Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
line official dreamers
facebook dreamers
twitter dreamer
instagram dreamers
youtube dreamers
google plus dreamers
How It Works?
Dreamland
>
Fan Fiction
Chajatta (Aku Menemukanmu)
Posted by KaptenJe | Selasa,26 Januari 2016 at 10:08
4
19785
Status
:
Complete
Cast
:
DO Kyungsoo, Park Minhye (OC), Xi Luhan, Lee Hyena (OC),INFINITE,EXO
Chajatta (Aku Menemukanmu)

CHAPTER 16 : The Last Sheet

Chapter 15: The Last Sheet


            Chanyeol oppa tampak menaikkan tangannya dan menyemangatiku. Begitu juga dengan Sungyeol dan Dongwoo oppa. Mereka tampak membisikkan kata Fighting dengan wajah membara penuh semangat khas milik mereka –yang tak terasa semangat mereka itu menghilangkan sedikit rasa gugupku.


Sengaja aku cantumin lirik lagunya di sini jadi sedikit memakan tempat. Tapi emang sengaja aku cantumin biar readers mendalami artinya. Kalau bisa sih sambil ndengerin lagunya.

This song by JYJ used  to be my sister’s fav song and I had to listen to it all the time in the past jadinya aku sedikit hafal sama lagu ini dan cling! menginspirasi aku untuk nulis ff ini. : ) Happy reading,all! : )

Ohya, ini chapter terakhir TAPI kupisah jadi DUA. Takut nggak muat lagi kasian kalian nanti bacanya kepotong lagi kayak kemarin jadi setelah ini masih ada chapter lagi yang langsung kuupload. Dont worry~ 


Minhye’s POV

 

Chanyeol oppa terlihat mengangguk tatkala Kyungsoo membungkuk meminta izin padanya untuk membawaku pergi ke suatu tempat di Rumah Sakit ini. Dimana lagi jika bukan di kamar yang telah anak konglomerat ini sewa khusus untuk dirinya...oh well, kita berdua. Bukan dalam maksud jelek kau tahu kan? Hanya tempat untuk duduk dan berbicara bersama. Setidaknya begitulah pengertian kamar itu bagiku sebelum Kyungsoo membuka pintu kamar nomor 123 bangsal Mawar yang kini berubah dari sebelumnya.

 

Aku membelalakkan mataku melihat sebuah salah satu benda bagiku untuk hidup di dunia kini sedang nangkring rapi di tengah-tengah ruangan.

 

“YA Do Kyungsoo.. Ini rumah sakit..”

 

“Arra..Maka dari itu aku menyiapkan ini..” Ia mengambil dua buah headphone bermerk S*NY hitam. “Kau bisa mendengarkan suaraku ketika menggunakan headphone ini sehingga suaranya tidak akan terdengar oleh orang lain kecuali dirimu.” Ia memberikanku salah satu headphone. Lalu ia mengenakan satunya. “Dan aku hanya akan bisa mendengarkan permainan keyboardmu.”

Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah melihat headphone ini di depanku sambil mengedipkan mata, terkagum-kagum. “Wow. Teknologi.” Aku mulai menggunakannya.

Dan kami memulai latihan kami. Benar saja, aku tak bisa mendengarkan permainan keyboardku. Yang dapat kudengarkan hanyalah suara merdu Kyungsoo yang meskipun tanpa iringan musik tetap terdengar indah.

Kami—sedang saling mendengarkan satu sama lain saat ini.

----------------------------------------C h a j a t t a ! ---------------------------------------

 

“Wah daebak! Kemampuan vokalmu meningkat, Kyungsoo-a”

“Geojitmal!” ujar Kyungsoo padaku.

“Eeey tak tahu terimakasih. Aku telah memujimu.” Aku tampak memanyunkan bibirku dan Kyungsoo tertawa. “Ah matta. Gomawo, Park Minhye!”

Kami tertawa bersama. Ah saat-saat seperti ini benar-benar menyenangkan. Aku menyukainya. Sepertinya memang benar, setelah hujan badai pasti akan ada pelangi yang muncul. Semoga saja masa-masa pelangi ini berlangsung lama.

 

Kyungsoo tampak berjalan ke salah satu meja lalu memberikan sebuah kertas berisi note-note berbaris dengan lirik di bawahnya padaku. “Kurasa tak ada salahnya kita bertukar peran.” Meskipun Kyungsoo terlihat menyembunyikannya, aku masih dapat melihat semburat merah itu di pipinya. “Aku ingin mendengarmu bernyanyi.”

 

Aku memiringkan kepalaku, sempat ragu, namun kemudian aku memberikannya headphoneku. “Dan kau akan memainkan keyboard.”

Kyungsoo menerimanya. “Baiklah, ayo mulai.”

Jika harus berkata jujur, aku tak pandai bernyanyi. Namun ketika bermain keyboard aku lelalu menyanyikan lagunya di dalam kepalaku. Begitu juga saat berlatih main band bersama EXOFINITE dan Kyungsoo, aku sedikit melantunkan liriknya di kepalaku jadi mungkin tak ada salahnya untuk mencoba, bukan?

Aku memegang micku yang tersambung ke headphone milik Kyungsoo oleh perantara sebuah alat yang aku tak tahu namanya. Kyungsoo juga sekarang sudah berada di depan keyboard. Aku mengangguk menandakan siap memulai, Kyungsoo lalu mulai memainkan intro dan aku mulai bernyanyi.

Aku tak tahu apa yang ada di kepala Kyungsoo namun ia memandangku dengan pandangan yang tak dapat diartikan. Ia melepas headphonenya dan memberiku dua buah jempol di tangannya.

“Daebak!”

“Geojitmal!”

Lalu ia mengembalikan kalimat yang kuucapkan tadi. “Eeey tak tahu terimakasih. Aku telah memujimu.Aku bersungguh-sungguh Minhye-a. Suaramu..berbeda dan khas.Aku menyukainya”

“Bukankah kau memang menyukai semua yang ada pada diriku?” Aku mencoba bercanda, mengucapkan kalimat nonsense yang sangat cheesy ini. Anehnya, wajahku memerah sendiri tatkala Kyungsoo meresponnya dengan “Yeah” seraya terkekeh pelan.

Ia lalu meraih music sheet yang ada di tanganku. “Hanya saja..Kau tampak fals di beberapa nada. Seperti di bagian ini dan ini.” Ia terlihat menunjuk-nunjuk ke arah music sheet.

Kyungsoo melakukannya seharian, mengajariku bernyanyi yang anehnya aku sangat menikmatinya,  hingga tak sadar pukul 18.00 telah datang.

“Orang tuaku akan datang.” ujarku—karena memang mereka berdua akan datang pada pukul 18.00. Itu adalah jadwal pulang kerja mereka.

“Baiklah.”

Aku lalu keluar setelah mengucapkan sebuah gomawo. Kyungsoo mendekat ke arahku, mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mengecup keningku.

Perasaan hangat itu segera menjalar ke seluruh tubuhku.

“Gomawo” ucapnya. Sebuah panggilan lalu datang dari ponselnya. Raut wajahnya berubah menjadi kurang menyenangkan ketika melihat nama yang tertera di ponselnya yang sayangnya aku tak bisa melihatnya. Ia lalu memandang ke arahku, melambaikan tangannya seraya menempelkan ponselnya itu ke telinganya.

Wajahnya benar-benar tampak kurang baik. Apakah ia baik-baik saja?

Aku keluar dari kamar nomor 123 itu, disambut oleh penglihatan Chanyeol oppa dkk yang berlari di lorong dan membelok ke arah lorong yang akan membawa mereka ke kamarku.

 

Hokshi...Mereka mengintip?

 

Kugelengkan kepalaku sebal dan terus berjalan.

 

----------------------------------------C h a j a t t a ! ---------------------------------------

 

“Apa kamu yakin Minhye-a?” tanya Chanyeol oppa. Wajahnya tampak berkeringat.

 

Saat ini kedua orangtua kami belum sampai di kamar sehingga kami memutuskan untuk mengobrol tentang Festival Band besok..Maksudku, benar-benar besok!

 

“Yakin akan?” tanyaku kembali.

 

“Untuk mengikuti kompetisi besok.” Sungyeol oppa menjawabkannya untukku.

 

“Aaah tentu saja oppa! Jika tidak, aku akan benar-benar marah padamu!” jawabku mantap.

 

Chanyeol oppa tampak pasrah seraya menguliti pisang lainnya “Aah arrasso.”

 

Setelah itu orang tua kami datang, membawa banyak tas di tangan mereka. Yang prediksiku adalah berbagai macam obat-obatan herbal dan makanan.

 

“Minhye-aaa! Bogoshippeossoo!!” Eomma datang memelukku.

 

Kami saling berbincang. Aku menanyakan keadaan kantor eomma dan appa, keadaan mereka juga dan akhirnya tiba bagiku untuk meminta izin mereka. Mengingat besok aku sudah bisa discharge dari rumah sakit. Mengingat besok adalah hari yang kutunggu-tunggu selama ini.

Awalnya mereka menentang mati-matian, namun akhirnya mereka mengijinkanku. Sama seperti Chanyeol oppa, eomma dan appa memastikan dahulu apakah kondisiku sudah baik apa belum untuk melakukannya. Dengan mantap aku menjawab iya bahkan dengan gerakan-gerakan yang meyakinkan.

Mereka tampak yakin lalu tersenyum padaku. “Kalau begitu, eomma dan appa akan mendoakan yang terbaik untukmu besok Minhye-a.”

 

Aku sungguh mencintai mereka dan juga oppaku. Jika tak ada mereka di dunia ini, mungkin aku tak akan menjadi Minhye yang seperti sekarang. Aku bersyukur memiliki mereka di sisiku.

 

----------------------------------------C h a j a t t a ! ---------------------------------------

 

Hari-H

 

Chanyeol oppa, Sungyeol oppa dan Dongwoo oppa berulang kali menepuk bahuku—meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kyungsoo pasti akan datang, atau Kyungsoo mungkin saja tertidur.

Tapi...ini adalah keduabelaskalinya panggilanku dijawab oleh operator yang berarti nomornya sedang tidak aktif saat ini.

“Oppa..” gumamku pada Chanyeol oppa yang sedang meremas kertas undian di tangannya. “ini sudah penampilan ketiga bukan?” tanyaku lagi. Chanyeol oppa mengangguk. Kini ia memastikan nomor undian EXOFINITE yang berada di genggaman tangannya. Sebuah kertas bertuliskan angka 6.

Aku lalu ijin kepada oppa untuk ke toliet sebentar. Ketika panik seperti ini pasti aku tidak bisa diam diri saja. Aku membutuhkan udara segar. Segera, aku keluar dari ruang backstage menuju kemanapun kakiku membawaku pergi. Sambil tetap mencoba menghubungi Kyungsoo.

Baru saja kemarin aku merasakan masa-masa pelangi dengannya dan sekarang dimana ia berada? Mengapa aku harus mengalami hujan badai ini lagi...

Bunga mawar, kamar nomor 123, semua latihan bernyanyi bersamanya...Semuanya terasa indah. Semua masa-masa dengannya terasa begitu indah. Tapi mengapa sekarang aku harus merasakan ini? Mengapa begitu cepat?

 

Mengapa ia harus mengajariku bernyanyi ketika ia bahkan tak bisa datang hari ini? Mengapa ia tiba-tiba mengajariku bernyanyi kemarin?

Aku terus memutar akalku. Ada tanda tanya besar di dalam kepalaku.

Apakah ia ingin aku bisa bernyanyi? Untuk apa?

Apakah mungkin ia sudah bisa memprediksi ini semua akan terjadi dan membuatku menjadi vokalis pengganti baginya? IA GILA! DO KYUNGSOO KAU BENAR-BENAR GILA!

 

“Aku percaya pasti ada alasan di balik semua ini kan, Do Kyungsoo.” Air mata mengalir di pipiku. “Kumohon, datanglah dan jelaskan apa yang telah terjadi padamu..Mengapa kau menutupi dirimu lagi..Aku tak mengerti..Apakah hidupmu sebegitu rumitnya sehingga aku bahkan tak sedikitpun mengerti?”

 

Persendianku terasa begitu lemas. Segera, aku mencari sebuah bangku kursi dan duduk di atasnya. Menutupi wajahku yang kini pasti sedang basah akan air mata.

 

Tak lama, seseorang duduk di sampingku. Dibarengi dengan rasa dingin itu di tanganku.

 

“Minumlah ini. Mungkin ini bisa membuatmu sedikit tenang.” Suara itu..”Wae? Segera ambil ini atau aku akan memaksamu untuk meminumnya.” Kalimatnya itu segera membuatku untuk mengambilnya, membuka tutupnya dan meneguknya.

 “Apa kau masih takut padaku?” tanyanya.

 

“Ah kau tak perlu menengokkan wajahmu. Aku takut kau akan menghajar wajahku yang mulus ini jika saja kau melihat sosokku.” Nada penuh percaya diri itu. Suara itu.

 

“Maafkan aku kemarin. Mungkin kau sudah mendengarnya, diriku yang berada di bawah pengaruh—“

 

Ia terus berbicara sehingga aku mulai membalas ucapannya dan menengok ke arahnya “Aku sudah memaafkanmu.”

 

Namja bertopi itu lalu memandang ke arahku. “Kau menangis. Waeyo?”

 

Aku hanya diam. “Jika Kyungsoo hanya bisa menyakitimu..Kau seharusnya mencari namja lain..” tambahnya. Dia memang selalu cerewet. Aku sudah terbiasa akan hal itu, namun kali ini nada bicaranya terdengar begitu lemah. Tak seperti biasanya. “Masih banyak namja yang bisa membuatmu bahagia..”

Aku lalu memandang ke arah Luhan yang kini sedang meneguk ocha botolnya. Ia terlihat kurang baik. Wajahnya begitu babak belur, luka tampak di berbagai sudut. Kyungsoo sepertinya benar-benar mengamuk kemarin.

“Kyungsoo belum juga datang. Dan aku adalah gadis yang cengeng meskipun sikapku sedikit ke-laki-lakian. Itulah mengapa aku menangis. Bukan salah Kyungsoo.” jawabku lemah. Kurasakan Luhan memandangku kosong.

Lalu ia memalingkan wajahnya. “Appa Kyungsoo” ujarnya tiba-tiba. “Mungkin itu ulah appa Kyungsoo. Sejak dua tahun yang lalu, appanya tak pernah mengizinkan Kyungsoo berada di depan umum dan bermain musik ataupun bernyanyi. Kurasa kau tahu akan hal itu.” Luhan menjelaskannya dengan sangat cepat. Ia lalu berdiri, melempar botol ocha itu ke tempat sampah. “Aku akan bermain fair saat ini. Jika Kyungsoo tidak datang, maka aku juga tidak akan datang.”

 

Luhan lalu menunjukkanku nomor urutnya. “INFEXO mendapatkan nomor urut 7. Bagaimana dengan..uhm..EXOFIN-bandmu?”

Ia tidak hafal dengan mama bandku? Astaga.

“Nomor 6.” jawabku. Aku pun ikut berdiri. “Kau tak perlu melakukannya. Aku juga ingin pertandingan yang fair—itu tidaklah sesuatu yang fair menurutku.”

Sepertinya ia tak mendengarkanku dan malah berlalu pergi. “Lelaki selalu melakukan apa yang telah ia janjikan.”

Ia datang begitu saja dan pergi begitu saja. Punggungnya kini benar-benar telah menjauh dan berbelok ke salah satu lorong.

Kuraih ponselku—mencoba menghubugi Kyungsoo lagi namun lagi-lagi tak terhubung.

Aku lalu kembali ke oppa-oppaku dengan perasaan campur aduk.

 

Dengan langkah lunglai seraya melihat ke arah pesan yang Kyungsoo berikan semalam. Pesan bertuliskan ‘Ganbatte! Fighting!’.

 

Kurasa aku memang harus menceritakan segalanya.

 

Bahwa mungkin saja aku bisa menjadi vokalis pengganti EXOFINITE dan berusaha sebisaku.

 

---------------------------------------- C h a j a t t a ! ---------------------------------------

 

“Baiklah penampilan dari nomor urut 5 telah selesai. Kini kita sambut penampilan dari nomor urut 6!” Sang MC berteriak—diiringi oleh sorakan penonton yang terasa begitu membahana.

 

Keringat dingin mengalir dari pelipisku. Aku gugup tentu saja. Baru kali ini aku melakukan dua peran sekaligus. Bernyanyi sekaligus bermain keyboard. Yah meskipun biasanya aku melakukannya setiap berlatih namun itu semua kulakukan di dalam kepalaku. Aku menyenandungkan liriknya di dalam kepalaku. Tidak dinyanyikan di depan mic seperti ini. Chanyeol oppa tampak menaikkan tangannya dan menyemangatiku. Begitu juga dengan Sungyeol dan Dongwoo oppa. Mereka tampak membisikkan kata Fighting dengan wajah membara penuh semangat khas milik mereka –yang tak terasa semangat mereka itu menghilangkan sedikit rasa gugupku.

 

Aku mulai mengambil napas dan menyakinkan diri semuanya akan baik-baik saja. Kami mulai menyiapkan alat kami sementara para penonton tampak begitu riuh menantikan penampilan kami. Sang MC sedang membacakan CV kami, tentang semua yang terkait dengan kami dan memperkenalkan nama kami satu per satu.

 

“Oh, sepertinya sang vokalis tidak bisa datang hari ini. Apakah baik-baik saja?” Sang MC memandang ke arah kami.

 

Chanyeol oppa tampak menaikkan tangannya dan menunjukkan sebuah OK sign dari tangannya. Aku pun mulai mengambil nada yang akan kunyanyikan berlatih mengambil nada sebentar. A..I..U...E...O...A-a-a-a-a-aaa.

 

Mengambil nada satu oktaf. Do-re-mi-fa-so-la-si-do. Oh, mengapa aku jadi teringat Kyungsoo.

 

Yang anehnya membuatku menjadi tambah bersemangat. Heol, bisakah Kyungsoo satu detik saja tidak berada di dalam kepalaku?

 

“Baiklah. Inilah penampilan dari EXOFINITE!!!”

 

Dan penampilan pun dimulai.

 

Penampilan debutku sebagai keyboardist sekaligus vokalis.

 

----------------------------------------C h a j a t t a ! ---------------------------------------

 

Semuanya berlangsung lancar-lancar saja. Aku tersenyum ke arah Chanyeol oppa yang tersenyum ke arahku. Permainan kami baru saja dimulai dan syukur saja aku bisa melakukannya dengan baik. Dalam arti, belum ada nada fals atau nada yang terpeleset. Semoga saja tetap seperti ini hingga akhir.

 

Soljiki cheoeumen mollaseo

 

Sejujurnya awalnya aku tidak tahu

 

wuyeonhan mannam isseotjiman

 

Meskipun pertemuan kita hanyalah secara kebetulan

 

ijekkeot nan gippeum bodan

 

Sampai sekarang membawa kebahagiaan

 

apeumeul deo mani baewosseo

 

Aku belajar banyak rasa sakit

 

Aku menikmatinya—menyanyikan lagu itu seraya mengingat semua yang telah kulakukan dengan Kyungsoo. Chajatta..mengingatkanku pada masa awal kita bertemu, ketika aku menemukan Kyungsoo.

 

Mengingat ketika Kyungsoo bisa menyadarkanku bahwa aku tak bisa berhenti berjuang begitu saja.

Ia mengajariku bahwa bahagia setelah sebuah penderitaan terasa lebih bahagia.

Ia mengajariku banyak hal, bahwa hidupnya tak lebih baik dari hidupku, yang membuatku bersyukur.

 

Terimakasih Do Kyungsoo.

 

nunmuri manatdeon najiman

 

Aku banyak menitikkan air mata

 

neo egen usseuman julgeoya

 

Tetapi aku hanya akan memberimu tawaku

 

ijeseoya nae banjjokeul chajatnabwa

 

Aku akhirnya menemukan belahan jiwaku yang lain

 

ireoke gaseumi ddwigo itjana

 

Jantungku berdegup begitu kencang

 

End of Minhye’s POV

 

----------------------------------------C h a j a t t a ! ---------------------------------------

 

Kyungsoo’s POV

 

Mereka segera mengambil ponselku—takut jika aku akan memanggil bantuan dari siapapun. Antek-antek aboeji memang tak pernah lelah menuruti keinginan nonsens dari aboeji. Kini, mereka sedang mengunci semua anggota gerakku setelah menangkapku dari Rumah Sakit pagi-pagi. Iya, aku menginap di kamar itu, tak ingin seorang pun berusaha melukai Minhye.

“Festival band? Kau pasti bercanda kan Do Kyungsoo?” Aboeji tampak membungkuk ke arahku. “Kau anakku satu-satunya and yet, youre so stone-headed! Kau lupa apa yang telah terjadi dua tahun yang lalu, huh?!”

Ia lalu menamparku, lagi. Apa ia berpikir bahwa wajahku yang telah sangat babak belur ini karena antek-anteknya yang berusaha menangkapku belum cukup babak belur ?

Napasku tidak stabil. Aku terbiasa dengan semua ini jadi untuk apa meratapinya? Yang harus kupikirkan saat ini adalah cara agar aku bisa keluar dari semua ini.

“Aboeji...”panggilku

“Aboeji? You have gut to call me dad!”

“Aboeji... Ini akan menjadi yang terakhir kalinya bagiku, kumohon.”

“Kau bahkan berani memohon padaku?”

Aku menghela napasku. Apakah semuanya harus berakhir seperti ini?

“Aboeji...Aku menyesal akan yang telah terjadi dua tahun yang lalu. Aku telah mengecewakanmu dan—“ Saat itu juga aku melihat sekretaris Lee sedang berulang kali memegang kantong di celananya seakan mengisyaratkanku sesuatu. “dan semuanya..” lanjutku, seraya mencoba diam-diam merogoh saku celana bagian belakangku.

Bingo! Ada sebuah cutter kecil dari dalam sana.

Maafkan aku, Gikwang-ssi dan Dongwoon –ssi, aku hanya akan melukai tangan kalian sedikit agar aku bisa lepas dari cengkeraman kalian padaku.

----------------------------------------C h a j a t t a ! ---------------------------------------

Aku berlari dengan cepat dan menekan sebuah tombol pada remote mobil. Selain ke sekolah, aku memang selalu menggunakan mobil untuk pergi kemana pun dan aku selalu membawa kuncinya. Aku melesat masuk ke dalamnya dan segera menginjak gasku.

Beruntungnya, satu sisi pintu gerbang raksasa itu masih terbuka sehingga aku hanya perlu menabraknya sedikit sehingga terbuka penuh dan keluar dari tempat ini. Secepatnya.

Sambil tetap menghindari kejaran motor besar yang mengejarku seperti serangga itu.

Rupanya mereka tidak tahu bahwa score ku di game Asphalt sangat tinggi. Baru kali ini aku menyadari bahwa mungkin saja game bisa sedikit berguna di kehidupan nyata.

Berpikir bahwa mungkin saja aboeji telah memanggil atasan SW Entertainment untuk menyuruh security SW agar tidak membukakan pintu parkir mereka untukku, aku memarkirkan mobilku di depan sebuah toko di dekat gedung SW dan segera berlari masuk ke gedung melewati pintu masuk utama.

Sudah terlalu hafal akan denah gedung ini, aku segera melesat menuju ke ruangan terbesar dari gedung SW.

Sejenak, aku membatu mendengar suara itu. Suara yang begitu indah. Apakah aku sedang bermimpi? Ia melakukannya lebih baik dari saat berlatih.

 

ijeseoya nae banjjokeul chajatnabwa

 

Aku akhirnya menemukan belahan jiwaku yang lain

 

Bahkan aku sempat berpikir untuk membiarkannya begitu saja, membiarkan Minhye terus bernyanyi sendiri. Namun aku segera menggelengkan kepalaku. Aku telah berjanji pada Minhye untuk datang.

Lelaki selalu melakukan apa yang telah ia janjikan.

 

ireoke gaseumi ddwigo itjana

 

Jantungku berdegup begitu kencang

 

Segera aku menuju ke staff crew belakang layar untuk meminta mic setelah memperkenalkan diri. Mereka lalu mengerti penjelasanku sehingga memberiku mic. Tak menunggu lama aku segera naik ke panggung, ketika penampilan hampir mendekati waktu Reff pertama, setelah sebuah jeda dengan musik aransemen kami.

 

Duet? Aku tak pernah menyangka kita akan berduet seperti ini..

 

Senyum terkembang di wajahnya. Kami saling memandang.

 

Kini saat reffpertama pun tiba. Aku mulai melantunkan tembang ini, mulai menaiki anak tangga ke atas panggung. Tak kuhiraukan perih yang melanda kedua sudut bibirku yang mulai terasa menyiksa ini. Aku hanya ingin menepati janjiku pada Minhye dan EXOFINITE dan janjiku pada...eomma. Untuk terus bermusik. Eomma, apakah kau melihatnya di surga sana?

Sejenak semuanya tampak diam. Tak ada sorakan. Minhye tampak membelalakkan matanya, terkejut. Namun ia terus bernyanyi sambil memainkan keyboardnya, sehingga saat ini aku dan Minhye sedang bernyanyi bersama. Menyanyikan sebuah reff pertama.

 

chajatda nae sarang naega chatdeon saram

 

Aku menemukanmu, cintaku, orang yang telah aku cari-cari selama ini

 

ddeugeopge anajugo shipeo

 

Aku ingin memelukmu

 

Aku mulai mendekat ke arah Minhye. Kemana saja kau? Minhye seakan bertanya seperti itu melalui tatapan matanya ketika aku menengok ke arahnya. Aku memiringkan kepalaku seakan menjawab Hanya sedikit masalah.

gamanhi nuneul gamajulae

 

Tetaplah tenang dan tutup matamu

 

naega ibmacheo julsu itge

 

Sehingga aku bisa menciummu

 

saranghae neol saranghae

 

Aku mencintaimu, aku menyayangimu

 

chajatda nae gyeote dul han saram

 

Aku menemukanmu, orang yang selalu berada di sampingku

 

Aku telah menunggumu, pabo! Pabo pabo pabo! Aku mendekat ke arahnya yang memberiku tatapan seperti itu. Aku terus bernyanyi dan Minhye terus memainkan keyboardnya.

            Mianhae. Jeongmal mianhae..Aku terus mendekat ke arahnya. Hingga kulihat wajah cemas Minhye mulai muncul, Ah—ia pasti melihat luka yang ada di wajahku.

 

            Kumohon jangan menangis..Aku memberinya tatapan seperti itu. Namun ia malah menitikkan air matanya. Ingin sekali aku menghentikan penampilan ini sejenak dan menenangkan Minhye untuk tidak menangis akan tetapi the show must goes on, right?

Berhentilah menangis, bukankah aku sudah di sini.

Aku akhirnya hanya bisa terus bernyanyi seraya terus mendekat ke arah Minhye yang masih menunduk dan terus memainkan keyboardnya.  Ia lalu mendongakkan wajahnya pelan dan memberiku sebuah OK sign dan mengisyaratkanku untuk pergi ke tengah panggung. Aku lalu meninggalkannya.  Di bagian setelah reff hanya diriku yang bernyanyi karena Minhye tidak bisa bernyanyi dalam keadaan setelah menangis, bukan? Ah aku merasa bersalah padanya dan pada semua anggota EXOFINITE. Keundae aku tetap terus bernyanyi dan membayangkan eomma berada di sana...memandangku dengan senyum bangganya.

 

maeumeul dadatdeon najiman

 

Aku telah menutup hatiku

 

neo egen nae maeumeul julgeoya

 

tapi kepadamu akan kuberikan hatiku

 

ijeseoya nae banjjokeul chajatnabwa

 

aku akhirnya menemukan belahan jiwaku

 

ireoke gaseumi ddwigo itjana

 

Jantungku berdegup begitu kencang

 

Setelah sebuah jeda, reff kembali hadir. Kali ini aku menyanyikan reff sendirian.

 

chajatda nae sarang naega chatdeon saram

 

Aku menemukanmu, cintaku, orang yang telah aku cari-cari selama ini

 

ddeugeopge anajugo shipeo

 

Aku ingin memelukmu

 

gamanhi nuneul gamajulae

 

Tetaplah tenang dan tutup matamu

 

naega ibmacheo julsu itge

 

Sehingga aku bisa menciummu

 

saranghae neol saranghae

 

Aku mencintaimu, aku menyayangimu

 

chajatda nae gyeote dul han saram

 

Aku menemukanmu, orang yang selalu berada di sampingku

 

Lalu musik beralih menjadi musik pop-rock aransemen dari EXOFINITE. Di sini bass dan gitar Sungyeol serta Chanyeol sunbae mendominasi.

Setelah itu, aku kembali menyanyikan bagianku.

 

dacheotdeon nae maeum apeun sangcheo da anajun saram

 

Seseorang yang memeluk hatiku yang terluka dan lukaku yang sangat sakit

 

deo mani saranghae jugo shipeo eonjekkajina

 

aku ingin memberimu kebahagian yang lebih dari biasanya

 

Bukankah semua lirik ini terasa nyata bagiku? Seseorang yang telah menerima diriku apa adanya, membantu menyembuhkan lukaku, bukankah aku mengenal seseorang seperti itu?

Bukankah itu dirimu Park Minhye?

 

Tak terasa, aku menyanyikannya seraya memandang ke arah Minhye yang balik tersenyum ke arahku.

 

Sebuah jeda lagu hadir lagi—sebuah aransemen musik dari EXOFINITE. Aku bangga pada mereka. Mereka bisa mengaransemen lagu ini sedemikian rupa, padahal ini adalah sebuah lagu pop-ballad. Susah untuk diotak-atik bahkan dibuat ada sisipan musik pop-rocknya.

Kuambil napas dalam, sebelum menginjak ke reff terakhir yang akan menjadi penutup penampilan kami.

 

            Eomma, bogoshippeo.

 

            Minhye-a, gomapta.

 

Kali ini, aku menyanyikan reff dengan sangat pelan dan lebih menghayati dari sebelumnya. Bahkan aku menambahkan beberapa adlibs di dalamnya. Saat reff telah selesai, aku mengakhirinya dengan sebuah kalimat yang ingin sekali kuutarakan dengan seseorang.

 

gomapta nae gyeote wa jwoseo

 

Terimakasih telah hadir dalam kehidupanku

 

Penampilan kami telah selesai, kami semua membungkuk, diikuti oleh suara riuh penonton. Tapi bagiku, semua ini hanya permulaan dari segalanya. Permulaan dari masa hidupku yang baru bersama seseorang yang telah menyita ruang di hatiku.

 

----------------------------------------C h a j a t t a ! ---------------------------------------

Msih ada satu chapter lagi di belakang jangan lupa! Selamat membaca chapter terakhir :'''


Tags:
Komentar
RECENT FAN FICTION
“KANG MAS” YEOJA
Posted Rabu,16 Juni 2021 at 09:31
Posted Senin,20 April 2020 at 22:58
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 23:42
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:08
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
FAVOURITE TAG
ARCHIVES