DREAMERS.ID - Banyak cara penggemar K-Pop memperlihatkan rasa suka atau dukungan untuk idolanya. Seperti budaya merayakan ulang tahun idola yang sudah tidak asing dilakukan oleh para fans. Apakah itu memberikan hadiah, memasang iklan ataupun mengadakan event ulang tahun di kafe-kafe.
Dilansir dari The Korea Herald, aktivitas fandom K-pop kental dengan konsep 'deokjil' atau yang artinya secara aktif terobsesi dengan idola favorit mereka. Hal ini bisa meliputi apa pun, seperti menonton video, pergi ke konser mengikuti fan meeting, unboxing album, hingga merayakan ulang tahun.
Sudah tradisi lama, penggemar mendedikasikan waktu dan uang untuk merayakan ulang tahun idola dengan berbagai cara. Seperti memasang iklan kereta bawah tanah, di bus atau di billboard besar. Namun kini, penggemar sering membuat acara di kafe yang terkadang bisa "bertemu" dengan idolnya.
Para pemilik fansite atau yang juga dijuluki sebagai 'homma' atau homepage master, fans merangkap fotografer yang kerap memotret idola dan mengunggahnya ke website pribadinya, akan menyewa kafe untuk membuat perayaan ulang tahun idola.
Para fans dan homma akan semakin menikmati waktu mereka bersama idola lewat foto-foto yang dipajang serta musik yang diputarkan seharian penuh di kafe tersebut. Lantas, dari mana mereka mendapatkan uang untuk menyewa kafe?
Biaya sewa dibayar dengan menjual foto, video dan merchandise eksklusif yang dibuat dengan dokumentasi yang diambil oleh homma. Uang sisa terkadang digunakan untuk acara lain atau disumbangkan ke klub penggemar idola. Biasanya juga ada barang-barang terkait idola yang dijual di hari itu, seperti kaos, aksesoris, lightstick dan lainnya.
Baca juga: Terutama Girl Group, Data Ungkap Artis K-Pop Semakin Banyak Pakai Lirik Bahasa Inggris
Melihat hal itu, Kim Na Young dan kakaknya yang semula gemar tur kafe untuk mencari tempat yang mengadakan acara ulang tahun idola, mengambilnya sebagai kesempatan bisnis. Sekarang mereka telah membuka kedai Kopi di Yangjae, Seoul yang bertemakan serba BTS.Aktivitas para fans pada dasarnya adalah mengoleksi merchandise, seperti T-shirt, aksesoris, lightstick dan botol air, baik yang dikeluarkan agensi maupun barang-barang lain yang sengaja atau tidak sengaja diiklankan oleh idola.
Merchandise K-pop telah menyaksikan penjualan yang melonjak dalam beberapa tahun terakhir. Khususnya, penggemar internasional membeli merchandise secara online di situs resmi agensi atau pihak ketiga. Dari sisi konsumtif itu memunculkan ide bisnis di mana banyak penggemar mulai membuat barang-barang berbau idolanya sendiri.
Profesor Studi Konsumen Universitas Inha, Lee Eun Hee menyebutnya sebagai kegiatan "prosumer" di mana penggemar aktif membuat bisnis produk mereka sehingga dapat menghasilkan komoditas berkualitas sendiri, meskipun masalah hak cipta dapat muncul dari proses ini.
Dia menggambarkan pergantian itu sebagai "budaya bermain yang berpusat pada penggemar," mengatakan bahwa agensi menjual barang dagangan dalam jumlah terbatas, tetapi penggemar memiliki bakat istimewa untuk merancang produk yang unik.
Tapi dia mengangkat kekhawatiran tentang bagaimana pasar konsumsi menjadi terlalu dikomersialkan. Dia menambahkan bahwa perilaku pembelian penggemar semakin tidak terkendali.
(rzlth)