DREAMERS.ID - Festival kue bulan atau Zhong Qiu Jie dalam bahasa mandarin merupakan salah satu festival yang cukup popular bagi masyarakat tionghoa. Festival ini jatuh pada hari kelima belas bulan kedelapan menurut kalender hari raya masyarakat Tionghoa.
Festival ini sudah dirayakan sejak 3000 tahun yang lalu, tepatnya pada zaman Dinasti Song. Tidak hanya di Tiongkok, festival ini juga dirayakan oleh warga Asia termasuk Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura dan Vietnam, bahkan Indonesia.
Festival yang dirayakan pada saat bulan purnama tersebut juga memiliki sebuah sejarah bagaimana terjadinya perayaan hari raya kue bulan yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa tersebut.
Konon, pada jaman dahulu kala terbitlah 10 matahari dilangit yang menimbulkan kekeringan. Kemudian, seorang pemanah bernama Hou Yi pergi untuk memanah 9 matahari sehingga menyisakan 1 matahari di langit.
Hou Yi pun dianggap sebagai pahlawan dan dihadiahkan obat untuk hidup yang abadi oleh seorang yang suci. Namun, Hou Yi tidak ingin hidup abadi tanpa ditemani oleh istrinya yang bernama Chang'e. Dia pun memberikan obat tersebut kepada istrinya untuk disimpan.
Suatu hari, murid Hou Yi yang mengetahui hal tersebut datang ke rumahnya saat Hou Yi sedang tidak berada dirumah. Ia pun memaksa Chang'e untuk memberikan obat tersebut. Chang'e tidak ingin memberikan obat tersebut karena ia takut obat itu akan jatuh ke tangan yang salah, dan dengan terpaksa Chang’e pun meminum obat keabadian tersebut.
Setelah ia meminum obat tersebut, tiba-tiba Chang'e merasa tubuhnya menjadi sangat ringan dan secara perlahan ia pun terbang ke angkasa hingga akhirnya mendarat kebulan.
Pada saat Hou Yi pulang dan mengetahui apa yang terjadi, ia pun sangat sedih. Lalu Hou Yi membuat sebuah altar untuk mengenang istrinya yang sudah menjadi Dewi Bulan.
Di altar tersebut, Hou Yi meletakkan makanan kesukaan Chang'e dan buah-buahan segar sebagai bentuk persembahan kepada istrinya yang berada di bulan. Para tetangga pun ikut bersimpati atas kejadian tersebut dan mengenangnya dengan memakan kue bulan bersama. Konon, kecantikan Chang'e akan terlihat dari bumi pada waktu bulan dalam keadaan paling penuh dan paling terang.
Pada masa Dinasti Ming, kue bulan juga dijadikan sebagai alat intilejen untuk menyelipkan kertas yang berisi pesan rahasia. Meskipun dulu kue bulan hanya dianggap sebagai bentuk persembahan dan mengenang sang Dewi Bulan, namun pada masa sekarang kue bulan sudah menembus batas identitas karena siapapun dapat menikmatinya.
(Rie127)