DREAMERS.ID - Dispatch merilis hasil wawancara eksklusif bersama dengan Kyoungyoon DKZ terkait isu keterlibatannya dengan aliran gereja JMS (Jesus Morning Star) yang dipimpin terpidana kekerasan seksual Jeong Myeong Seok.
Ketika Dispatch langsung bertanya gereja mana yang menjadi tempat ibadah dia dan keluarganya, Kyoungyoon mengonfirmasi bahwa itu adalah Gereja Providence JMS, "Ya. Gereja Providence… Yang itu," ujarnya.
Awal mula bergabung
Kyoungyoon mengungkapkan, "Aku adalah bagian dari gereja sejak aku masih dalam kandungan ibuku. Sebagai seorang anak, aku pergi (ke gereja) memegang tangan ibuku. Aku senang mengetahui apa yang sebenarnya, meskipun sudah terlambat."
"Tapi aku mengkhawatirkan orang tuaku—terutama ibuku. Dia telah menjadi pengikut gereja selama lebih dari 20 tahun. Aku harap dia bisa mengatasinya," tutur Kyoungyoon
Ibu Kyoungyoon diperkenalkan dengan gereja JMS dari seorang wanita yang disebutnya sebagai "Bibi" pada tahun 1994, enam tahun sebelum Kyoungyoon lahir pada 21 Februari 2000. Sejak kecil, Kyoungyoon mengikuti ke mana pun ibunya pergi, termasuk ke gereja JMS setiap akhir pekan.
Kyoungyoon mengenang, "Awalnya, dia menginjili dari rumah. Aku ingat dia meninggalkan rumah kami saat aku masih di taman kanak-kanak dan mendirikan gereja di lantai tiga sebuah bangunan kecil." Gereja dibuka pada Februari 2020 bergabung dengan kafe yang dikelola oleh ibunya.
Tidak percaya JMS
Lalu Kyoungyoon disadarkan saat menonton 'In the Name of God: A Holy Betrayal'. Ia berbagi, "Ada bagian di mana dia berkata, 'Akulah Mesias.' Ketika aku melihat adegan itu, aku pikir dia gila. Anda mungkin tidak mempercayaiku, tetapi aku tidak menyadarinya saat itu. Ini mungkin tampak menyedihkan tapi… begitulah adanya."
"Aku tidak percaya dia adalah Mesias. Bahkan bibiku memberitahuku bahwa dia adalah seseorang yang pandai menyampaikan firman Tuhan. Tapi memang benar aku dicuci otak sedikit demi sedikit. Akhirnya, aku berpikir, 'Jika kita harus membandingkan JMS dengan seseorang, bukankah itu Mesias?'," paparnya.
Pernah ke markas JMS
Kyoungyoon mengenang bahwa dia pernah pergi ke Wolmyeong-dong, tempat berkumpulnya pengikut JMS. Sebagai anak sekolah dasar saat itu, ia tidak mengetahui adanya tindak kekerasan seksual di sana karena hanya melihat hal-hal menyenangkan seperti pesta olahraga dan makan.
Terkait lukisan batu yang pernah dibuatnya, Kyoungyoon bercerita bahwa ibunya menunjukan tebing Wolmyeong-dong kepadanya. "Ada pohon di atas tebing. Adegan yang tak terlupakan. Aku bahkan tahu nama batu besar di sana," kenangnya.
Terlibat dalam kegiatan gereja
Kyoungyoon merasakan ketertarikan dengan menyanyi sejak kecil dan ingin mendapatkan pelatihan vokal. Karena kondisi ekonomi tidak memungkinkan, maka ia melamar di klub bernyanyi JMS saat duduk di bangku SMP.
"Aku aktif dengan klub bernyanyi selama kelas sembilan dan sepuluh. Sekali atau dua kali setahun, akan ada pertemuan langsung. Tidak ada pertunjukan yang sebenarnya. JMS tampaknya telah menggunakan para remaja dan minat mereka untuk menginjili orang lain atau melakukan pekerjaan misionaris," ungkapnya.
"Aku tidak mempertanyakannya saat itu. Aku hanya mengira mereka adalah orang-orang yang mengajar musik."
Kenapa merahasiakan JMS?
Kyoungyoon menjelaskan, "Ketika aku masih muda, aku diintimidasi karena percaya pada agama semu. Aku menjadi orang yang defensif tanpa menyadarinya. Ketika seseorang bertanya tentang agamaku, aku menjawab saya Kristen."
"Bagaimanapun, kami semua percaya pada Tuhan. Aku tidak pernah menyebutkan JMS kepada agensiku, anggota, atau orang lain. Sumpah, aku juga tidak pernah berusaha menyebarkan agama sambil menjadi idola," ujarnya sambil menangis.
Berjanji akan meninggalkan JMS
Kyoungyoon mengaku sangat ketakutan saat JMS menjadi pembicaraan panas setelah dokumenter 'In the Name of God: A Holy Betrayal' ditayangkan. "Turut berduka cita melihat penderitaan para korban," ujarnya.
Dia berjanji akan meninggalkan JMS, "Aku memutuskan hubungan dengan gereja sekarang. Tidak ada lagi JMS," tegas Kyoungyoon.
(mth)