DREAMERS.ID - Belum berakhirnya pandemi Covid-19, Indonesia disebut berpotensi masuk fase hiperendemi atau suatu kondisi yang mengacu pada tingkat terjadinya kasus dan penyebaran penyakit yang lebih presisten dan tinggi.
"Indonesia kelihatannya akan mengalami long pandemi," jelas Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra, dikutip dari Detik Health.
"Kalau saja pandemi itu akan dicabut oleh WHO setelah mengevaluasi pengaruhnya di dunia di berbagai benua dan negara, Indonesia ya potensial terjadi hiperendemi ya," lanjutnya.
Dalam kesempatan lainnya, melansir Detik, ahli epidemiologi dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), dr Masdalina Pane menjelaskan Indonesia sebenarnya sudah lama berhadapan dengan hiperendemi akibat Tuberkulosis (TB atau TBC).
Setiap tahun, Indonesia masuk ranking tiga besar negara dengan kasus TBC terbanyak di dunia. "Terkait statement bahwa kita akan hidup bersama COVID, bukan hal yang baru. Ribuan tahun manusia hidup dengan penyakit menular, bahkan 17 bulan ini kita sudah hidup bersama COVID-19. Biasa saja itu, bukan sesuatu yang aneh," ujarnya.
Baca juga: Konser dan Pesta Skala Besar Sudah Diizinkan Pemerintah, Tapi Ada Syaratnya!
Dr. Pane menegaskan pemerintah RI perlu menyiapkan road map atau perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang untuk penanganan Covid-19 yang kini dikhawatirkan berpotensi menyebab hiperendemi.Seperti memproduksi alat tes dan vaksin Covid-19 secara menadiri serta fasilitas kesehatan yang harus mencapai standar WHO. Ia juga mengatakan bahwa map itu harus berisi tentang pembatasan-pembatasan yang harus dilakukan seperti 3M atau 3T yang harus tetap berjalan.
Bukan hanya membuat protokol-protokol kesehatan saja tetapi harus tetap dilaksanakan juga. Penemuan vaksin dan obat disebut dr Pane sebagai salah satu faktor pengendalian pandemi.
Menurut WHO, herd immunity terbentuk jika vaksinasi COVID-19 dunia sudah mencapai 70 persen dan masuk tahap endemi. Jika kurang dari angka tersebut masih disebut mengalami hiperendemi.
"Untuk negara-negara yang angkanya belum memenuhi angka yang tadi, kita sebut sebagai hiperendemi. Artinya dia masih punya pekerjaan rumah untuk terus mengendalikan itu sampai dengan angkanya terkendali," ujar dr Pane.
"Apa dampaknya kalau belum terkendali? Tentu pembatasan-pembatasan terus akan dilakukan. Negara-negara lain juga akan terus mengamati. Jangan sampai kita ditolak masuk ke negara lain atau menjadi negara yang termasuk diberi 'travel warning' oleh negara-negara lain," pungkasnya
(rzlth)