Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, gempa yang terjadi di Banjarnegara disebabkan adanya sesar aktif lokal dan dangkal. Meski sebenarnya tak terlalu kuat, namun ada tiga faktor yang membuat gempa tersebut menjadi destruktif.
"Hal pertama, pusat gempa tersebut dangkal, sehingga guncangannya sangat terasa. Kedua, kontur tanah di wilayah sekitar yang lunak, sehingga terjadi resonansi yang cepat. Dan ketiga, kualitas bangunan di wilayah tersebut bisa dibilang tidak memenuhi standar bangunan layak gempa. Tiga hal itu yang menyebabkan jumlah bangunan yang rusak menjadi sangat banyak," ujar Daryono.
Daryono juga mengatakan jika gempa ini tidak berkaitan dengan gempa yang akhir-akhir ini sering terjadi di Lebak, Banten, atau pun gempa besar yang pernah terjadi di Yogyakarta pada 2006. Karena sesar gempa di Banjarnegara ini adalah sesar baru.
"Ini baru, belum terpetakan, dan belum ada namanya. Itu sebabnya, ini bisa menjadi tantangan baru untuk para ahli kebumian untuk menyelidikinya," ujarnya.