DREAMERS.ID - Tekanan internasional diklaim sangat diperlukan untuk mencegah kekerasan dan melindungi Muslim Rohingya di Myanmar. Indonesia sendiri melalui Presiden Jokowi mendesak pemerintah Myanmar untuk menghentikan konflik serta memberi bantuan akses kemanusiaan.
Sementara itu melansir laman Merdeka, sejumlah warga Muslim Rohingya yang mengungsi akibat kekejaman militer Myanmar di Negara Bagian Rakhine menyampaikan kesaksian tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Seorang pria bernama Abdul Rahman (41) mengaku pada lembaga kemanusiaan Firtify Rights, sekelompok warga Rohingya dikepung dan diikat dalam sebuah gubuk bambu lalu dibakar. Warga yang selamat akhirnya mengungsi setelah desanya diserang selama 5 jam.
Baca juga: Ratusan Warga Rohingya Tiba Di Pesisir Aceh Ditolak Warga, Ini Alasannya
"Kakak saya dibunuh, dia dibakar (tentara Myanmar) bersama teman-temannya," kata dia. "Kami melihat jenazah anggota keluarga di ladang. Ada bekas luka sayatan dan lubang peluru di tubuh mereka."Sebelumnya, Rahman mengatakan dua keponakannya dipenggal. Padahal mereka masih berumur enam dan sembilan tahun. Sedangkan adik iparnya sendiri ditembak. Sementara warga lain bernama Sultan Ahmad (27) memberi kesaksian serupa.
"Sejumlah orang dipenggal dan luka disayat. Kami bersembunyi di dalam rumah ketika warga dari desa lain memenggal orang-orang," kata Ahmad. "Otoritas Myanmar tidak bisa melindungi warga. Tekanan internasional sangat diperlukan,"
Sementara itu, kelompok pembela hak asasi Human Rights Watch (HRW) memperlihatkan foto satelit di mana sekitar 700 bangunan dibakar habis di desa Rohingya, Chein Khar Li. Phil Robertson, Wakil Direktur HRW Asia membeberkan jika kondisi asli di sana boleh jadi lebih buruk dari yang dibayangkan.
(rei)