DREAMERS.ID - Eks Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari belakangan kembali menjadi trending usai videonya yang mengimbau warga agar tidak panik menyikapi virus COVID-19 varian Omicron menyebar. Dinilainya, gejala Omicron terbilang ringan, meski lebih menular disbanding varian Delta.
"Jangan takut kena Omicron karena tidak berbahaya, jadi kita jangan sampai panik," pesannya di dalam video perbincangan dengan Realita TV, mengutip Detik.
Hingga berita ini ditulis, sudah ada tiga kasus Omicron yang teridentifikasi di Indonesia, semuanya dipastikan oleh Kementerian Kesehatan RI tidak mengeluhkan gejala COVID-19. Bahkan orang pertama yang terdeteksi dilaporkan telah negative COVID-19.
Hingga kini pun, memang belum ada laporan tingkat keparahan varian Omicron, kecuali laporan kematian Omicron pertama di Inggris pada warga antivaksin. Semua orang yang terinfeksi pun cenderung bergejala ringan, terlebih pada mereka yang sudah divaksinasi.
Namun meski terbilang bergejala ringan, Omicron bisa sangat berbahaya bagi mereka yang memiliki penyakit kronis atau komorbid. Hal ini dijelaskan oleh Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Daeng M Faqih
"Ya awalnya memang beritanya agak simpang siur ya, tapi sudah dikonfirmasi oleh para ahli. Gejala Omicron ini memang tidak lebih berat malah lebih ringan. Tapi kecepatan penularannya bisa 5 kali. Ada yang menyebut 500 persen itu berarti lima kali," kata Daeng.
Baca juga: Deltacron Dikonfirmasi WHO, Apa Kata Satgas COVID-19?
"Pada penderita-penderita yang orang-orang memiliki penyakit tertentu penyakit yang memiliki immunocompromised jadi daya tahan menurun seperti HIV dan penyakit yang bersifat kronis lainnya itu betul-betul badan itu bisa terjadi perburukan yang dilaporkan baik dari WHO maupun dari Afrika Selatan," ungkapnya.Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengingatkan potensi penularan varian Omicron yang tinggi bisa membuat risiko beban rumah sakit meningkat. Karena berkaca pada kasus di Inggris, peningkatan angka penularan berakhir pada tekanan di rumah sakit.
"Di Inggris yang tadinya cuma 10-an per hari 100-an per hari sekarang sudah 70 ribu per hari. Lebih tinggi dari pada puncak kasus COVID-19 di Indonesia bulan Juli, lebih dari 50 ribu per hari, jadi penularannya sangat cepat memang kita ketahui," sambung dia. "Jadi tetap penularannya tinggi dan ujung-ujungnya bisa memberikan tekanan di rumah sakit,"
Sementara itu dalam laporan terbaru WHO merujuk pada data Afrika Selatan dan Inggris, ada peningkatan kasus yang pesat seiring dengan risiko kenaikan di sistem perawatan kesehatan.
"Rawat inap di Inggris dan Afrika Selatan terus meningkat dan mengingat jumlah kasus yang meningkat pesat, ada kemungkinan banyak sistem perawatan kesehatan menjadi cepat kewalahan," jelas WHO dalam laporan terbarunya.
Jadi, meski terbilang cenderung memberi gejala ringan, varian Omicron tetap memiliki potensi membahayakan dan tekanan pada rumah sakit. Tak ingin gelombang kedua terulang, lebih baik tetap menjaga prokes. Ya kan, Dreamers?
(rei)