Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
line official dreamers
facebook dreamers
twitter dreamer
instagram dreamers
youtube dreamers
google plus dreamers
How It Works?
Dreamland
>
Fan Fiction
Into The Void
Posted by KaptenJe | Kamis,09 November 2017 at 20:07
5
19083
Status
:
Ongoing
Cast
:
Produce 101 season 1 & 2
Into The Void

CHAPTER 12 : CHAPTER 11

09.20 PM

“Ka” Jawab Jonghyun dingin.

“Nawa!” Seru Seongwoo sedikit meninggi. “Semua menunggu penjelasn mu di luar kamar ini!” Ucap Seongwoo menahan emosinya. Ia ingin menghindari pertengkaran sebisa mungkin, sekalipun ia tidak habis pikir Jonghyun akan bersikap seperti ini setelah membuat seisi boarding house tak tenang karena memikirkannya selama beberapa hari belakangan. Respon yang Seongwoo tunggu sama sekali tak ia dapatkan. Ia sengaja membiarkan mengacuhkan Seongwoo di sana. “Ireokhe hal geoya?” Ulang Seongwoo sekali lagi, berharap Jonghyun akan meresponnya. Namun.. respon yang sama didapatkan oleh Seongwoo.

SRUKKK!!! Seongwoo kehabisan kesabaran. Ia menarik Jonghyun sampai Jonghyun berdiri berhadapan dengannya. Cengkraman keras dilakukan oleh Songwoo pada pakaian Jonghyun “Andeulyeo!!!” Pekik Seongwoo membuat satu persatu anak yang tadi menunggu di luar memaski kamar, mereka mulai kahawatir akan keadaan disana.

“Seongwoo-ya” Sebut Daniel cepat.

Seongwoo berada pada puncak kekecewaannya. Jonghyun adalah seorang teman yang sering kali ia ajak untuk bertukar pikiran. Seseorang yang sering kali ia anggap dewasa dalam bersikap, kemudain muncul di hadapannya dalam keadaan semacam ini. Ia frustasi dengan semua ini, terutama dengan dengan kenyataan bahwa ia tidak lah mengetahui apapun tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi dan Jonghyun alami.  “Kau anggap apa kami semua? MALHAEEE!!!” Bentak keras Seongwoo sembari mencengkram pakaian Jonghyun semakin kencang.  

Jonghyun menatap Seongwoo tajam. Terdapat sorot kesedihan dari tatap matanya. .. Duk! Namun Jonghyun mendorongnya. Seongwoo dan yang lainnya tak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan Jonghyun. "N-Neo.." Pekik Seongwoo tak percaya.

“Jangan ganggu aku” Pinta Jonghyun memelankan volume suaranya “Geunyang ka.. KA!!” Pekiknya meninggi. Jonghyun mengambil dua langkah mundur untuk menjauhi Seongwoo. Langkahnya sedikit gontai, kondisi Jonghyun memang buruk, hanya dengan melihatnya saja sudah terlihat jelas. Ia berbalik juga merunduk mengambil tas ransel yang sempat terjatuh di lantai dan mulai membereskan satu persatu barang-barang miliknya yang berserakan.

Tidak, bukan sebuah emosi meledak-ledak yang dirasakan oleh Seongwoo. Tapi sebuah rasa sesal dan sesak melihat seorang teman yang sudah bertahun-tahun lamanya hidup bersama dirinya, kini seorang diri menghadapi masalah yang ia sedikitpun tak mengerti. Ia benci karena ia hanya harus diam dan melihat “Onjekkaji..” Gumam Seongwoo lirih “Sampai kapan kau akan bertingkah seperti ini!! SAMPAI KAPAN!!!” BRUKKKKK!!! Kejadian yangs ama terulang. Seongwoo sekali lagi menarik tas ransel Jonghyun, kali ini ia membuangnya jauh hingga berbenturan dengan dinding kamar tersebut. Ia juga menarik Jonghyun beridri dan kembali kencengram pakaian Jonghyun “KAUS UDAH BOSAN HIDUP!! JIKA KAU INGIN MATI .. GEUNYANG JUGO!!” Sulutnya taknlagi bisa mengonrol ucapan “Tak perlu menunjukkan diri dihadapan kami..” Ucap Seongwoo tak percaya. “BUKAN KAH KAMI SUDAH TIDAK LAGI BERARTI DI MATA MU!!!” Ia hendak memukul Jonghyun namun-

"HYUNGG!!!” Seseorang berteriak dari sisi. “HAJIMAYOOOOOOOO!!!!", Di tengah tengah keributan tersebut, Seonho berteriak mengalihkan perhatian mereka.

Drap drap drap.. jieqiong datang di waktu yang sama. Ia terkejut dengan suasana tegang diantara mereka semua. Sebelum sampai ia sudah mendengar suara teriakan Seongwoo karena itu ia berlari cepat ke sana. Jieqiong semakin terkejut kala melihat sosok Jonghyun disana.

"Hyungdeulri, noonadeulri wae geuraeyoooo?! ssaujimayo jebaaalll~", seru Seonho. Anak itu mengusap kedua matanya dengan tangannya seolah ingin menangis. “Jonghyun hyungie.. melakukan semua ini karena ia begitu menyayangi kalian. Hhh.. hiks… Chaeyeon noona mengancam akan memasukkan salah satu dari kalian ke dalam penjara jika Jonghyun hyung berani kelar dari sana.. hhhh ghh.. ~”

“Mworago!” Pekik Sejeong kaget. Kini semua mata tertuju pada Seonho. Tak seorang pun mengetahui masalah ini termasuk Jieqiong.

Seongwoo tak kalah kaget dengan anak lainnya. Seketika ia merasa begitu bersalah dengan apa yang telah ia lakukan. Tatapan tajam penuh emosi Seongwoo berubah menjadi tatap nanar diselimuti rasa prihatin yang begitu besar. Jonghyun sendiri memilih mengalihkan wajahnya dibanding harus beradu tatapan dengan Seongwoo seperti sebelumnya.

Chaeyeon emndapatkan kabar tentang semua kejadian di kantor polisi lebih cepat dari gerak angin. Entah bagaimana gadis itu melakukannya. Kemarin malam saat Jonghyun keluar dari penjara ditemani oleh kuasa hukumnya juga Donghyun. Chaeyeon sudah berada disana. Kata-kata Chaeyeon malam itu masih mengganjal di hati Jonghyun hingga saat ini.

“Jadi kau sudah bebas? Ahh.. ini kau pilih.. Kim Jonghyun?.. psh.. Yokshi.. kau pasti akan menyelamatkan diri sendiri dibanding menyelamatkan teman-teman mu. Kidaryeo.. setelah ini siapa yang ingin kau lihat mendekam di dalam sana? Ong seongwoo? Lai Guanlin? Kim Sejeong?... atau.. Zhou Jieqiong?”

-Jung Chaeyeon-

Seonho perlahan berhenti menangis. Ia menghapus air matanya “Aku mendengarnya langsung pembicaraan Chaeyeon noona dengan dua orang teman yang ia paksa bersaksi untuk mengarang tuduhan untuk Jonghyun hyung. Tapi karena saat aku tiba .. hhh.. tiba-tiba hyung tampan meminta ku pergi ke Busan bersama Jieqiong noona, aku jadi lupa untuk mengataan ini” Jelas Seonho.

“Kau pergi ke Busan bersama Jieqiong?” Sambar Daniel. Ia mengarahkan pandangannya kepada Minhyun saat itu juga. Hal serupa juga dilakukan oleh Sejeong, Shiyeon dan Guanlin “Jadi Jieqiong pergi ke Busan bukan untuk berlibur?”

Seonho merentangkan tangan bak pahlawan yang mencoba melindungi Minhyun dari tatapan menelisik anak lainnya “Jangan salahkan Hyung tampan. Ia menyembunyikan semua ini agar tak seorangpun dari kalian khawatir”

“Yaedeul-a Mianhae..” Sahut Jieqiong “Tetang kepergian ku ke Busan. Semua murni kesalahan ku. Aku lah yang dengan sengaja pergi tanpa memberi tahu kalian. Seonho dan Minhyun sepeti ini hanya untuk membantu ku saja..”

“Aniya.” Sela Minhyun “Tak seorangpun bersalah dalam hal ini. Kondisi saat itu terlalu mendesak. Jieqiong begitu gugup karena setelah sekian lama diam, hari itu pertama kalinya Jonghyun memberi tahu Jieqiong bahwa seseorang bisa menyelamatkan dirinya dari dalam penjara. Dan orang itu berada di Busan.. karena itu Jieqiong bergegas pergi walau kalian semua tahu bahwa ia begitu takut untuk bepergian seorang. Aku sudah menawarkan diri untuk mengantar, tapi Jieqiong menolak agar kalian semua tidak curiga dengan kepergiannya. Kebetulan hari itu Seonho datang.. jadi ku pikir jalan satu-satunya agar Jieqiong bisa pergi dan kembali dengan selamat adalah dengan membawa Seonho.. Mianhae.. aku memutuskan semua ini tanoa meminta pendapat kalian”

Mereka semua tersenyap akan penjelasan Minhyun. Rasa bersalah karena tidak bisa membantu bahkan tidak sama sekali mentahui masalah yang terjadi menggerogoti hati mereka. Jelas mereka juga tidak bersalah, semua informasi seolah ditutup dari mata dan telinga mereka.

Minhyun melanjutkan membuka suara “Gerigo neodo.. Jonghyun-ah. Setelah mengetahui tentang ancaman Chaeyeon barusan.. aku baru menyadari, sejak awal kau sudah berniat mengorban dirinya agar tak satupun dari kalian dituduh terlibat masalah ini? Aku menghargai pemikiran mu.. tapi kau harus tahu bahwa situasi di rumah ini sangat berubah semenjak kau pergi.. tak satupun dari mereka memperyai bahwa kau melakukan semua yang ditudukan terhadap mu.. Apapun dan siapun yang menjadi alasan yang melatar belakangi diri mu untuk merubah pikiran tentang mengorbankan diri.. aku sangat berterima kasih.. Karena jika kau sampai mati di dalam sana.. hufh~ kau harus bayangkan juga seperti apa perasaan mereka, jadi berhenti lah bertindak bodoh mulai saat ini”

Mendengar penjelasan Minhyun barusan, mendadak Seonho merasa begitu terharu akan hubungan mereka semua. Air mata Seonho menetes, lirih ucapannya kemudian terlontar "Yokshi Hyungdeulri.. noonadeulri .. hikss.. Aku tidak salah memilih tempat untuk belajar banyak hal” tutur Seonho “..hh...aku mengagumi cara hyungdeul dan noonadeul memperhatikan satu sama lain .. kalian bahkan rela sampai seperti ini .. Kalian juga selalu memperhatikan ku dengan baik setiap kali aku datang   hhiks... Kalian memberi ku kehangatan yang bahkan tak pernah ku dapatkan dari kedua orang tua ku, mereka selalu sibuk bekerja dan mengabaikan ku...hhh....", ujar Seonho. "HUWAAAAA GEURONIKA SSAUJIMALGOOOO!!", seru Seonho. Ia berjalan menghampiri Minhyun yang berdiri sedikit jauh dibelakangnya dan merengek sambil memeluk memeluknya.

"Eishh.. Kenapa harus aku yang kau peluk dari sekian banyak orang di sini?", protes Minhyun bingung.

"Aku sedih hyung..hikss...", isak Seonho.

"Aigoo...", gumam Minhyun pasrah menghadapi Seonho, anak asing yang selalu mengikutinya tersebut. Ia mau tak mau menepuk nepuk punggung anak Seonho.

Mendengar ucapan Seonho yang notabene anak termuda di sana, Seongwoo merasa sedih. Seongwoo melepaskan cengkramannya perlahan. Dilihatnya Jonghyun sedikit tak stabil untuk berdiri  "M-Mianhae....aku hanya....", gumam Seongwoo. Ia mendongak ke atas lalu mengipas ngipasi wajahnya.

Daniel dan Sejeong menghampiri Seongwoo dan Jonghyun. Guanlin mengekuti dibelakang mereka. Guanlin berdiri disamping Jonghyun untuk menopang tubuh Jonghyun yang semakin terlihat payah. “Hyung gwenchanayo?”

Jonghyun mengangguk lemah. “Naega.. Jalmothaesso. Mianhae..” Ujar Jonghyun ia tujukan untuk semua teman-temannya disana.

“Mwonga jalmothaesseo paboya.. hhhh” Seru Seongwoo dengan mata yangs duah berkaca-kaca. Ia sungguh tidak bisa melihat terlalu lama ke arah Jonghyun. Ia merasa begitu miris.

Daniel menepuk pundak Seongwoo, untuk mencairkan suasana, Daniel mengekuarkan candaannya "Ya neo uro? jincha uro?? ah wae urooo? uljima!", sungut Daniel.

"NA AN-UROO!!", balas Seongwoo. "Ah....jincha..himdeulda..hiks...", isak Seongwoo tak tahan lagi.

"Ah jincha uro....ah jincha igo bwa...", ledek Sejeong berbisik pada Daniel seolah tengah bergosip.

"Kubilang apa...ia menangis", balas Daniel.

"AH SHIKKEUROOO!!", sungut Seongwoo pada Daniel dan Sejeong yang tengah bergosip tentangnya.

"Nado mianhae", gumam Jonghyun pelan. Sedikit banyak, ia cukup merindukan keributan ini selama ia tak ada. Semua mata tertuju padanya. "Mianhae...yaedeura", ucap Jonghyun sekali lagi.

“Ya geumanhae.. Hhh.. Mianhajima!! Aishh neo jincha” Srukk~! Seongwoo refleks memeluk Jonghyun. Ia juga merindukan sahabat dekatnya tersebut. Jonghyun membalas pelukan Seongwoo dengan sebelah tangannya. “Setelah ini kau harus berjanji akan menjelaskan semuanya sampai ke intinya. Yakseok heoh!” Pakaa Seongwoo hingga Jonghyun mengangguk.

Sejeong memperhatikan Seongwoo yang tiba tiba memeluk Jonghyun erat. "Ya ...apa ia juga selalu memelukmu seperti itu?", tanya Sejeong pada Daniel.

"Eo..kkakkeum", jawab Daniel menjelaskan bahwa terkadang Seongwoo memeluknya.

"Dahaengine...kurasa aku tak perlu memikirkannya..auw jincha", sungut Sejeong memukul pelan kepalanya sendiri.

Seongwoo melepaskan pelukannya dan menatap Jonghyun dengan tatapan emosional. "Urineun yogi isseo....urineun.. .kajokitda...berbagilah dengan kami dan jangan simpan beban itu sendiri...ara?"

Jonghyun tersenyum tipis dan menepuk pundak Seongwoo. "Gomapta Seongwoo-ya"

"Ya uljima", sambar Daniel merusak suasana.

"Shikkeuro neo! jincha", sungut Seongwoo.

"Selamat kembali ke rumah Jonghyun-ah...", sambut Sejeong.

"Gomapta", Jawab Jonghyun menunjukkan senyum tenang. Sesaat kemudian.. SRUKK.. ia hampir saja roboh. Beruntung Guanlin berada di sampingnya. Seongwoo juga dengan sigap memegangi tangan Jonghyun "Hyung! Hyung sebaiknya kau beristirahat” Seru Guanlin.

“Gurae..” Jawab Jonghyun lemah. Guanlin, Daniel dan Seongwoo membantu Jonghyun untuk berbaring di atas tempat tidurnya.

 “Kalian smua juga beristirahatlah lebih dulu, biar aku dan Jieiqong eonnie merapikan kamar ini”  Jieqiong dan Shiyeon membantu untuk merapikan lantai kamar yang berantakan akibat barang-barang berserakan dimana-mana. Jonghyun memperhatikan Jieqiong dari tempat tidurnya. Saat Jieqiong berada di dekat sana, Jonghyun hendak meraih tangan Jieqiong, tapi ia mengurungkan niat tersebut. Jieqong sendiri melihat dengan kedua matanya kejadian tersebut. Sekali lagi ia hanya diam dan meneruskan untuk membereskan barang-barang.

Satu persatu dari anak lainnya meninggalkan kamar Jonghyun "Nado himdeulda....", gumam Seongwoo. Ia hendak beristirahat namun...

"Ya Ong Seongwoo", tegur Daniel.

"Tto mwo?!", sungut Seongwoo.

"Kamarmu di sini", ucap Daniel menunjuk ruangan di sampingnya. "Neo eodiga?"

Seongwoo baru menyadari bahwa ia hendak naik ke atas di mana kamar para yeoja berada. Ia dengan canggung masuk kembali ke kamarnya. "Ada apa dengannya?", gumam Daniel bingung.

"Ah hyungdeul chakkamanyo! na eottokhaeyo?!", tahan Seonho"

"Neoneun wae?", tanya Daniel.

"Baegophayo", gumam Seonho.

"Minhyun-ah, kau urus saja dia", ujar Daniel menyusul Seongwoo ke dalam kamar.

"Mworago?! Y-Ya! chakkamanyo! Wae naneun-", protes Minhyun.

"Oppa jaljayo", pamit Shiyeon. Ia merangkul Sejeong dan keduanya bergegas ke kamar mereka.

"Ah c-chakkaman!", seru Minhyun. Namun di ruangan itu kini tinggal ia dan Seonho yang menatapnya penuh kekaguman.

"Hyung, ramyeon meokgollaeyo?", ujar Seonho sumringah sementara Minhyun memijat mijat keningnya, frustasi.

*** 

OUTSIDE BOARDING HOUSE

10.00 PM

"Ah...kenapa selalu aku?", keluh Minhyun. Kini ia keluar dari boarding house bersama Seonho. Ia mengantar anak itu pulang karena tak tega membiarkan anak itu pulang sendirian.

"Geunyang....hyung johayo", jawab Seonho santai.

"Geundae wae? Kau bahkan tak mengenalku! Kau baru melihatku beberapa hari terakhir ini saja", sungut Minhyun.

"Tetap saja aku menyukai hyung! Hyung jincha jalssaengyeosseoyo....aku ingin jadi setampan Minhyun hyung jika aku dewasa nanti!", ujar Seonho bertekad."Hyung juga baik sekali dan hangat....appa cheorom", sambung Seonho.

Minhyun terdiam sejenak mencerna kata kata Seonho. "Tch...mwoya...", gumam Minhyun.

"Ah jincharo! Hyungdeulri, Noonadeulri....mereka juga sering mengatakan hal yang sama! Kau mirip sekali dengan Hwang ahjussi", ujar Seonho.

"Neo Hwang Ahjussi ara?", tanya Minhyun penasaran.

"Jogeum....aku sering berpapasan dengannya setiap kali aku melewati tempat ini untuk menjemput Woojin untuk berangkat bersama. Setiap pagi, ahjussi sering terlihat sedang menyapu halaman depan rumahnya....dan ketika aku sedang bermain bersama Hyungdeul dan noonadeul....terkadang beliau datang dan membelikan kami pizza! Ia baik sekali matchyo?", ujar Seonho bersemangat. "Ah igo igo!", seru Seonho tiba tiba. Ia berhenti di depan rumah yang bersebelahan dengan boarding house.

"Wae?", tanya Minhyun.

"Hwang Ahjussieui jibiyeyo", ujar Seonho memberitahu Minhyun bshwa rumah ini adalah rumah pribadi Tuan Hwang.

Minhyun memperhatikan rumah itu sejenak. "Na ara", jawab Minhyun tak lepas menatap rumah itu.

"Eottokhae arayo?", tanya Seonho.

Minhyun menunjuk papan nama yang tertera di pagar rumah. "Nama sang pemilik tertera di sana", ujar Minhyun.

"Ah matta", ujar Seonho.

"Geunyang kaja", ujar Minhyun. Ia melangkah sejenak namun tiba tiba menghentikan langkahnya dan kembali mundur dan menatap rumah itu. Matanya tertuju pada rumah itu.

"Hyung! Kaja!", seru Seonho yang semula berjalan di depannya.

"Ne?! Ah....ne", ujar Minhyun menyusul Seonho.

"Wae guraeyo hyung?", tanya Seonho.

"Ah Eobseo....kaja", ajak Minhyun.

***

Boarding House

11.30 PM

Kesulitan tidur mengantarkan Jonghyun melangkahkan kaki memasuki dapur Boarding House. Ragu terlintas sebelum tiba sepenuhnya disana, saat dilihatnya Jieqiong juga ternyata berada dapur dengan segelas minuman hangat di atas meja. Gadis itu tidak melakukan apapun, hanya terlihat tatapan kosong yang tak jelas menatap apa, dengan jari telunjuk menyentuh permukaan gelas di hadapannya.

Sesaat Jonghyun menenangkan pikiran dan memilih untuk melanjutkan langkahnya. Ia menutup rapat bibirnya saat berada disana, takut Jieqiong terganggu akan keberadaan dirinya. Di bukanya lemari kulkas untuk mencari minuman yang mungkin bisa membantu Jonghyun menghilangkan penat. Diambilnya sekaleng minuman buah dari dalam sana.

Jieqiong memperhatikan pundak Jonghyun, hanya bagain tubuh itu yang menyapa Jieqiong dalam hening malam. Udara di luar sedikit panas sekalipun malam sudah menjelang batas tertingginya. Musim panas akan segera datang. Kelopak mata Jieqiong terangkat lebih tinggi saat Jonghyun berbalik badan, nafasnya tercekat sesaat. Pandangan keduanya bertemu meski belum ada sepatah katapun yang dapat memecah keheningan.

Jonghyun menarik kursi dihadapan Jieqiong. Pandangan keduanya masih saling menarik kuat “Apa aku mengganggu jika aku berada di sini sebantar?” Tanya Jonghyun selayaknya kehilangan seluruh percaya diri dalam hidupnya. Ia menghadapi masa sulit yang mungkin tak pernah ia bayangkan akan terjadi dalam hidupnya. Ia yang memang selalu berhati-hati dalam bersikap semakin meningkatkan kebiasaan tersebut, seolah ia akan hancur jika melakukan kesalahan sekecil apapun.

“Aniya” Jawab Jieqiong. Penampilan baru Jonghyun membuatnya terlihat sedikit berbeda, jelas.. hanya dari luar saja. Di mata Jieqiong sorot lemah di dalam matanya selalu terlihat terang. Ia adalah Jonghyun yang sama, hanya sedang bersembunyi dari pekatnya masalah yang sedang ia hadapi.

Kaleng minuman dingin terbuka, jemari Jonghyun erat menggenggam kaleng tersebut begitu juga arah pandangnya saat ini. “Srupp” ia menyeruput minuman dingin tersebut. Kini tatap mata Jonghyun ia arahkan kembali kepada Jieqiong yang belum berhenti menatapnya. “Saat aku sampai di apartment Donghyun kemarin, ia bilang Youngmin sedang mengantar mu pulang” ujar Jonghyun membuka pembicaraan sekedar untuk mencairkan suasana.

“Eoh.. Ku rasa ia sengaja. Donghyun yang meminta ku pulang, karena itu Youngmin mengantar ku sebelum Donghyun dan kau sampai” Jelas Jieqiong.

Jonghyun tersenyum kecil “Anak itu.. psh” gumamnya. Kata-kata di ujung bibir Jonghyun lagi-lagi tertahan. Ia memanjakan kedua matanya untuk menikmati waktu menatap seseorang yang begitu ia khawatirkan, seseorang yang mengubah keputusannya tiba-tiba setelah sebelumnya memutuskan untuk menyerah sepenuhnya. “Terkadang kurasa usaha Donghyun lebih besar dari usaha ku sendiri... Ah~ Mengapa harus tercipta orang sebodoh diriku di dunia ini”

Tak ada jawaban dari Jieqiong. Seluruh perhatian Jieiqong malam itu tertuju pada Jonghyun. Dilihatnya Jonghyun menyentuhkan kening pada permukaan meja. Duk.. duk.. duk.. Jonghyun membenturkan pelan keningnya dengan meja. “Kau ingin menambah lebam di kening? Tidak cukup kah lebam-lebam di wajah mu itu?", sindir Jieqiong.

Jonghyun mengangkat wajahnya, pada detik yang sama telapak tangan Jieqiong berlabuh pada bagian kening Jonghyun. Usapan lembut tangan Jieqiong sukses membuat Jonghyun terpaku. Tidak ada ekspresi berarti yang Jonghyun tunjukkan, ia hanya diam seperti orang bodoh sampai Jieqiong menyingkirkan tangan dari keningnya.

Jieqiong telah mengetahui perasaan Jonghyun, ya.. gadis itu tidaklah tertidur saat Jonghyun mengungkap perasaan yang selama ini sulit ia ungkapkan.  Jonghyun memperhatikan tangan Jieqiong yang tadi menyentuh keningnya.Malam itu Jieqiong tidak bersedih, tidak ada tanda-tanda ia akan menangis atau semacamnya seperti Jieqiong biasanya, mungkin Jieqiong sudah terlalu lelah dengan semua yang terjadi, atau mungkin Jieqomg tidak ingin membebani Jonghyun lebih jauh dengan kesedihannya. “Sebaiknya kita tidur, ini sudah terlalu malam.. kau juga harus istirahat, agar bisa lebih sehat esok hari” ujar Jieqiong. Ia berdiri, membenarkan posisi kursi sebelum berjanjak pergi. Jieqiong melewati kursi Jonghyun saat berjalan hendak meninggalkan dapur.

Tap.. Jonghyun menyentuh tangan Jieqiong. Ia berdiri didepan Jieqiong, menghalangi gadis itu untuk pergi “Johahae.. “ Ujarnya pelan hanya menatap tangan Jieqiong “Aku tahu kau sudah mendengarnya langsung karena kau tidak tertidur saat aku memeluk mu ditempat tidur ku saat itu. Tapi ku rasa tak adil jika aku tidak bicara langsung kepada mu”

Tak ada respon dari Jieqieong. Ia mendengar dengan baik setiap perkataaan Jonghyun “Narang sagillae?” DEG.. pelupuk mata Jieqiong terangkat mendengar pernyataan Jonghyun.

Jonghyun merasa jantungnya berdetak begitu cepat. Ia menunggu jawaban dari seseorang yang sudah begitu lama ia sukai. Ia mengumpulkan seluruh keberaniannyanuntuk mengatakan hal ini. Satud etik saja terasa seperti satu jam baginya. Ia mengarahkan pandangan pada Jieiqong, penuh kepada gadis itu saat ini. Ia adalah seorang laki-laki, ia jarus menatap mata gadisnya.. “Jieqiong-ah..” Panggilnya karena Jieqiong terdiam membuang pandang ke arah lain.

“Bikyeo.. aku mengantuk” Seru Jieqiong. Ia menghempaskan tangan Jonghyun, lalu srukk.. drap drap dr.. Jieiqong segera berlari meninggalkan Jonghyun seorang diri didalam dapur.

Jonghyun terdiam disana. Wajahnya memelas pasi, melihat Jieqiong berlari menjauh, kemudian hilang dari pandangannya. “Hoksi.. Ia menolakku?”

***

OngNiel's room

12 AM

Seongwoo bergerak ke sana kemari. Malam itu, ia tak bisa tertidur dengan tenang. "Haish!", sungutnya sebal.

"Wae?", sambar Daniel yang rupanya belum tertidur. Namja itu masih asyik mengutak atik ponselnya sejak tadi.

Seongwoo terdiam sejenak seraya berpikir. "Ya Kang Daniel, jawab pertanyaanku", ujar Seongwoo.

"Mwo?", respon Daniel, masih tak berpaling dari layar ponselnya.

"Apa kau pernah dicium seseorang?", tanya Seongwoo to the point.

Daniel menghentikan aktifitasnya dan menoleh menatap Seongwoo tak percaya. "Mworago?"

Terjadi keheningan sesaat di antara mereka. Terdapat semburat kemerahan di wajah keduanya. Hanya dengan membahasnya saja, keduanya merasa malu untuk membahas hal ini. "Aniya dwaesseo", sambar Seongwoo cepat. Ia refleks kembali berbaring di kasur dengan posisi membelakangi Daniel.

"Ah wae kkapjagi?", sungut Daniel. Ia tak menduga Seongwoo akan bertanya hal itu.

"Aniya dwaesseo", sambar Seongwoo.

"Tch...", Daniel tertawa pelan dan kembali fokus dengan smartphonenya. "Ah geunyang....kiss her back", gumam Daniel.

Seongwoo refleks menoleh pada Daniel. "Mworago?! Maksudmu aku harus..a-aku harus...ya! Neo byuntaeya?!", sungut Seongwoo. Namun semburat kemerahan terlihat jelas di wajahnya.

"Na byuntae aniya..", jawab Daniel tenang. "Nan namjaya..", sambungnya sambil menggerak gerakkan kedua alisnya dan tersenyum penuh arti.

"M-Musun-"

"Ya neo namjaya!", seru Daniel. "Sebagai namja, kau harus bisa memegang kendali..jangan mau dikendalikan yeoja!. Jika kau bersikap sedikit agresif, kujamin yeoja itu akan bertekuk lutut padamu", ujar Daniel percaya diri.

Seongwoo menatap Daniel tak percaya. "Kau memberiku saran, tapi kau sendiri ditolak oleh Kang Mina bahkan sebelum kau menyatakan perasaanmu padanya", ujar Seongwoo.

"Ah...g-geugae....AH BAEJIN TTAEMUNE! Neo ara! kenapa kau harus membahas ini lagi padahal aku tulus membantumu!", sungut Daniel sebal. "Aku bukanlah dirimu...kau bisa saja tak memikirkan hal itu karena kau tak mengalami apa yang kualami....kau tak tahu rasanya ketika yeoja yang kau sukai menuduhmu hal hal yang tidak tidak...ani...kurasa menuduh masih jauh lebih baik dibandingkan ditinggalkan begitu saja...bahkan aku belum sempat menyatakan perasaanku padanya....", ujar Daniel muram.

"Ah kenapa kau harus memperpanjang masalah ini?! Lagipula kau juga tak menyukai yeoja! jadi kau tak perlu memperpanjang hal ini...sekarang bersinlah sesuka hatimu!"

Seongwoo menghela nafas berat ketika teringat hal tersebut. "Arasseo...na ara...jigeum....geunyang dwaesseo", ujarnya. Ia kembali berbalik membelakangi namja itu. Ia menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, mencoba untuk tidur dan tak memikirkan ucapan Daniel meskipun sesungguhnya pikirannya tak sejalan dengan hatinya.

***

Boarding House

08.00 AM

Sabtu pagi yang cerah menanti semua anak didalam boarding house. Satu persatu masalah sudah mulai terpecahkan, dan kini mereka dapat berkumpul bersama dalam formasi lengkap. Jieqiong, Sejeong, Minhyun dan Shiyeon berada ada idapur setiap pagi, sama dengan pagi ini. Mereka sedikit memundurkan waktu sarapan, mengingat hari ini sekolah libur. Jieqiong memasak Kimchi chigae hari ini. Sejeong mengurus telur dadar disampingnya. Minhyun sibuk menata Meja, sedangkan Shiyeon bersandar di pojok dapur dengan mata setengah tertutup, ia hanya absen kebradaan saja disana.

“Minhyun-a.. sambil menunggu chigae ku matang, bisa bantu aku menyiram tanaman di halaman belakang?” Pinta Jieqiong “Sejeong-a kalau akus eidkit lama, kau matikan saja kompornya, ku rasa sebentar lagi matang”

“Ok” Jawab Sejeong.

Minhyun menggser pintu kaca penghubung dapur dengan halaman belakang. Ia berjalan ke arah keran air di sudut halaman juga marik selang untuk menyiram tanaman. Jieqiong menysul Minhyun tak lama setelah itu.

Seang 10 menit, suara ribut mulai terdengar dari arah ruang tamu. Mungkin para namja mulai banguns atu persatu. Langkah seseorang terdengar memasuki dapur “Pegophayo” Ujar suara tadi dari kejauhan dan semakin terdengar semakin lama semakin dekat. Sejeong mengerutkan dahi, ia tida ingin memikirkannya, tapi bayang-bayang tetang sebuah tindaka bodoh yang ia sesali semalam membayangi pikiran Sejeong. Gadis itu memukul pelan kepalanya sendiri.

Sang pemilik suara muncul diarea dapur. “Baego…” Kata-katanya terhenti begitu berpapasan dengan sejeong yang sedang meletakkan piring berisi telur dadar di atas meja makan. Dialah Ong Seongwoo. Seongwoo sedikit salah tingkah saat melihat Sejeong. Ia mengalihkan pandangan ke sana kemari yang membuat tingkahnya semkain terlihat aneh.

Beruntung, Guanlin datang disaat yang tepat.. namja bertubuh tinggi itu melewati Seongwoo, dan tiba-tiba saja Seongwoo menepuk pundak Guanlin cukup kuat “EY YO BRO!!” Sapa Seongwoo.

“Waeyo hyung?” Tanya Guanlin bingung.

Seongwoo melirik-lirik Sejeong. Sejeong sendiri bersikap acuh terhadap Seongwoo. Ia tidak peduli dan memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Dan hal tersbeut membuat Seongwoo keki “Ish..”

***

08.20 AM

Daniel merangkul Jonghyun. Namja itu baru saja selesai mandi. Raut wajahnya sudah sedikit kebih cerah dibanding semalam. “Semoga sarapan pagi ini enak.. aku alapr sekali” Ujar Daniel.

“Apappun  itu rasanya akan lebih enak dibanding makanan penjara” Canda Jonghyun “Nado pegopha” Keduanya berjalan melewati  tagga sebelum sampai ke area dapur. Tak sengaja mereka berpapasan dengan Jihoon yang baru saja menuruni tangga.

Seketika senyap menyapa ketiga namja tersebut. Daniel lupa memberitahu tentang Jihoon telah tinggal di Boarding House selama 2 hari terakhir, namun ia tidak bisa mengesampingkan kenyataan bahwa Chaeyeon, yang notabene adalah sepupu Jihoon merupakan seseorang yang menjerumuskan Jonghyun ke dalam penjara. Ia sadar pasti canggung bagi Jonghyun harus bertemu dengan Jihoon disana. Kondisi yang sama juga tergambar dari ekspresi Jihoon.

“Ah Jihoonnie, kau berada disini?” Sapa Jonghyun ramah.

Daniel tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Jonghyun sama sekali tidak keberatan melihat keberadaan Jihoon “Dua hari belakangan Jihoon menginap disini” Jelas Daniel.

“Ah..” Respon Jonghyun tenang “Khaja, kita sarapan”Ajak Jonghyun.

“Eum.. Aku meninggalkan ponsel ku di atas hyung. Kalian duluan saja” Jawab Jihoon. Jihoon kembali menaiki tangga untuk mengambil ponsel yang ia tinggalkan di lantau atas. Jonghyun dan Daniel sendiri melanjutkan langkah mereka menuju dapur.

Anak lainnya sudah berkumpul di meja makan. Orang pertama yang mencuri perhatian Jonghyun jelas adalah Jieqiong. Entah berpura-pura atau memang dengan sengaja, tapi Jieiqong mengalihkan pandangan kepada Shiyeon yang duduk disampingnya saat Jonghyun datang. Kursi disamping kiri Jieiqong sebenarnya masih kosong, tapi Jonghyun lebih memilih untuk menghindar. Nyatanya takdir berkata lain. Seongwoo yang berada di samping kursi kosong memanggil Jonghyun “Ya! Kim Jonghyun illowa.. kita masih banyak urusan hehe” mau tidak mau, Jonghyun duduk di kursi tadi. Seongwoo merangkul Jonghyun begitu Jonghyun duduk “Bogoshippeo.. Jonghyunnie oppa” Ledek Seongwoo.

“Ne ne..” Jawab Jonghyun sok jual mahal. “Oppa sedang sibuk, menjauhlah.. jajeungna” Canda Jonghyun.

Daniel menggeleng-geleng karena tingkah Seongwoo “Jangan bilang kau akan mengintrogasi Jonghyun disaat sarapan begini. Kasihani ia sedikit, ia masih lelah Haha” Seru Daniel mengambil tempat duduk dihadapan Seongwoo. Gualin dan Sejeong berada di kedua sisi Daniel.

“Wae? Kau cemburu Seongwoo menempel Jonghyun begitu?” Tanya Sejeong menyelidik. Tak “Ouch”.. Sebuah sentilan kecil dilakukan Daniel kepada kening Sejeong, Daniel tertawa geli mempelihatkan gigi kelincinya.

Mereka semua makan dengan lahap. Mereka nampak kelaparan. Karena pertengkaran semalam tak satupun dari mereka yang bangun di malam hari untuk memakan camilan, sebagian hanya mengambil minuman kemudian kembali tidur. Suara baru muncul setelah 20 menit. “Akhirnya aku bisa merasakan makan yangs seungguhnya” Gumam Seongwoo.

“Benar hyung, hari ini semua makanan terasa nikmat hehe” Sahut Hyungseob sembari mengunyah nasi. “Hyung bisa geser daging sedkit, aku amsih lapar” Pinta Hyungseob pada Minhyun.

“Tentu saja” Minhyun mendekatkan piring berisi daging ke arah Hyungseob.

Jonghyun selesai makan lebih dahulu. Perutnya masih sedikit sakit jika terisi terlalu banyak makanan, selama di penjara ia jarang menyentuh makanan “Manhi mokgo Yaedeul-a”

“Neodo neodo.. makan lah lagi” Sahut Seongwoo dengan mulut masih penuh “Atau kalau sudah selesai makan, sebaiknya kau mulai bercerita”

“Haha” Tawa Jonghyun kecil “Telan dulu makanan di mulut mu itu” Candanya.

“Tapi aku juga sedikit penasaran. Perkara apa yang digunakan oleh Chaeyeon sebagai kunci untuk menjerumuskan mu ke dalam penjara Jonghyun-a?” Tanya Minhyun yang juga sudah beehenti makan sejenak. Ia mulai kenyang melihat anak-anak lainnya makan dengan amat sangat lahap.

Jonghyun mengingat-ingat beberapa hal. Terlalu banyak fakta, sehingga ia sedikit bingung harus mulai dari mana. “Sepertinya semua berawa karena malam itu aku mengirimkan pesan kepada Baejin untuk bertemu” Jawab Jonghyun “Baejin tidak pernah datang, aku menunggu cukup lama, tapi ia benar-benar tidak muncul. Aku menunggu Baejin dengan Donghyun”

“Ahh.. Donghyunie.., si pemilik PC bang itu?” Tanya Seongwoo “Jadi kau pergi bersama Donghyun hingga  pulang larut? Ckckck.. akibat bermain game kau harus dipenjara. Ckckck” Tanggap Seongwoo.

“Eoh” Respon Jonghyun “Tapi Donghyun sudah menutup PC bang miliknya sejak 1 minggu sebelum waktu kejadian. Ia pergi ke luar negeri .. dan baru kembali malam itu. Jadi tidak seornag pun yang emngetahui ia pulang selain aku. Donghyun juga pergi lagi keesokan harinya” Jelas Jonghyun mengenai posisi dirinya dalam kasus Baejin. “Donghyun memutus semua sns juga nomor nya karena satu dan lain hal. Ia hanya memberi tahu ku bagaimana harus menghubungi dirinya jika ada hal yang penting”

“Dan karena kau berniat untuk mati di dalam tahanan, kau diam saja =_= Sehingga tak seornagpun bisa mengontak Donghyun.. Anak pintar” Sindir Seongwoo tak ada habisnya.

“Aku tidak habis pikir Chaeyeon sepicik itu sampai merencanakan ini semua, ia seperti ular” Sahut Shiyeon sangat kesal dengan kenyataan yang ada.

“Tapi bagaimana pun juga ku harap kau tidak akan pernah berbuat seperti ini lagi Jonghyun-a.” Seru Sejeong “Semua orang disini menjadi panik karena kau tidak mau menemui kami. Seperti apa keadaan mu kami tidak tahu, apa yang hafus kami lakukan pun kami juga sama sekali tidak tahu.. seumur hidup ku, aku tidak pernah merasa lebih bodoh dari saat-saat itu, kau tahu itu”

“Araseo. Mianhae..” Tanggap Jonghyun merasa tak enak.

“Hati mu pasti hancur diserang oleh mantan kekasih mu sendiri” Sahut Daniel “Sama seperti Shiyeon, aku juga masih tak habis pikir, Chaeyeon mampu berbuat seperti ini”

“Hubungan ku dengan Chaeyeon tidak lah sedalam itu” Jelas Jonghyun “Sejujurnya selain dihadapan kalian, kami tidak pernah sekalipun bertemu secara khusus. Setiap kali aku pamit untuk bertemu dengan Chaeyeon, aku akan berakhir dengan bermain di PC bang bersama Donghyun”

“OO..nappeun namja” Seru Seongwoo.

“Gotjimal” Gumam Jiejqong baru iku bicara sejak tadi.

“Jincharo!” Sungut Jonghyun kepada Jieqiong dengan penuh penekanan.  Minhyun dan Seongwoo tersenyum melihat interaksi Jieqiong dan Jonghyun. Keduanya berdehem meledek “Uhuk.. Ehemm”

Jihoon baru menampakkan diri di meja makan, ia yang sebelumnya hanya pamit untuk mengambil ponsel, ternyata memakan bnyak waktu sebelum akhirnya muncul disana  “Selamat pagi” Suasana di meja makan berubah drastis saat Jihoon datang. Mereka semua menutup mulut agar tidak membicarakan Chaeyeon.

“Duduklah Jihoon” perintah Jonghyun ramah.

Kaku gerak Jihoon mendekati mereka semua. Ia duduk di kursi kosong yangs ejanga ditambahkan oleh Minhyun untuk Jihoon. Setelah duduk sekalipun ia tidak segera menyantap sarapan. Ia juga mungkin sempat mendengar apa yang sedang dibicarakan mereka semua “Jweisonghabnida” Ujar Jihoon.

“Kau tidak perlu meminta maaf” Tanggap Jonghyun “Aku tahu kau juga dalam posisi sulit. Jadi.. Apa sekarang Chaeyeon mengusir mu karena kau bersaksi untuk membebaskan ku?” Tanya Jonghyun. Jonghyun tidak mengatakan tentang Jihoon yang pada awalnya mengakui melihat Jonghyun melakukan tindakan senonoh terhadap Chaeyeon, Jonghyun tahu Jihoon melakukan hal itu dibawah tekanan. Ia sendiri sangat ebeterimakasih karena pada akhirnya Dongho, Hyunbin, Daehwi dan Jihoon jujur bahwa mereka dipaksa mengakui semua itu sementara mereka sebenarnya tidak pernah melihat apapun.

“Hyung..” Sebut Jihoon lirih. “Ne.. Ia mengusir ku” Jawab Jihoon. Banyak hal yang ingin ia bocarakan dengan Jonghyun secara 4 mata, tapi saat ini bukanlah saat yang tepat.

“Chamkan.. Apa wajah mu babak belur begitu juga karena perbuatan Chaeyeon?” Tanya Sejeong sembari melotot dengan tulang ayam masih berada di tangannya.

"Ya...museowo", ujar Daniel, menyingkirkan tangan Sejeong yang masih memegang tulang ayam.

Guanlin angkat bicara intuk membantu Jihoon “Ne noona. Jihoon sebenarnya ingin bicara kepada kita semua, tapi ia belum memiliki kesempatan. Saat ini Jihoon juga tidak tahu harus tinggal dimana, karena ia tidak memiliki uang yang cukup. Orang fau Jihoon tidak pernah menemuinya ejak ia kecil. Ia hanya giduo dengan Chaeyeon dan kedua orang fua Chaeyeon selama ini. Semua barang-barang bahkan buku pelajarannya amsih berada di rumah Chaeyeon”

Jihoon segera menyela ucapan Guanlin. Ia merasa tak enak “Tentang itu.. Hyungdeul dan noonadeul tak perlu kahwatir. Aku akan mencari pekerjaan sambilan, dan saat aku memiliki cukup uang. Aku akan pamit.. aku berjanji tidak akan menyusahkan kalian lebih jauh dari ini”

“Aniya.. Menurut ku sebaiknya Jihoon tinggal disini saja” Celetuk Minhyun mengambil keputusan sepihak, ia baru memperhatikan reaksi anak lainnya setelah bicara “Eum.. maksud ku jika kalian mengizinkan” ralat Minhyun mengingat ia sendiri tinggal disana karena persetujuan anak lainnya.

“Aku juga berfikir seperti itu” Tanggap Jonghyun “Lagipula kita masih memiliki satu kamar kosong di atas. Mungkin Jihoon bisa tidur disana, jadi bagaimana pendapat kalian?” Tanya Jonghyun.

Anak anak lainnya saling menatap satu sama lain. "Na gwenchana", ujar Daniel santai.

"Jika Daniel gwenchana, nadu gwenchana", sambar Seongwoo. Di saat bersamaan, ia tak sengaja melihat Sejeong melihat sekilas ke arahnya.

"Nadu gwenchana", ujar Sejeong. Ia lalu melirik ke arah Siyeon, diikuti yang lainnya.

"Lakukan sesuka kalian", ujar Siyeon acuh sembari menikmati sarapannya.

Jihoon melirik Siyeon sejenak. Ia mengerti akan sikap siyeon. Ia cukup merasa lega karena penghuni di sana mau menerimanya dengan tangan terbuka. "Kamsahamnida...", gumam Jihoon malu.

***

Meja makan sudah mulai sepi. Seongwoo duduk bersebelahan dengan Daniel, keduanya memainkan game dengan sangat berisik. Sejeong, Jieqiong, dan Minhyun membereskan meja makan, juga mencuci piring kotor bekas sarapan. Hyungseob pamit untuk belajar kelompok, Jonghyun pamit untuk beristirahat karena masih merasa kurang enak badan, sementara Shiyeon, Guanlin dan Jihoon naik ke lantai atas.

“Kalian tidak ada acara esok?” Tanya Minhyun.

Jieqiong menggeleng. Ia melihat ke arah Sejeong menunggu jawaban Sejeong. “Aku juga tidak ada, belakangan aku sedang tidak bisa berfikir tenang, waeyo?”

“Eumm.. Geriguna” Jawab Minhyun “Aniya.. hanya saja rasanya baik jika kita pergi ke suatu tempat bersama, seperti piknik atau yang lainnya. Kita sedang banyak masalah beberapa waktu ini. Sepertinya kita butuh menenangkan pikiran dengan berlibur”

“Ide bagus.. “ Sahut Seongwoo.

“Ya .. kita pergi ke Busan saja” saran Daniel yang masih iri dengan Jieqiong pergi ke Busan, ia merindukan kampung halamannya.

“Kau saja pulang kampung sendiri” Seru Seongwoo. Di waktu yang sama, mendadak smartphone milik Seongwoo, Daniel, Jieqong dan Sejeong menunjukkan notifikasi dari grup Chat mereka. Jieqiong dan Sejeong mengelapntangan mereka lalu membuka grup chat lebih dahulu. Sejeong mengerutkan Dahi “Jonghyunnie? Mwoya ige?” Sejeong melirik Jieqiong disampingnya. Jieqiong terlihat membeku dengan posisi melihat ke arah smartphone, nampaknya ia mengerti isi dari pesan tersebut.

Minhyun melirik Smartphone Sejeong. Ia juga tidak mengerti maksud dari pesan tersebut. Di meja makan, Seongwoo dan Daniel melihat pesan tersebut belakangan. Senyum sumringah langsung tampak di wajah Seongwoo begitu melihat pesan tersebut.. “OOOOO~~~” Sorak Seongwoo rusuh. Pak pak pak.. ia memukul-mukul Daniel saking sumringahnya “UHUKKKKK !!!! Zhou Jieqiong .. UHUKK!!!!” Goda Seongwoo.

“Mwoya?” Sejeong dan Minhyun melirik Seongwoo yang sedang asik petakilan sendiri.

Seongwoo tak menyangka Jonghyun akhirnya berani mengatakan semua ini bahkan di dalam grup chat yang notabene akan dibaca semua orang “Daebakkk.. Kim Jonghyun.. Aiiihh Puropta.. eihh.. aigooo” Seongeoo memelukDaniel saking gemasnya ia.

Kening Sejeong semakin mengerut dengan kemesraan Seongwoo dan Daniel.

“Aku ada urusan” Seru Jieqiong berlari meninggalkan dapur.

“Jieqiong-a.. eodiya?” Seru Minhyun. "Ah wae gurae? ah wa gurae Sejeong-ah?", tanya Minhyun bingung.

"AH MOLLA!!", seru Sejeong sebal lalu bergegas pergi dari sana.

"Yang satu senang yang satu lagi kesal....ah penghuni rumah ini benar benar tak ada yang normal", sungut Minhyun.

***

Guanlin’s Room

09.00 AM

Shiyeon dan Jihoon hanya berdua saja di dalam kamar Guanlin. Guanlin pergi ke toilet. Shiyeon enggan membuka pembicaraan. Kenyataan bahwa mulai saat ini Jihoon akan tinggal bersama mereka membuat Shiyeon sulit memahami hatinya sendiri. Di satu sisi ia senang berada di dekat Jihoon, perasaan itu masih ada, namun disisi lain.. setiap kali ia melohat Jihoon, akan mengingatkannya dengan Jinyoung yang telah pergi meninggalkan dunia.

“Mianhae” Ujar Jihoon.

“Kau sudah mengucapkan kata-kata itu beribu-ribu kali” Jawab Shiyeon “ Aku lelah mendengar permintaan maaf, sudahlah”

“Shiyeon-a.. apa kau membenci ku?” Tanya Jihoon to the point. “Mulai hari ini, aku akan tinggal bersama dengan mu. Kalau kita terus seperti ini, baik kau dan aku akan merasa tidak nyaman terus menerus”

Shiyeon membuang muka “Jebal Jihoon-a beri aku waktu. Ini tidak mudah untuk ku. Semua terjadi karena kesalahan ku. Juga kesalahan mu.. apa kau pikir aku bisa bertingkah seolah semua baik-baik saja?”

“Araseo.. “ Jawab Jihoon pasrah.

Clek.. pintu kamar terbuka. Guanlin memasuki kamar. Ia duduk di atas tempat tidur, bergabung dengan Shiyeon dan Jihoon. “Kalian sedang membahas apa?” Tanya Guanlin.

“Tak ada” Jawab Shiyeon.

Drett.. dreet..  Shiyeon dan Guanlin menerima notifikasi dari Grup Chat. Keduanya langsung memeriksa isi pesan. “Daedaphae..(Answer me) Wae daedap anhaeseo? (Why didn’t you give me an answer)” Baca Guanlin mengeja perlahan “Bagian atas ini apa maksudnya Shiyeon-a? Kepada siapa Jonghyun hyung bicara?”

“Biar ku lihat” Pinta Jihoon. Guanlin menunjukkan smartphone nya kepada Jihoon “4 = Sa, (Ear) = Gwi, (Sleep) = Ja..” Baca Jihoon “Sagwija.. Sagija? “

“Omo.. igo.. Gobaekgeun (Love confession).. Matjwo? nugu hantae?” Seru Shiyeon heboh “Omona omonaa.. Jieqiong eonnie?”

P.S: In Korean, SaGwiJa means "Let's Date"

***

Minhyun, Daniel, Sejeong, dan Seongwoo duduk bersama di ruang tamu setelah makan malam. Daniel duduk berdampingan dengan Seongwoo dengan smartphone di tangan mereka masing masing. Sesekali mereka tertawa terbahak bahak. Tidak, mereka sedang tidak bermain game, tapi mereka tengah menggoda Jonghyun melalui group chat.

"Tch...mitchin saramdeuri", gumam Minhyun tertawa pelan melihat tingkah OngNiel. Ia melirik Sejeong yang sejak tadi duduk di sampingnya. Yeoja itu asyik menonton TV dan terlihat tak terganggu dengan tingkah OngNiel. "Group chat itu apa?", tanya Minhyun polos. Sebagai satu satunya yang tidak memiliki smartphone, ia merasa sedikit terasingkan.

Pertanyaan polos Minhyun mengalihkan perhatian OngNiel dan juga Sejeong. "Wah....kau sungguh datang dari jaman jeoseon?", tanya Daniel tak percaya.

Sejeong mengeluarkan smartphonenya dan menunjukkan pada Minhyun. "Ini adalah aplikasi chatt-aniya...berkirim pesan secara singkat....kau tak perlu menulis tapi hanya cukup mengetik saja", ujar Sejeong. Ia membuka aplikasi grup chat dan menunjukkannya pada Minhyun. "Igo bwa....kau lihat pesan pesan ini? ini yang membuat dua orang itu tertawa tawa sejak tadi", ujar Sejeong menunjuk OngNiel. "Pesan pesan ini dikirim oleh mereka..."

"Tapi mereka menyebut nyebut Jonghyun....apa ia bisa melihatnya juga?", tanya Minhyun.

"Tentu saja....nama Jonghyun berada di grup chat ini...itu berarti ia juga bisa membacanya", ujar Sejeong.

"Tapi bukankah itu menganggu sekali? mereka sepertinya berisik sekali", gumam Minhyun.

"Maja! jika kau melihat orang orang seperti mereka....ini yang harus kau lakukan", ujar Sejeong sembari menunjukkan sesuatu pada Minhyun.

Drrt~ drrt~ smartphone milik OngNiel bergetar. Keduanya men.gecek griu chat. "YAAAA KIM SEJEONG!!", seru keduanya.

Boarding House Group Chat:

*Kim Sejeong kicked Ong Seongwoo from Group Chat*

*Kim Sejeong kicked Kang Daniel from Group Chat*

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA", Tak lama kemudian tawa gelak terdengar dari arah kamar Jonghyun.

***

Jonghyun & Minhyun’s Room

09.10 AM

CLEK! Jonghyun menutup mata ketika mendengar seseorang memasuki kamar. Dugaannya tidak lah salah. Jieqiong disana. “Ireona!” Perintah Jieqiong. “Ah palli.. jangan pura-pura tidur begitu.. palli ireonaa~~”  Rengek Jieqiong merajuk kesal. Jieqiong menggerakkan tubuh Jonghyun “Ah palliwa”

Tawa Jonghyun lebih dulu nampak sebelum kedua matanya terbuka. “Wae~” Ia bertanya dengan nada manis.

Jieqiong duduk bersila di atas temlat tidur Jonghyun. Ia mengambil sebuah bantal, dipeluknya bantak tersebut, lalu ia berbalik memggungungi Jonghyun. Pipinya menggembung sebal karena perbuatan Jonghyun “Ini tidak lucu.. Seongwoo terus menggoda ku barusan”

Senyum lebar itu tak lepas dari air muka Jonghyun “Aku terlalu mengalah dalam banyak hal dalam hidup ku, sekali ini aku ingin serakah. Apa aku salah?” Jonghyun menyentuh lengan Jieqiong ujung jari telunjuknya. “Daedaphaejwo~~” Jonghyun membumbui ucapannya dengan aegyo. “Naega michigaesso jigeum..”

Jieqiong berkata “Nan Niga Shireo!” dengan ketus. Ia membiarkan kepalanya bersanda pada bantal yang ia peluk. Sulit baginya untuk menyembunyikan bahwa ia juga bahagia. Ia hanya sedang mencari perhatian Jonghyun saja. Toh ia membelakangi Jonghyun. Jonghyun tak akan melihat ekspresinya.

Jonghyun sendiri hanya tersenyum tenang mendengar jawaban Jieqiong. Ia tahu Jieqiong tidak sungguh-sungguh. Jieqiong hanya sedang ‘ngambek’ padanya. Jonghyun menyangga kepala dengan sebelah tangan. Sebelah tangangannya lagi ia letakkan di atas kepala Jieqiong. “Baiklah.. aku akan menunggu sampai kau menerima ku” ujarnya “Naega nappeungeon ara”

 

Ungkapan Jonghyun kali ini berhasil membuat Jieqiong membalik tubuhnya. Senyum di wajah Jieqiong pudar berubah menjadi kekhawatiran “Wae~” Protes Jieqiong “Barusan kau bertingkah manis dan menggunakan aegyo dalam berbicara, sekarang kau kembali menjadi si pasrah Kim Jonghyun lagi? Anjoha” eluhnya. Jieqiong menghela nafas sebal. “Bogoshipeo” ucapnya Jieqiong memanja. Jemari Jieqiong bermain disekitar kepala Jonghyun, menyibak tipis rambut blonde baru Jonghyun “Mengapa kau merubah warna rambut mu. Kau terlihat tampan, aku benci itu”

“Mwoya~” Senyum Jonghyun merespon ucapan Jieqiong. “Nado bogoshipeo” Jawab Jonghyun. Ia menepuk-nepuk sisi kosong disampingnya, meminta Jieqiong berbaring disana  “Illowa”

Jieqiong melihat ke arah pintu. Ia takut seseorang masuk dan melihat mereka berdua. Satu dua detik saja ia berfikir. Detik berikutnya Jieqiong berbaring disana, disisi Jonghyun. Kepala Jieqiong bersandar pada tangan Jonghyun, kedua tangannya bersandar tenang didepan dada Jonghyun. Jonghyun mendekap tubuh Jieqiong tenang. Beberapa menit mereka hanya diam menikmati kehangatan yang tercipta dari pelukan tersebut. “Joha.. Nado.. neol johahae” Jawab Jieqiong pelan. Jieqiong mendongak, membuat mata mereka bertemu satu sama lain. Senyum tipis terkembang di wajah keduanya. Jieqiong menyentuh wajah Jonghyun lembut “Paboya.. Apeujimalgo. Haengbokhaja. Jigeunm buteo.. arachi?”

“Eoh” Jawab Jonghyun singkat.

Ditengah suasana tenang diantara Jonghyun dan Jieqiong.. tiba-tiba saja.. Clek.. pintu terbuka. Jonghyun dan Jieqiong tidak merespon cepat karena mereka terlalu terfokus pada lawan bicara. Kepala Seongwoo muncul dari balik pintu. Jieqiong dan Jonghyun menanggapi santai saat tahu Seongwoo lah yang datang.

“Mwohaneun geoya.. ” Tanggap Jonghyun tak menghapus senyum di wajahnya.

“Jogiyo.. Mianhaeyo.. Jangan lupa mengunci pintu” Canda  Seongwoo.

“Nagarago Ong Seongwoo!” Usir Jieqiong.

“UHUKK.. hemm.. Purobtaa.. Purobtaaa!!” Seru Seongwoo rusuh. BLUK.. Ia menutup kembali pintu, tapi suaranya masih terdengar sampai ke dalam “Hahahaha.. Pureopta!” teriak Seongwoo. Tak lama terdengar suara lainnya dari luar. "Mwohae?", suara Sejeong terdengar tak lama setelahnya. Jonghyun menempelkan telunjuknya di bibirnya memberi sinyal agar tak bersuara. Jieqiong mengangguk pelan.

"Eobseooo!", balas Seongwoo.

"Lalu kenapa kau di sana? kamarmu di bawah!. Solma...apa sesuatu terjadi lagi pada Jonghyunnie? Ya bikyeo", ujar Sejeong.

"Aniya!", seru Seongwoo cepat. Duk! Duk! terdengar suara hantaman pelan pada pintu kamar Jonghyun. Jieqiong dan Jonghyun tertawa karena ulah temannya yang satu itu. Ia sudah tahu jika keduanya pasti tengah bertengkar di luar sana.

"YA JONGHYUNNAAAA~ KUNCI PINTUNYAAAA!!!", seru Seongwoo dari luar.

"Mwo?! Ya! Bikyeo! Yaaa lepaskan aku! Yaaaa Ong Seongwoo neo jugullae?!", seru Sejeong dari luar.

"Ah....mereka berisik sekali", gumam Jonghyun tersenyum tipis.

“Ia harus segera memiliki kekasih” Ujar Jieqiong.

“Ia menyukai seseorang..” Ucap Jonghyun. Jonghyun membisikkan sebuah nama di telinga Jieqiong.

Jieqiong membuka mulut, membentuk huruf O dengan bibirnya “Ahh~ Pantas saja.. aku juga sudah curiga”

***

9.15 PM

"YA JONGHYUNNAAAA~ KUNCI PINTUNYAAAA!!!", seru Seongwoo.

"Mwo?! Ya! Bikyeo! Yaaa lepaskan aku! Yaaaa Ong Seongwoo neo jugullae?!", seru Sejeong. Namja itu menahannya dan mendorongnya pelan, namun di saat bersamaan, BUK! keduanya terjatuh di salah satu sofa yang berada di lantai dua. Seongwoo berada tepat di atas Sejeong. Terjadi keheningan di antara keduanya selama beberapa saat. Hingga.."Mwohaeyo?", terdengar suara Siyeon yang baru saja muncul tak jauh dari mereka.

Duk! "Argh!", Sejeong refleks mendorong Seongwoo hingga namja itu terjungkal di lantai. "Eo-Eobseo!", seru Sejeong berjalan canggung menuju kamarnya.

Siyeon menatap Seongwoo curiga. "Oppa malhae!", desak Siyeon

"Mwol malhae?! kami hanya terjatuh", sungut Seongwoo.

"Tch...anmideo! Tak ada angin tak ada hujan tahu tahu kalian terjatuh di atas sofa...memangnya kalian sedang syuting drama?", ledek Siyeon lalu melenggang masuk ke dalam kamar.

"Aish anak itu....", sungut Seongwoo. "Mengganggu saja", sambungnya lalu lekas bangun dan turun ke lantai satu.

***

The Next Day

10.00 AM

Sesuai perjanjian mereka kemarin. Hari ini seluruh anak boarding house berencana melakukan piknik untuk menenangkan pikiran mereka setelah diterpa badai cobaan yang tak kunjung berhenti. Seonho memaksa ingin ikut piknik tersebut, ia bahkan sudah menyewa sebuah minibus beserta supirnya khusus untuk menyogok pada anggota boarding house agar ia dibolehkan ikut. Mereka semua pun pada akhirnya mengalah dan menikmati semua fasilitas yang disediakan Seonho.

Sebuah taman yang sangat indah menyapa mereka. Beberapa keluarga juga terlihat berpiknik disana bersama anak-anak mereka, terdapat danau kecil didekat taman. Danau yang sangat indah. Sampai disana, Seonho adalah anak pertama yang berlari bahagia ke area piknik, ia menaruk-narik Minhyun bersama dengannya “Huaaaaaaaaaaaaaa… tempat ini indah sekaliiiiiiii.. iya kan Hyung? iya kannn”

Minhyun mengatur nafas, ia bukan anak berusia belasan yang memiliki tenaga full seperti Seonho. “Hosh.. hoshh.. ne .. ne” Jawab Minhyun seadanya agar semua cepat berlalu.

Sejeong berjalan dibelakang Jihoon, terlihat juga Shiyeon di depan Jihoon sedang membawa keranjang berisi makanan sebagai bekal piknik mereka, dihadapan mata Sejeong, Jihoon menawarlan bantuan pada Shiyeon, tangan Jihoon dan Shiyeon bertemu pada pegangan keranjang tersebut “Shiyeon-a biar aku yang membawanya, ini sedikit berat”

“Aniya gwenchana” Tolak Shiyeon kaku.

Jihoon tersenyum memberi signal agar Shiyeon memberikan keranjang tersebut, Telapak tangan mereka masih bersatu di tempat yang sama “Biar aku saja” pinta Jihoon sekali lagi. Kali ini Shiyeon mengalah dan memberikan keranjang pada Jihoon. Jihoon turun dari bus lebih dahulu dengan keranjang yang telah berpindah tangan. Ia menunggu Shiyeon dan mengulurkan tangan untuk Shiyeon saat shiyeon juga hendak menyusul turun “Josimhae” Ujar Jihoon.

Shiyeon meraih tangan Jihoon karena ia takut terjatuh. Semburat merah di wajah Shiyeon nampak begitu keduanya sudah sama-sama turun “Gomawo” Ucap Shiyeon malu. Jihoon juga dengan sopan melepaskan pegangan tangannya pada Shiyeon dan memilih untuk jalan berdua menuju lokasi dimana Seonho dan Minhyun sudah disana lebih dahulu.

Sejeong mengipas-ngipas wajah dengan kedua telapak tangan. Hari masih cukup pagi, namun ia sudah disajikan adegan-adegan manis yang bisa membuatnya diabetes jika terlalu banyak dilihat. Belum selesai panas di kepala Sejeong, ‘ujian’ lainnya muncul.

Jieqiong-Jonghyun, pasangan yang masih hangat setelah membuat keributan dengan pernyataan cinta pada grup chat yang membuat seisi boarding house cemburu ini, sejak dalam perjalanan tadi pun sudah saling berpegangan erat. “Sejeong-a kau tidak turun?” Tanya Jieqiong heran karena Sejeong hanya berdiri didekat pintu keluar tapi tidak jua turun

Mata Sejeong terfokus pada kaitan telapak tangan Jonghyun Jieqiong, membuat kepalanya semakin panas. Ia berusaha memunculkan senyumnya di wajahnya “Turunlah lebih dulu” ujarnya.

“Baiklah” Jawab Jieqiong. Ia dan Jonghyun turun dari bus. Sama seperti Jihoon, Jonghyun turun lebih dahulu untuk menunggu Jieqiong, juga meraih tangan Jieqiong agar Jieqong tidak terjatuh. 

** TO BE CONTINUED **


Tags:
Komentar
RECENT FAN FICTION
“KANG MAS” YEOJA
Posted Rabu,16 Juni 2021 at 09:31
Posted Senin,20 April 2020 at 22:58
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 23:42
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:08
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
FAVOURITE TAG
ARCHIVES