CHAPTER 2 : 사람, 사랑 (Person, Love)
I’ll walk slowly, one step, two step with heavy footsteps.
Berharap ini bukan masalah baginya. Tapi, kenapa begini? Apa ada sesuatu yang terjadi dalam dirinya? Atau mungkin juga hatinya?
Tak lama namja yang berpeawakan tinggi dan tampan keluar dari toko tas branded di seberang taman kota bersama yeoja yang mirip aktris Korea, Han Chai Young, bisa dibilang idaman para pria. Dia bahkan membukakan pintu mobil mewah yang pernah Taeyeon lihat sebelumnya. Mobil mewah itu. Apakah milik kekasih Siwon?. Benar, kini Taeyeon kesal bahwa pria itu sudah mempunyai seorang kekasih. Taeyeon menyesal melihat kemesraan Siwon dengan gadis itu.
“Kenapa, kenapa aku tadi ingin menyeberang? Kenapa mereka bermesraan dekat etalase?” Taeyeon menangis di balik bantal doraemon kesayangannya sesekali memukul-mukul kasurnya, memukul kepalanya dengan bantal. Air matanya tak terbendung lagi, dia ingin marah pada Siwon.
“Pabo, pabo, Taeyeon-ah. Kamu itu siapa? Pantas saja dia bahkan tak pernah melihatku, berbicara padaku, ah”. Taeyeon merasa badannya dicambuk dengan rotan karena adegan yang menyakitkan yang baru saja ia saksikan. Seluruh tubuhnya lemas. “Dia bahkan mencium pipi kekasihnya di toko, menyebalkan, eomma…” Hatinya bagai tertusuk duri, dia menganggap dirinya tak beruntung semenjak bertemu Siwon.
Dua hari sudah Taeyeon tidak ke kampus, Baekhyun mulai merindukan Taeyeon. Baekhyun memeriksa perpustakaan, kantin dan tempat peraduan Taeyeon yaitu taman kampus. Baekhyun menghela napas panjang, wajah gadis yang sederhana itu memenuhi benaknya. Setelah berjam-jam duduk di taman kampus, dia mengangkat kepalanya yang sedari tadi menyaksikan rumput-rumput hijau tak bergoyang itu. Matanya menangkap sosok wanita yang ada di pikirannya setiap hari, ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa itu adalah Taeyeon. Ya, kakak tingkat pujaannya. Entahlah, apa penyebabnya. Tapi, Baekhyun menyadari perasaannya semenjak ia bertanya tentang novel yang ingin ia cari di perpustakaan kampus satu tahun yang lalu.
“Mianhae, em... apa anda tahu di rak mana Novel Korea terbaik diletakkan? Aku tidak menemukannya sejak tadi” tanya Baekhyun ragu sambil memandang Taeyeon yang sangat fokus membaca buku.
Satu detik, dua detik, tiga detik, Taeyeon tak menjawab pertanyaan Baekhyun membuat Baekhyun bingung tak mengerti mengapa dirinya tak dihiraukan.
Tiba-tiba angin masuk membuat suasana terlihat mendramatisir ketika Taeyeon mengikat rambutnya. Sepertinya Taeyeon tak menyadari ada namja yang menyaksikannya dengan seksama.
“Ah, angin yang menyegarkan.” Ucap Taeyeon senang tanpa menghiraukan di sekelilingnya.
Taeyeon merasa ada yang sedang memperhatikannya. Ada seseorang berdiri di sampingnya. Ia langsung mengarahkan pandangannya ke sosok namja yang imut dan terlihat sangat muda.
“Mwoya?” tanya Taeyeon risih.
“Ah, Aniyo, gwaenchanhayo.” Jawab Baekhyun gagap dan tersipu malu.
Ah, entahlah bisa disebut cinta pada pandangan pertama bagi Baekhyun.
“Taeyeon nuna…” sapa Baekhyun semangat seperti baru saja mendapatkan harta karun. Dia gembira, ia tertawa-tawa sendiri. “Kamu kemana saja,aku takut kamu tidak kembali”.
Taeyeon hanya diam. Wajahnya pucat, bibirnya kering, dia seperti mayat hidup. Semangat Baekhyun hilang melihat gadis di depannya tak ada ekspresi, apa yang terjadinya padanya. Baekhyun pun bertanya-tanya dalam hati, dia merasa tidak melakukan kesalahan pada Taeyeon. Tiba-tiba ia terbayang peristiwa dua hari silam di saat dia bersama adik sepupunya menikmati suasana taman kota yang sangat cerah. Dia melihat Taeyeon menangis dan menjerit seperti orang yang sedang sakit parah, saat itu Taeyeon berlari pelan tak sadarkan diri. Orang-orang di taman pun bingung melihatnya. Baekhyun ingin mengejar Taeyeon ,tapi kepalanya justru berpaling cepat ketika kedua matanya sekilas menangkap sosok Siwon di depan toko tas bersama seorang yeoja. Setelah mengingat peristiwa itu Baekhyun menyadari bahwa nuna yang dia suka sedang dalam masalah. Walau dia tidak tahu apa penyebanya. Dia memutuskan untuk meninggalkan Taeyeon sendiri. Baekhyun juga sakit, dia sangat meyakini bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan.
“Aku tidak senang melihat nuna sedih, menangis, kecewa atau apapun itu. Aku sangat ingin nuna tersenyum bahagia dalam pelukanku, tapi aku tidak bisa melakukannya nuna. Ah, kenapa harus Siwon, nuna? Apa aku terlambat mencuri hatimu?.” ucap Baekhyun kesal dengan suara lirih sambil memukul pelan pohon besar di hadapannya.
“Hai… Siwon yang tampan… maukah kau menyanyikan lagu untukku? Aku penggemarmu, sungguh.” bujuk Yoona dengan tingkahnya yang centil.
Siwon mengambil gitarnya dan bernyanyi dengan penuh penghayatan. Semua yeoja di ruang kelas menikmati, menghayati suara Siwon yang memang sangat membius hati para wanita. Apalagi ia menyanyikan lagu Nothing On You. Taeyeon melewati ruang kelas Siwon, ia berhenti mendadak ketika telinganya mendengar suara merdu melantunkan bait lagu yang sangat indah. Taeyeon menyaksikan Siwon dibalik kaca kelas Siwon. Pesona Siwon memang sangat kuat untuk memikat hati para wanita. Taeyeon pesimis, wajahnya murung. Baginya wajar jika gadis bersama Siwon dua hari yang lalu atau Yoona bisa mendekatinya, mendengar suara Siwon dengan bahagia. Sedangkan dia?. Taeyeon melangkahkan kakinya untuk segera ke kelasnya.
“Yang ini berapa?” tanya Taeyeon penasaran.
“Hanya 40 won nona” jawab pedagang kosmetik itu ramah.
“yang benar saja, 40 won , mianhae aku tidak jadi membeli, hehe.” sahut Taeyeon sambil tersenyum malu.
Taeyeon ingin merubah dirinya tampil lebih feminin, anggun dan cantik seperti di drama-drama yang menghiasi layar kaca televisinya, yang membuat pangerannya tertegun dan langsung jatuh cinta. “Aisshh… pikiran apa ini?”. ia memukul kepalanya pelan dengan tangan kirinya agar berhenti menghayal. Tentu saja dia menghayal karena dia bukanlah gadis anak bangsawan untuk bisa membeli gaun, tas mahal, sepatu mahal, gelang mahal, semua barang yang harganya mahal, membeli buku saja dia harus sering-sering menabung. Taeyeon melamun tapi kakinya terus melangkah, tangan kanannya memegang erat ice cream coklat kesukaannya.
Bruuuk
“ah…mianhae…”. Taeyeon bergegas mengambil tisu di dalam tasnya, ia pun membersihkan baju kaos putih seorang namja yang kotor karena ice creamnya. Taeyeon tidak melihat baju siapa yang ia bersihkan, badan namja itu sangat tinggi darinya, dia enggan melihat ke atas. Dia sibuk sendiri. Taeyeon membungkuk kemudian meninggalkan namja itu. Taeyeon terus saja menikmati suasana tempat wisata yang populer di kotanya. Matahari sudah mulai menunjukkan bahwa dirinya akan menuju ufuk barat. Taeyeon melihat jam tangannya, setelah melihat jarum jam yang mengarah pada angka lima, Taeyeon mulai berpikir untuk segera pulang.
“Nuna, kau akan berangkat besok? jangan lama-lama di Paris!” tanya Siwon cemas.
“Tentu, aku kan sudah lama disini bersama anak playboy, huh rasanya aku tidak betah lagi, aku takut dia menunjukkan gadis-gadis yang tersakiti padaku lagi.” Hyun Ah melambaikan tangannya yang memiliki jari yang sangat bagus kepada adiknya itu, Siwon mendekat ke wajah Hyun Ah yang sudah berada dalam mobil.
“Kau juga harus tahu yah, jika kau ingin aku menetap disini, kau harus mendapatkan yeojachingu yang baik, aku tidak mau tahu, kalau kau masih menyuruhku berkenalan dengan yeoja yang tidak aku mengerti, aku tidak akan kemba…li…arasseo?” ancam Hyun Ah pada adik kesayangannya itu.
“Benarkah begitu?” Hei tapi aku sudah menemukannya, arraseo? tapi aku tidak tahu apakah aku bisa mendapatkannya.” sahut Siwon dengan senyum kecut.
Taeyeon melemparkan tas ungu kesayangannya. “Omo…Taeyeon, Taeyeon, kau ini kenapa? Kenapa merasa sedih dan terluka jika melihat namja sombong itu bersama wanita lain? Ah apakah ini pertanda aku jatuh cinta?” Teriak Taeyeon di kamar. Dia melempar guling, bantal, membuat kamarnya berantakan bagai kapal hancur yang terdampar di pulau asing. “Mereka bermesraan lagi, kenapa café itu hanya berdinding kaca? Ah.. Mengapa ada dia?”.
Keesokan harinya Taeyeon berdiri di depan kelas, kelasnya ada di lantai tiga, jadi ia bisa melihat suasana di bawah, melihat mahasiswa yang lalu lalang dan beraktivitas lainnya. Taeyeon tak menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya di seberang. Taeyeon terlalu fokus pada apa yang menjadi pusat perhatiannya.
Setelah mata kuliah siang sudah berakhir, Taeyeon pun ke perpustakaan. Tempat favoritnya, dia tak ingin hobinya ini menghilang. Ia butuh kawan sekarang, buku. Tapi kali ini bukan buku non fiksi yang ingin ia baca, tetapi novel romantis.
“Hei... hei... kau kutu buku kan?” tanya Siwon mendadak sambil mencolek bahu Taeyeon dengan buku tak sopan.
Taeyeon merasa risih dan tak berbalik langsung menjawab “Wae? Ani...”
“Kenapa orang merekomendasikanku untuk minta pertolonganmu?”
“Mana ku tahu.”
“Yak... jangan cetus seperti itu, bicara dengan benar.”
“Mwoya? Apa ada yang salah dengan gaya bicara ku, hah?”
“Issh... kau tidak melihat siapa yang mengajakmu bicara.”
“Apa kau tidak lihat apa yang aku lakukan, hah?” sahut Taeyeon kesal dan segera menutup bukunya kemudian mengepalkan tangannya penuh rasa marah.
“Kau... kau... aku pasti salah orang pasti kelihatannya kamu lebih garang dari harimau.” Kata Siwon terus mengoceh.
“Jinjja? Na?” Taeyeon pun langsung berdiri dari tempat duduknya dan langsung meninggalkan Siwon tanpa melihat sedikitpun.
“Tunggu!”
Taeyeon pun menghentikan langkahnya. Ia menghela napas yang panjang, mencoba meredakan amarahnya.
“Kalau bisa jangan seperti itu!” ucap Siwon hangat.
Mata Taeyeon mendadak melotot, entah apa yang kini ada di pikirannya sesutu yang selama ini telah hilang seakan-akan mucul kembali dalam kehidupannya. Tapi, Taeyeon tak yakin akan hal itu. Ia mengeleng-gelengkan kepalanya, pertanda tidak meyakini perasaan yang lain dari hatinya.
“Taeyeon-ah”
Taeyeon pun berputar ke belakang menanggapi orang yang memanggilnya. Berharap ia kuat jika menemukan sesuatu yang berhubungan dengan perasaannya yang tak ada asal-usulnya. Seketika, Taeyeon malah merasa aneh. Seperti mimpi. Apa yang baru saja ia rasakan. Sulit dimengerti.
“Nuna... apa yang kau lakukan di situ?” tanya Baekhyun bingung
“Ah... ah... aniyo” jawab Taeyeon kikuk.
“Itu bukunya sudah dibaca, nuna?”
“Ooh... iya... tolong kembalikan buku itu ya, aku buru-buru”
“Mau kemana” Baekhyun mulai panik dengan sikap Taeyeon. Wajahnya mulai cemberut. Lagi-lagi ia tak begitu dianggap. Menyebalkan.
Taeyeon tak menjawab dan langsung berlari dari hadapan Baekhyun. Ada perasaan yang mulai menyesakkan dadanya. Ia pun berhenti di depan kelas. Seperti ada seseorang yang ia rindukan yang kini muncul kembali.
Tiba-tiba alunan suara yang berasal dari senar gitar terdengar di telinga Taeyeon. Ia kesakitan. Ia seperti sudah kehabisan napas mendengarnya. Seseorang yang mungkin memainkannya adalah orang yang tak berperasaan baginya. Jahat. Pengecut. Itulah kata-kata yang terucap di hati Taeyeon tapi tak terucap di mulutnya.
*
Geudae naege dagaonayo
Geudae ije nae saramin gayo
Naege manhi meomut
Georyeodo gakkeum
Hime gyeowodo nareul jikyeo
Jullaeyo
**
Nae saram, nae sarang
Naboda deo sojunghan
Geudaega naege gidae swil su itdorok
Jikilgeyo, i moseup areumdaum
i sungan sarangeuro
uri yeongwonhi hamkke
eonjenakkajina hamkke haeyo
Bulir-bulir air mata Taeyeon jatuh tak terbendung lagi. Ini sungguh memilukan. Lagu itu? Kenapa harus terdengar lagi?. Dia pun lemas dan langsung jatuh tersungkur di lantai. Ia tidak kuat. Orang-orang yang melihatnya heran. Tiba-tiba ada tangan gadis yang memegang bahu Taeyeon berusaha mengangkat tubuh Taeyeon yang lemah untuk masuk ke kelas. Gadis itu pun mengantarkan Taeyeon ke kelas dan duduk, dengan kelembutannya ia menyapukan air mata Taeyeon. Kemudian menyandarkan tubuh Taeyeon ke tubuhnya yang kurus dari Taeyeon.
“Ada apa dengan nuna-ku?” tanya Baekhyun dengan nada suara yang keras tak terkendali pada gadis itu.
“Mollayo”
“Nuna, kau ini kenapa? Aku sudah berfirasat buruk sejak tadi.” Bekhyun mengeluh pada Taeyeon.
“My person, my love”
Baekhyun dan gadis itu menatap satu sama lain, bingung tak mengerti apa yang di maksud oleh Taeyeon. Kenapa ia berbicara tentang cinta?. Baekhyun semakin tak memahami sosok Taeyeon, tapi ia berusaha mengerti. Lagi-lagi ia harus mengalah. Tapi, Baekhyun khawatir ada seseorang yang telah masuk dalam hati Taeyeon sebelum dirinya. Benar-benar rumit.