DREAMERS.ID - Seorang ibu pemilik warung di Kota Serang, Banten menangis ketika dagangannya dirazia oleh polisi karena dianggap melanggar aturan larangan warung untuk membuka usahanya di siang hari Bulan Ramadhan. Screenshot kejadian itu mendapat berbagai respon dari masyarakat.
Tidak hanya penertiban, namun semua dagangan dari puluhan warung yang buka pada siang hari itu pun disita. Sementara itu, para pemilik warung membela diri dengan mengatakan tidak tahu ada larangan membuka warung pada siang hari.
Sayangnya, sikap kepolisian yang melarang warung buka siang hari saat Ramadhan ini berujung panjang. Netizen ramai-ramai mengkritik karena tidak sesuai dengan nilai toleransi yang sebenarnya ingin ditunjukkan oleh Islam itu sendiri.
Seorang intelektual muda, Nahdlatul Ulama (NU) Muhammad Syafi’ Ali atau yang akrab disapa Savic Ali ini pun ikut menanggapi razia tersebut dengan mengatakan jika sikap itu bisa merusak citra agama Islam. Sebab, dalam larangan tersebut mengesankan jika Islam melahirkan paksaan pada setiap orang, termasuk pada mereka yang tidak beragama Islam.
"Saya kira ini juga akan merusak iklim toleransi. Ada banyak orang di Indonesia butuh makan di siang hari karena misalnya mereka bukan beragama Islam atau tidak sedang berpuasa," ungkap Savic.
"Ini masalah, menunjukkan seolah umat Islam itu keimanannya lemah sehingga jika ada warung buka seolah-olah membuat puasa menjadi batal. Apa mereka kira keimanan umat Islam itu hanya setebal kulit ari?" lanjutnya.
‘Penyerangan’ di dunia maya ini pun menyebabkan penggalangan dana oleh seorang netizen dengan akun Twitter @dwikaputra yang menyediakan dana Rp 427 ribu yang bisa ditambahkan dan di-update setelah 12 jam. Dana yang terkumpul akan diberikan kepada ibu yang dirazia bernama Saeni itu.
(rei/Kompas/TribunNews)