DREAMERS.ID - Dilansir dari CNN, sejak virus corona dinyatakan sebagai pandemi orang-orang lebih rentan mengalami sindrom patah hati atau biasa yang disebut dengan Broken Heart Syndrome.
Sindrom patah hati ini terjadi ketika otot jantung melemah, sehingga menyebabkan nyeri dada dan sesak napas, seperti mendapatkan serangan jantung. Dalam beberapa kasus, sindrom patah hati dapat menyebabkan kematian, tapi pada umumnya pasien dapat pulih dalam beberapa hari atau minggu.
Berdasarkan studi di Ohio, Amerika Serikat peneliti menemukan sindrom patah hati semakin meningkat ditengah pandemi virus corona. Penelitian ini mengamati 1.914 pasien yang dirawat selama pandemi. Semua pasien juga mengikuti tes virus corona, tapi mendapatkan hasil yang negatif.
Baca juga: Ada Puluhan Artis Korea Dinyatakan Positif COVID-19 Sepanjang 2021
Penelti kemudian menyimpulkan bahwa peningkatan sindrom patah hati terjadi karena tekanan psikologis, sosial, ekonomi karena pandemi seperti isolasi, kurangnya interaksi, menjaga jarak, dan faktor ekonomi yang memberatkan kehidupan.Selain itu, kondisi kesehatan mental masyarakat selama pandemi virus corona memang sudah menjadi perhatian di sejumlah negara termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Dampak pandemi pada kesehatan mental masyarakat sudah sangat memprihatinkan”. kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari CNN.
(Rie127)