DREAMERS.ID - Tradisi bagi-bagi THR di lingkungan keluarga juga jadi tradisi tak terlupakan di Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Momen Lebaran menjadi ajang bagi-bagi ‘amplop’ atau angpau kepada sanak saudara. Dan ternyata hal itu memunculkan mata pencaharian yang lebih merambah tiap tahunnya.
Adalah inang-inang, yang memiliki arti sebenarnya adalah ibu-ibu atau wanita paruh baya di Sumatera Utara. Namun di telinga Jakarta, inang-inang adalah sebutan mereka yang menawarkan jasa penukaran uang receh di pinggir jalan.
Inang-inang biasanya laris diburu para penduduk ibu kota sebagai bekal untuk membagikan THR saat hari raya. Namun Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi mengatakan jika penukaran uang lewat inang-inang memiliki resiko. Karena itu masyarakat diminta untuk tidak menukarkan uangnya lewat inang-inang.
Yang pertama dari sisi keamanan, di mana inang-inang kebanyakan berada di pinggir jalan menyebabkan transaksi penukaran uang tidak aman. Belum lagi resiko adanya uang palsu yang sangat mungkin disisipkan.
Baca juga: Asyik! Biaya Transfer 21 Bank Ini Biaya Transfernya Turun Jadi Rp 2.500
"Itu kan sangat rawan keamanannya. Keamanan fisiknya, bayangkan ketika mobil sedang bergerak misalnya harus tukar maka akan terpapar resiko kecelakaan, atau kalau lagi tukar uang kan tempatnya terbuka beresiko diincar orang jahat ya," kata Rosmaya."Lalu kedua ada risiko uang palsu yang mungkin disisipkan di dalamnya. Kalau uang palsu mana kita tahu, masa mau tukar uang mesti ngecek selembar-selembar, nggak mungkin kan," kata Rosmaya.
Masalah lainnya adalah jumlah yang tidak sesuai dengan yang ditukarkan. Karena kebanyakan, ianng-inang juga memungut uang jasa dari para penukar, jadi uang yang dikeluarkan tidak sesuai dengan uang yang hendak ditukarkan.
"Lalu jumlahnya juga kan kita nggak tau ya pas apa nggak. Takutnya, dia bilang ini Rp 500 ribu misalnya dicek nggak sampai segitu," kata Rosmaya. "Mereka juga berbayar gitu, jadi minta pungutan berapa persen dari yang ditukarkan,"
Karena itu Rosmaya menghimbau masyarakat agar tidak menukar uang di inang-inang dan mengusahakan dirinya untuk menukar di loket resmi. "Bagaimana kalau kepepet, ya jangan kepepet-kepepet diusahakan dulu lah ya. Kalau sudah di inang-inang resiko ditanggung anda," kata Rosmaya.
(rei)