Badudu dan Rara Sekar berlanjut di lagu-lagu berikutnya seperti ‘Rindu’, ‘Mawar’, ‘Kisah Tanpa Cerita’, hingga ‘Di Atas Kapal Kertas’ dan ‘Senja di Jakarta’.
Sayang, kami tidak sempat menyaksikan Banda Neira hingga usai dan Payung Teduh setelahnya karena harus kembali ke Skeeno Hall untuk menyimak aksi internasional Tahiti 80 yang tampil cukup atraktif dengan beberapa lagu yang dibawakan mereka malam tadi seperti ‘Coldest Summer’, ‘Big Day’, ‘Something About..’ hingga encore ‘Heartbeat’.
Tahiti 80 memang dijagokan sebagai headliner di Music Gallery tahun ini. Namun, Naif justru dipilih sebagai aksi penutup setelah Tahiti 80 di panggung yang sama. Hal ini pun sempat diprotes oleh vokalis Naif David Bayu saat berada di atas panggung.
“Perasaan yang jadi headliner-nya Tahiti 80, kenapa Naif disuruh main belakangan? Tapi nggak apa, itu artinya kalian menghargai musik dalam negeri,” seru David.
Tampil paling terakhir tentu menjadi sebuah tuntutan bagi Naif untuk tampil maksimal. Dan seperti biasa, mereka tampil all out dengan deretan lagu-lagu yang tidak mereka susun sebelumnya. Mulai dari ‘Air dan Api’, ‘Benci Untuk Mencinta’, ‘Piknik 72’, ‘Jikalau’, hingga sebuah encore panjang di lagu ‘Curi-curi Pandang’ dan sebuah lagu cover dari Ismail Marzuki berjudul ‘Juwita Malam’.
Lokasi panggung yang terpaut sangat jauh serta pemilihan venue secara keseluruhan yang berada di sebuah pusat perbelanjaan dengan akses yang cukup terbatas sepertinya jadi salah satu hal yang perlu diperhatikan lagi oleh penyelenggara. Sementara itu, dari daftar pengisi acara yang tampil di setiap jeda 15 menit sangat menarik dan jadi daya tarik tersendiri.
Semoga saja di penyelenggaraan berikutnya, Music Gallery bisa menyajikan yang jauh lebih baik dari segi konsep, kemasan hingga materi band dan musisi yang ditampilkan. (Syf)