DREAMERS.ID - Pecinta drama Korea pasti mengetahui chimaek atau chicken maekju (beer) yang sering muncul di banyak adegannya. Ayam goreng ala Korea ini sering menjadi pilihan untuk camilan yang mengenyangkan ditambah minuman soda dingin atau segelas bir.
Menilik ke belakang, dahulu ayam hanya dimasak dengan resep tradisional seperti samgyetang (sup ayam ginseng). Pada era pasca perang Korea tahun 1950an, barulah ayam goreng hadir di Korea Selatan yang diperkenalkan oleh tentara Amerika yang bertugas di Korea.
Saat merayakan Thanksgiving yang di mana identik makan kalkun, namun karena tidak ada kalkun di Korea akhirnya makan ayam goreng sebagai gantinya. Ayam goreng tepung itu juga dibagikan kepada tentara korea dan semua orang Korea juga menyukai ayam tersebut.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, restoran ayam rotisserie bergaya Barat menjadi populer di perkotaan. Saat hari gajian, para ayah akan membawa pulang ayam rotisserie untuk dibagikan kepada keluarga. Ayam rotisserie, dianggap sebagai snack mewah sebulan sekali.
Muncul lah inovasi dari ayam goreng yaitu yangnyeom chicken merupakan ayam goreng dengan saus merah manis dan pedas, berbeda dengan ayam goreng biasa yang hanya di goreng tepung saja. Tentunya dengan tradisi makan sambil minum alkohol atau bir, ayam goreng disebut sebagai anju.
Budaya anju ini membantu ayam goreng bertahan dalam budaya minum di tahun 1980-an. Inilah yang menjadi lahirnya istilah chicken maekju atau singkatnya chimaek. Krisis ekonomi yang melanda Korea Selatan pada tahun 1997 menjadi gerbang popularitas chimaek.
Saat banyak pekerja di PHK, mereka membuka kedai ayam goreng untuk mencari nafkah. Di Korea sendiri ada 36.000 restoran ayam goreng pada tahun 2017, jumlah ini lebih banyak dari jumlah lokasi McDonald di seluruh dunia.
Pada awal 2000-an, varian ayam goreng makin banyak contohnya ayam bumbu bawang putih dan bumbu daun bawang. Saat ini, telah banyak bertambah varian ayam goreng lainnya seperti ayam goreng Thailand, ayam goreng carbonara, dan ayam goreng bumbu kari.
(bnt)