DREAMERS.ID - Utang Garuda Indonesia sempat jadi polemik dan sorotan, belum lagi isu pramugari-pramugari yang jadi simpanan petinggi perusahaan atau yang santer disebut ‘gundik’. Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra pun angkat bicara.
Irfan mengatakan memang ada beberapa pinjaman yang akan jatuh tempo, namun ia menyebut hal itu tidak mengganggu operasi perusahaan meski tidak mengatakan jumlah besaran utangnya berapa. Ia juga akan berkoordinasi dengan semua pihak untuk menyelesaikannya.
"Betul, memang kita menghadapi situasi keuangan di mana beberapa pinjaman jatuh tempo. Tapi kita kerja keras memastikan tidak mempengaruhi operasi," katanya. Tapi gini kita tetap optimistis, lagi diskusi dengan banyak pihak, melakukan bridging, dan didukung juga oleh temen-temen dari kementerian, soal utang ini, restructure lah,"
"Kita semua orang punya credential, capability, untuk melakukan ini. Saya punya keyakinan Pak Fuad, Direktur Keuangan kami, punya kemampuan yang sangat menakjubkan dalam mengelola itu. Yang penting, Anda lihat masih terbang nggak? Kalau terbang berarti persoalan utang berarti diselesaikan dalam ruangan tutup," paparnya.
Baca juga: Garuda Indonesia dan Citilink Layani Hingga 22 Ribu Penumpang Libur Akhir Tahun
Sementara itu Komisaris Independen Garuda Indonesia Yenny Wahid merespon isu ‘gundik’ yang jadi sorotan publik bahkan hingga kini. Isu itu dinilai sangat merugikan karena membuat citra pramugari Garuda jelek."Saya nggak mau pakai istilah itu (gundik), itu melecehkan sekali pramugari. Satu-dua kasus terjadi tapi yang kena semua, kasihan ribuan awak kabin kita yang profesional, perempuan-perempuan terhormat, perempuan-perempuan yang punya martabat tapi mereka jadi korban pelecehan penumpang karena dianggap image sama," jelasnya.
"Bahwa satu-dua kasus itu disikapi oleh perusahaan dan terus kita perbaiki tapi jangan samakan awak kabin Garuda dalam satu kategori yang sama," terangnya. "Kalau ada masukan berikan kepada “Garuda kalau dianggap menyalahi norma dan etika kami akan berikan sanksi, jelas. Karena memang ada pasal aturan perusahaan semua karyawan diberikan contoh yang baik apalagi mereka dalam posisi front line,"
"Intinya para awak kabin ada permasalahan sama-sama tahu. Ke depan perlu membangun sistem lebih transparan bahwa ke depan aturan perusahaan betul-betul diikuti tidak ada lagi keluhan-keluhan bahwa ada special treatment karena kedekatan-kedekatan pribadi. Semua didasarkan standar yang jelas, kriteria yang jelas bahwa orang naik pangkat karena memang punya kompetensi ke sana," paparnya.
(rei)