DREAMERS.ID - Pada Kamis (01/10), Remdesivir dikonfirmasi akan menjadi obat untuk penanganan pasien COVID-19. Obat ini juga telah tersedia di Indonesia, dan akan disebarkan ke seluruh wilayah di tanah air karena diharapkan dapat menekan angka kematian akibat virus corona.
Namun, walaupun telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan penggunaan darurat obat remdesivir untuk menangani COVID-19 di Indonesia. Obat ini juga menimbulkan efek samping, dari yang ringan hingga berat.
“Diduga akan memengaruhi liver dan ginjal,” kata Erlina selaku dokter spesialis paru.
Dia melanjutkan, bahwa ada dugaan yang menemukan bahwa remdesivir dapat meningkatkan kadar enzim hepatik. Untuk itu, Erlina menekankan, pasien dengan masalah liver dan ginjal tidak disarankan untuk menjalani pengobatan dengan remdesivir.
Baca juga: Ini Kata Dokter Ahli Soal Obat Remdesivir, Dapat Menghambat Virus COVID-19?
Karena hal tersebut, ada beberapa kriteria pasien COVID-19 yang diperbolehkan untuk menggunakan remdisivir, yaiti tidak memiliki alergi, tidak memiliki kelainan liver, dan tidak memiliki kelainan ginjal.Dilansir dari Medine Plus, ditemukan bahwa sebanyak 23 persen dari pasien mengalami efek samping serius seperti syok sepsis, gangguan hati, hingga cedera ginjal akut saat menggunakan obat tersebut.
Dalam catatannya, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat juga menemukan pasien yang mengalami peningkatan kadar enzim di hati setelah mendapatkan pengobatan remdesivir secara intravena. Peningkatan kadar enzim di hati dapat memicu peradangan dan kerusakan sel-sel yang ada di dalam liver.
FDA juga mencatat, remdesivir dapat menyebabkan reaksi alergi yang serius. Beberapa reaksi diantaranya, seperti tekanan darah rendah, perubahan detak jantung, sesak napas, pembengkakan pada wajah, ruam, mual, muntah, berkeringat, dan menggigil.
(Rie127)