DREAMERS.ID - Banyak negara di dunia yang terpecah belah dan masih melakukan ‘perang dingin’ bahkan perseteruan frontal hingga sekarang. Sebut saja Korea Selatan dan Utara atau Rusia dan Ukraina yang masih bersitegang.
Namun ternyata jika para pemimpin negara-negara tersebut bertemu, hal-hal sepele yang menjadi protokoler bisa menjadi masalah besar. Seperti yang akan dilakukan di pertemuan pemimpin China dan Taiwan di Singapura akhir pekan ini.
Melalui laman CNN, ucapan dan gestur kedua pemimpin negara tersebut akan diperhatikan dan masih menjadi perdebatan setelah tidak pernah bertemu selama hampir 70 tahun.
Pemerintah Beijing, China tidak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka, sehingga mereka menolak memanggil Ma Ying Jeou dengan sebutan “Presiden Taiwan”. Sedangkan Ma Ying Jeou juga tidak bisa memanggil Presiden Xi Jinping “Presiden” karena dianggap masih tunduk pada China.
Baca juga: Kenapa Prabowo Sudah Berkunjung Ke Cina-Jepang Padahal Belum Resmi Jadi Presiden?
Ekstrimnya, Beijing masih menganggap Taiwan sebagai negara bagiannya dan akan bersatu kembali dengan China setelah memisahkan diri tahun 1949 karena berakhirnya perang saudara. Bahkan Beijing akan melakukan kekerasan jika perlu untuk membuat Taiwan kembali ke China.Untuk mengatasi perkara penyebutan nama, disepakati kedua pemimpin itu akan memakai panggilan “xiansheng” atau “tuan” satu sama lain. Namun kantor berita Taiwan tetap memanggil Ma sebagai “presiden” sedangkan Xi akan disebut “pemimpin komunis China”.
Tidak hanya itu, masalah pengibaran bendera hingga siapa duluan yang harus mengulurkan tangan untuk bersalaman juga menjadi perdebatan untuk protokoler yang akan dilakukan di pertemuan nanti.
(rei)