DREAMERS.ID - Sebuah kelompok yang mencuri dan menjual informasi boarding pesawat selebritas terkenal, termasuk BTS, telah diserahkan ke kejaksaan.
Menurut industri musik pada 22 Juli, Unit Investigasi Siber Kepolisian Metropolitan Seoul baru-baru ini mengirim tiga orang, termasuk A, seorang karyawan maskapai asing, ke Kejaksaan Agung Seoul atas tuduhan pelanggaran Undang-Undang Promosi Pemanfaatan Jaringan Informasi dan Komunikasi serta Perlindungan Informasi.
Menurut hasil penyelidikan, A diduga secara ilegal memperoleh data penerbangan artis terkenal dan menyerahkannya kepada pihak perantara untuk dijual. A diperkirakan menerima puluhan juta won sebagai imbalan atas aksinya. Informasi tersebut kemudian dijual melalui ruang obrolan terbuka di aplikasi pesan instan atau pesan langsung (DM) di media sosial.
Polisi berhasil mengamankan bukti berupa cara A memperoleh informasi secara ilegal, catatan transaksi keuangan, serta struktur keuntungan dan hubungan antar-pelaku. Industri musik Korea telah lama mengeluhkan dampak kebocoran informasi penerbangan yang merupakan bagian dari privasi artis, yang sering kali disalahgunakan oleh penggemar ekstrem atau "sasaeng."
Para sasaeng diketahui membeli informasi penerbangan untuk memesan tiket di penerbangan yang sama guna mendekati artis, mengubah pesanan makanan di pesawat, atau bahkan membatalkan reservasi dan mengubah informasi tempat duduk, yang mengganggu jadwal artis. Aksi ini tidak hanya melanggar privasi, tetapi juga menyerupai tindakan penguntitan.
Seorang perwakilan industri musik menyatakan, "Penyerahan kasus ini ke kejaksaan menegaskan bahwa kebocoran dan perdagangan informasi pribadi adalah kejahatan serius. Penyelesaian penyelidikan terhadap sumber informasi dan langkah menuju penegakan hukum menjadi kemajuan penting. Kami berharap ini dapat menekan kejahatan serupa di masa depan."
Agensi BTS, HYBE, telah secara aktif menangani masalah ini sejak 2023 dengan membentuk tim khusus (task force) untuk mengidentifikasi akun media sosial yang memperdagangkan informasi penerbangan artis. HYBE berhasil mengumpulkan bukti identitas pelaku penjualan dan menyerahkannya ke polisi untuk ditindaklanjuti. Hasilnya, polisi menangkap A pada Februari 2025 dan dua pelaku lainnya pada Maret 2025.
HYBE menyatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan penegak hukum dalam proses hukum yang sedang berlangsung. "Kami akan mengambil sikap tegas tanpa kompromi terhadap pelaku yang memperdagangkan informasi pribadi artis. Kami akan memastikan tanggung jawab mereka ditegakkan hingga tuntas," tegas perwakilan HYBE.
(fzh)