Di Indonesia, salah satu yang menjadi ciri khas santapan saat berbuka puasa adalah sesuatu yang manis. Sehingga tak jarang banyak orang beranggapan bahwa berbuka dengan yang manis merupakan sunnah Nabi. Tapi anjuran ini ternyata banyak disalah artikan sehingga berdampak pada kesehatan.
Sebelumnya diriwayatkan bahwa Rasulullah berbuka dengan memakan rutab atau kurma yang lembek sebelum melaksanakan sholat maghrib. Nah jika rutab tidak ada maka Nabi berbuka dengan kurma kering atau tamr, jika tak ada keduanya, maka Nabi hanya minum air saja.
Dari sini akhirnya muncul sebuah anggapan bahwa makanan yang manis sama dengan kurma. Ahli gizi dari Banjarmasin, Pramono, mengatakan bahwa kedua jenis makanan itu tidak sama.
Kurma memang makanan manis namun kurma termasuk dalam makanan dengan karbohidrat kompleks (complex carbohydrat). Makanan dan minuman manis yang menggunakan gula termasuk kategori karbohidrat sederhana (simple carbohydrate).
Tak hanya itu, ia juga menjelaskan mengkonsumsi makanan dan minuman manis yang banyak mengandung gula sebagai menu berbuka malah bisa mengakibatkan efek samping yang buruk pada kesehatan.
Pada saat berpuasa, tubuh mengalami penurunan kadar gula darah yang signnifikan. Jika langsung mengkonsumsi menu yang mengandung gula atau karbohidrat sederhana, maka akan terjadi lonnjakan kadar gula secara drastis. Lonjakan inilah yang tidak baik bagi kesehatan.
Kurma, bukanlah karbohidrat sederhana. Makanan ini termasuk dalam karbohidrat kompleks yang untuk mencerna dan menyerap kandungannya dibutuhkan waktu yang cukup panjang. Mengonsumsi makanan ini tentu saja tidak akan membuat lonjakan kadar gula dalam darah. Oleh sebab itu sebaiknya memperhatikan makanan manis yang diasup saat berbuka karena dapat memberikan efek buruk jangka panjang. (way)