DREAMERSRADIO.COM - Melakukan aksi unjuk rasa atau demontrasi sudah menjadi hal biasa yang dilakukan oleh masyarakat di negara-negara demokrasi, termasuk di Indonesia. Aksi unjuk rasa ini biasanya dilakukan untuk mengkritisi kebijakan pemerintah atau meminta pejabat negara untuk turun dari jabatannya.
Seperti demo akbar yang terjadi di Malaysia beberapa hari yang lalu, masyarakatnya menuntut agar Perdana Menteri Malaysia Najib Razak untuk mundur dari jabatannya. Sayangnya, aksi ini dinilai sebagai bentuk anti patriotisme oleh PM Najib karena dilakukan sebelum Hari Kemerdekaan Malaysia yang jatuh pada 31 Agustus.
Sedangkan di Indonesia, berbagai sikap pemerintah menanggapi kritikan masyarakat sudah pernah dirasa oleh negara ini. Pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengatakan Indonesia pernah mengalami yang lebih buruk dari Malaysia.
"Di zaman Soeharto, ketika ada demo masyarakat langsung dikejar tentara, dikejar polisi. Sangat tidak enak di zaman itu. Jadi apa yang terjadi di Malaysia saat ini lebih enak dari zaman Soeharto dulu," kata Ray ketika dihubungi merdeka.com, Senin (31/8).
Baca juga: Tiga Poin Penolakan Yang Bikin Nakes Ancam Mogok Terkait RUU Kesehatan yang Resmi Jadi UU!
Namun keadaan tersebut tentunya sudah jauh berbeda dengan saat ini di mana masyarakat bebas melakukan aksi unjuk rasa dengan berbagai tujuan, tanpa perlu terintimidasi dengan sikap pemerintah.Meski begitu, Ray menilai Malaysia dan Indonesia merupakan negara yang berbeda suasana politiknya. Menurutnya, negeri jiran tersebut merupakan negara yang memandang demokrasi sebagai ancaman.
"Malaysia itu kan tipikal rezim di mana demonstrasi yang mengancam pemerintahan biasa dilakukan di negara otoriter. Demokrasi tidak pernah dipandang kritis terhadap pemerintah, tapi dianggap sebagai ancaman, dianggap melawan negara," imbuhnya.
Sehingga, demokrasi Indonesia hanya bisa dibandingkan dengan negara demokrasi yang sepadan. Begitu pula dengan Malaysia, demokrasinya hanya bisa disamakan dengan negara yang demokrasinya tidak tumbuh, seperti Singapura.
[tyo]