DREAMERS.ID - Angka kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT terus meningkat selama pandemi. Terbaru, Lesty Kejora melaporkan Rizky Billar, suaminya, atas dugaan KDRT yang dipicu dari perselingkuhan.
Jennifer C. Genovese, seorang terapis klinis dan asisten profesor pengajar di sekolah sosial bekerja di Falk College Syracuse University di New York, mengatakan bahwa tanda-tanda kekerasan semacam ini tidak selalu mudah dideteksi oleh orang-orang di luar hubungan, bahkan juga sulit dikenali oleh mereka yang mengalaminya.
Lebih lanjut mengutip Tempo, Genovese memaparkan bahwa korban akan merasa pasangannya sangat perhatian dan penuh cinta, tanpa menyadari bahwa intensitas hubunan yang cepat memungkinkan pelaku membangun kendali atas kehidupan korban.
Berikut ini 8 tanda potensi KDRT yang bisa dikenali sebelum menikah, melansir CNN Indonesia dan Tempo:
1. Tak pernah menghargai opini
Menurut Marissa Meditania, pasangan yang tidak pernah menghargai opini yang dilontarkan saat berdiskusi adalah salah satu tanda bahwa ia bukanlah pasangan yang tepat. Hal ini juga dapat berarti pasangan memiliki sifat defensif dan tidak mau menerima opini yang Anda punya ketika Anda mencoba bersuara.
2. Posesif
"Sifat posesif atau cemburu yang tidak realistis merupakan contoh pasangan memiliki kontrol besar dalam hubungan," kata Marissa. Sikap seperti ini, menurutnya, membuat seseorang rentan berhubungan dengan tindak kekerasan karena mereka merasa dirinya berkuasa atas hubungan.
3. Sudah ada perilaku abusive
Adanya perilaku kasar atau abusive, entah itu fisik atau verbal, dapat menjadi tanda pasangan Anda rentan melakukan KDRT. Termasuk juga dalam urusan finansial. "Memakai uang kita enggak bilang dan lain-lain. Itu artinya kontrol dirinya sangat kurang," jelas Marissa.
Baca juga: 'Pasti Gua Bantai Satu Keluarga', Ternyata Suami Aniaya Istri Hamil Di Serpong Sempat Kirim Ancaman
4. Kasar memperlakukan orang di sekitarPotensi kekerasan juga bisa dilihat dari bagaimana pasangan memperlakukan orang-orang di sekitarnya, terutama keluarga inti. "Perlu dilihat juga apakah dengan keluarga inti atau dengan lingkungan teman-teman terdekatnya dia pernah ada perilaku kekerasan fisik," lanjutnya.
5. Cepat meledak di bawah tekanan
Emosional atau tidaknya pasangan saat mengatasi masalah juga perlu ditilik. Menurut Marissa, jika pasangan cepat berapi-api dan sulit mengendalikan diri hingga merusakkan barang-barang yang ada di sekitar saat ada di bawah tekanan, maka Anda perlu berhati-hati.
6. Gaslighting
Gaslighting adalah bentuk pelecehan psikologis di mana pelaku membuat pasangan mempertanyakan realitasnya sendiri. Menurut Genovese, gaslighting bisa berupa mengejek atau mempermalukan seseorang, kemudian menuduh pasangan terlalu sensitif atau dramatis ketika bereaksi terhadap ejekan ini.
7. Menghujani bom cinta
Salah satu hal yang biasa pelaku KDRT lakukan adalah menghujani dengan bom cinta kepada pasangan yang menjadi korbannya. Dapat berupa hadiah, pujian, permintaan maaf, dan janji untuk tidak pernah mengulangi perilaku kasar. Padahal ini lebih merupakan cara untuk memuluskan aksinya.
8. Masih membawa trauma masa lalu
Korban kekerasan umumnya dapat memendam trauma. Hal itu membuat seseorang merasa dirinya tak punya kendali dan inferior. Tindak kekerasan menjadi sesuatu yang sangat mungkin terjadi.
Menurut Marissa, orang seperti ini umumnya akan berpikir bahwa kekerasan menjadi salah satu cara untuk menunjukkan kontrol atas dirinya. Untuk itu, penting mengenali latar belakang keluarga dan juga kondisi psikologis pasangan.
(mth)