DREAMERS.ID - Pertanyaan yang selalu ada di benak semua orang sejak para musisi memutuskan untuk mengadakan konser online karena pandemi adalah bagaimana format seperti itu dapat memberikan pengalaman yang berbeda dan menyenangkan? Dengan konser online terbarunya yang digelar akhir pekan lalu, BTS memberikan jawabannya.
BTS mengadakan konser online ‘Map of the Soul ON:E’ (Online Edition) pada 10 dan 11 Oktober, yang disiarkan secara langsung ke seluruh dunia. Ini menjadi konser online berbayar kedua mereka sejak empat bulan lalu dengan ‘Bang Bang Con The Live’.
Grup ini dikenal dengan musik dan aksi panggungnya yang luar biasa, jadi tidak mengherankan jika konser tersebut juga berhasil memukau penonton. Namun ada satu alasan khusus mengapa konser ON:E ini melebihi ekspektasi dan menetapkan standar baru untuk pertunjukan musik secara virtual yang menghibur dengan cara yang berbeda dari konser offline.
Format konser online memang sangat terbatas, namun dengan teknologi digital seperti augmented reality (AR) dan extented reality (XR) yang digunakan, bisa membuat panggung terlihat lebih megah dan mewah, dengan lebih banyak warna dan daya tarik dibanding konser offline.
Baca juga: BTS Dikabarkan Rilis Album Paruh Kedua Tahun 2025 dan Mulai Tur di 2026
BTS juga menggunakan teknologi digital, terutama saat mereka menampilkan lagu penutup ‘We Are Bulletproof: the Eternal’ di mana wajah fans diubah menjadi kubus yang melayang untuk memenuhi arena, menunjukkan salah satu potensi konser online tanpa AR atau XR. Alih-alih, bagian ini berfokus pada fakta bahwa kamera dapat memenuhi seluruh layar bahkan dari ruang kecil.Pertunjukkan solo masing-masing member juga dikemas dengan sangat apik. Misalnya saat Suga menampilkan ‘Interlude: Shadow’, di mana sang rapper berjalan dari sebuah lorong kecil dipenuhi kabut dan pencahayaan redup kemudian ada banyak tangan mulai meraihnya. Suga berjalan keluar dari lorong sempit menuju panggung, yang juga dikelilingi oleh layar dan lantai LED digital.
Tidak ada grafik AR yang besar untuk membuat panggung tampak grande, tetapi itu adalah pertunjukan yang hanya mungkin dilakukan dengan memanfaatkan fakta bahwa keseluruhan adegan tidak harus terlihat oleh semua penonton, melainkan hanya terlihat melalui kamera. Ini adalah trinitas sempurna dari seni, musik, dan teknologi digital yang diwujudkan dalam kualitas terbaiknya.
Teknik kamera serta perpindahan dari penampilan langsung dengan video yang sebelumnya telah direkam diperlihatkan begitu mulus. Seperti saat solo dance Jimin setelah ‘Black Swan’ yang langsung diikuti dengan video rekaman begitu sempurna hingga terasa seperti menyatu dari penampilan BTS.
Menurut Big Hit Entertainment, agensi setidaknya membutuhkan biaya produksi delapan kali lebih banyak dibandingkan konser online BTS sebelumnya. Panggung yang empat kali lebih besar ukurannya, didekorasi dengan berbagai cara untuk menunjukkan penampilan terbaik BTS.
(fzh)