DREAMERS.ID - Pada (10/10) Menteri Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto megalami kejadian yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit akibat tragedi penusukan di bagian perut oleh orang tak dikenal ketika berkunjung di Pandeglang, Banten.
Berdasarkan video yang beredar, pelaku menusuk Wiranto ketika baru saja keluar mobil. Saat itu Wiranto langsung dilarikan ke RSUD Berkah Pandeglang untuk mendapatkan pertolongan medis. Banyak orang yang menyaksikan kedatangan dan penusukan Wiranto tersebut.
Sayangnya, banyak juga anak-anak di bawah umur yang turut menyaksikan kejadian penusukan tersebut. Hal ini kemudian menjadi perhatian publik, apalagi terdapat beberapa anak-anak yang tengah mendekat ketika kejadian berlangsung.
Baca juga: Momen Wiranto Keluar RSPAD Sementara untuk Perpisahan di Kemenko Pulhukam
Dilansir dari Medical Express para peneliti di Pusat Penelitian Fungsional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) di Columbia University Medical Center telah menunjukkan bahwa menonton program kekerasan dapat menyebabkan bagian otak menekan perilaku agresif.Sebuah makalah oleh ilmuwan Columbia juga menunjukkan bahwa terdapat jaringan otak bertugas untuk menekan perilaku agresif tidak beralasan dan kurang aktif. Perubahan ini bisa membuat seseorang kesulitan mengendalikan perilaku agresif.
Temuan sekundernya, setelah melihat kekerasan berulang kali, area otak yang terkait menjadi lebih aktif. Artinya, tayangan atau kejadian kekerasan bisa mengurangi kemampuan otak untuk menghambat proses informasi yang berhubungan dengan perilaku.
“Temuan kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa menonton media yang menggambarkan kekerasan memang memengaruhi pemrosesan di bagian otak yang mengontrol perilaku seperti agresi. Ini adalah temuan penting, dan penelitian lebih lanjut harus meneliti dengan sangat cermat bagaimana perubahan ini mempengaruhi perilaku kehidupan nyata”. kata Christopher Kelly.
(Rie127)