DREAMERS.ID - Prabowo Subianto mendapat banyak pujian dari berbagai pihak terkait pertemuannya dengan Presiden Terpilih Joko Widodo di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Namun ia ternyata juga mendapat banyak kritik, bahkan dari lingkaran di dalamnya.
Saat memberi pernyataan pers di Stasiun MRT Senayan, Jokowi dan Prabowo sepakat agar para pendukungnya bersatu sebagai rakyat Indonesia. Tidak ada lagi istilah 01 atau 02 atau cebong dan kampret. Selain mengucapkan selamat untuk Jokowi, Prabowo juga mengatakan siap mendukung dan melontarkan kritik dalam kepemimpinan Jokowi kelak.
"Saya mengerti banyak yang mungkin masih emosional. Kita mengerti banyak hal yang kita harus perbaiki. Intinya saya berpendapat bahwa antara pemimpin kalau hubungannya baik kita bisa saling ingatkan. Kalau beliau mau ketemu saya ya saya akan manfaatkan untuk menyampaikan hal-hal demi kebaikan bersama. Jadi saya ucapkan selamat bekerja," kata Prabowo.
Kritikan datang dari PKS yang menyayangkan Prabowo tidak menyerukan sikap oposisi saat pertemuan tersebut. "Pertemuan antar-pemimpin membawa kesejukan. Dan akan baik jika Pak Prabowo menyatakan #KamiOposisi," kata Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera.
"Jika pertemuan tidak diikuti dengan deklarasi #KamiOposisi, akan membuat kekecewaan pendukung. Dan PKS yakin Pak Prabowo dan pendukungnya akan bersama #KamiOposis, karena oposisi itu baik dan oposisi itu mulia," katanya.
Baca juga: 'Belanja Aneh' Menhan Prabowo, Ada Dorongan Dari Presiden Jokowi?
Kritikan lebih keras justru datang dari Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang menyatakan tidak lagi bersama Prabowo pasca-pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra itu dengan Presiden Jokowi. "PA 212 sudah kembali kepada khitoh semula, yaitu sudah tidak lagi bersama partai mana pun, juga Prabowo atau BPN (Badan Pemenangan Nasional)," kata juru bicara PA 212 Novel Bamukmin."Sudah tidak lagi bersama Prabowo-Sandi, juga BPN-nya, karena kami tidak bisa toleransi terhadap kecurangan, bahkan sampai korban nyawa, baik tragedi berdarah 21-22 Mei 2019 atau petugas KPPS kurang-lebih 500-an lebih yang wafat tidak wajar," ucapnya.
Sementara itu Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais juga angkat bicara. Dia mengaku tidak tahu menahu soal bagaimana pertemuan itu bisa terjadi, mengutip Detik.
"Sama sekali belum tahu. Makanya itu, mengapa kok tiba-tiba nyelonong?" kata Amien, kepada wartawan di kediamannya di Condongcatur, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (13/7).
"Mengenai ini saya harus hati-hati, karena saya termasuk sangat dekat dengan Mas Prabowo, jadi sebelum saya memberikan komentar apapun nanti, itu saya akan tanya dulu apa betul pertemuan itu sudah membahas rekonsiliasi, apalagi sampai membahas kursi dan lain-lain, tentu saya akan dengar dulu," jelas Amien.
"Jadi saya kira gitu dulu, anda bersabar, Senin jam 2 siang saya di Jakarta, saya akan kasih secara agak tuntas dan saya tak mungkin saya ngomong tentang Prabowo, sahabat saya, yang kami jagokan sebagai capres," kata Amien. "Tadi di MRT sudah dengan Pak Jokowi sudah pelukan, sudah makan bersama, di gambar layarnya ada Semar, Gareng, Petruk dan lain-lain, itu nanti kita lihat,"
(rei)