DREAMERSRADIO.COM - Kabut asap yang melanda Singapura dan Malaysia diduga dihasilkan dari perusahaan kedua negara yang melakukan pembakaran di hutan Sumatera. Baru-baru ini tiga perusahaan Malaysia dituduh sebagai pihak yang memicu kebakaran hutan di Sumatera yang diduga dilakukan dengan sengaja.
Kabut asap yang memiliki tingkat tertinggi untuk membahayakan manusia ini berasal dari lahan perkebunan kelapa sawit yang berada di Indonesia. Kabut asap itu juga membuat Presiden SBY meminta maaf atas kejadian tersebut.
Namun dengan keterlibatan perusahaan Malaysia ini, menunjukkan bahwa Singapura dan Malaysia tidak sepatutnya mempersalahkan kabut asap sepenuhnya kepada Indonesia. Bahkan, dari ketiga perusahaan tersebut, salah satunya adalah anak perusahaan lembaga haji Malaysia.
Ketiga perusahaan yang dituding melakukan dugaan pembakaraan disengaja adalah Sime Darby Plantation. Perusahaan konglomerasi Sime Darby ini memiliki nilai pasar mencapai 56,7 miliar ringgit Malaysia), serta pekerja mencapai 100 ribu di lebih dari 20 negara.
Perusahaan lain yang saat ini tengah diselidiki adalah Kuala Lumpur Kepong. Perusahaan ini besar dari kelapa sawit, industri sumber daya alam dan properti. Menurut perkiraan, perusahaan ini memiliki nilai pasar mencapai 22,5 miliar ringgit Malaysia atau sekira Rp70 triliun.
Baca juga: Yonghwa CNBlue Beli Gedung Super Mahal di Gangnam Untuk Perusahaan Barunya?
Sedangkan perusahaan lain adalah PT Multi Gambut Industri yang merupakan anak perusahaan dari Lembaga Tabung Haji Malaysia. Lembaga itu adalah badan yang membantu jemaah haji menabung untuk pergi haji ke Mekkah.“Sime Darby dan KLK adalah perusahaan Malaysia yang amat besar dengan sejarah panjang. Sime Darby memiliki kaitan dengan pemerintah, sementara KLK adalah perusahaan yang dikendalikan sebuah keluarga pebisnis Tionghoa,” ungkap pengamat ekonomi CIMB Song Seng Wun, seperti dikutip The Straits Times.
Sime Darby Plantation adalah salah satu perusahaan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi mencapai 2,44 juta ton atau sekira lima persen produksi minyak kelapa sawit tiap tahunnya.
Sedangkan KLK memulai operasinya lebih dari satu abad lalu. Perusahaan ini memiliki lahan lebih dari 250 ribu hektare di Malaysia dan di Indonesia, termasuk di Belitung, Sumatera dan Kalimantan Timur.
Baik Sime Darby Plantation dan KLK menolak keterlibatannya dalam kebakaran yang diduga disengaja itu. Mereka mengaku memiliki aturan ketat untuk tidak melakukan pembakaran demi membuka lahan baru.