DREAMERS.ID - Catatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 meningkat yaitu mencapai 5,07 persen. Sementara itu, inflasi indeks harga konsumen (IHK) mencapai 3,18 persen, terendah dalam sejarah. Dengan kondisi seperti ini, pendapatan per kapita dan daya beli masyarakat Indonesia tentu juga akan meningkat.
Namun torehan itu tak seindah keadaan ekonomi di Australia, pasalnya kini banyak warga Australia yang berjuang penuhi biaya hidup. Melansir Viva, data tersebut adalah temuan kunci dari laporan 'kenyamanan finansial' terbaru dari ME Bank, yang mensurvei 1.500 orang tentang bagaimana mereka merasakan kesejahteraan keuangan mereka sendiri pada paruh pertama tahun 2018.
Ditengah biaya hidup meningkat tetapi pertumbuhan upah tetap stagnan, warga Australia semakin perlu untuk mengeluarkan uang lebih dan merogoh tabungan mereka.
Penurunan paling tajam ditemukan ketika orang ditanya seberapa yakin mereka tentang tabungan jangka pendek mereka. Jawaban singkatnya berbunyi "tidak terlalu", karena tingkat kepercayaan mereka dalam hal itu turun 3 persen menjadi 4,93 (dari 10), nilai terendah dalam dua tahun terakhir.
Baca juga: Intip Deretan Negara yang Merayakan Tahun Baru Paling Keren
Hal itu konsisten dengan angka resmi dari Biro Statistik Australia (ABS) yang mengungkapkan, pada kuartal Maret, rasio tabungan rumah tangga turun menjadi 2,1 persen - tingkat terendah sejak Desember 2007."Jelas, ini adalah titik kritis yang potensial," kata ekonom ME Bank, Jeff Oughton. "Pada saat ini, warga Australia umumnya bisa merogoh tabungan mereka untuk bertahan.”
"Namun, beberapa rumah tangga mungkin sampai pada titik di mana tidak ada lagi tabungan untuk diambil.” lanjutnya. "Saat ini, sekitar seperempat (26%) rumah tangga Australia memiliki tabungan tunai kurang dari $ 1.000 (atau setara Rp 10 juta)."
Laporan tersebut juga menemukan bahwa kepercayaan rumah tangga dalam mengumpulkan uang untuk darurat keuangan terus menurun, dan bahwa penghematan bulanan orang Australia turun lebih dari 10 persen selama enam bulan pertama tahun ini. Stres keuangan tetap pada tingkat tinggi untuk rumah tangga berpenghasilan rendah.
"Selama setahun terakhir, 17 persen rumah tangga 'tidak bisa selalu membayar tagihan utilitas mereka tepat waktu', sementara 19 persen 'mencari bantuan keuangan dari keluarga atau teman' dan 15 persen 'menggadaikan / menjual sesuatu untuk membeli kebutuhan", sebut Laporan ME Bank.
(mdi)