DREAMERS.ID - Kanker masih menjadi salah satu momok menakutkan di dunia kesehatan dan kehidupan manusia karena belum ditemukan obat spesifiknya. Proses kemoterapi pun sebenarnya mematikan sel kanker, sekaligus sel sehat dari si penderita.
Namun melansir Liputan6, tim ilmuwan Israel mengklaim jika kemungkinan mereka bisa mengembangkan sebuah pengobatan kanker di tahun 2020. Perawatan itu dikembangkan oleh Accelerated Evolution Biotechnologies di bawah CEO Dr. Ilan Morad.
"Kami percaya akan mengembangkan pengobatan lengkap untuk kanker dalam setahun ke depan," ujar Kepala Dewan Perusahaan Dan Aridor.
Penyembuhan yang ditawarkan pun diklaim efektif sejak hari pertama dan akan berlangsung beberapa serta tidak memiliki efek samping yang besar dan disebutkan biayanya juga jauh lebih rendah daripada perawatan lainnya.
Baca juga: Kata Pakar Soal Bahasa Tubuh Kate Middleton Di Video Pengumuman Kankernya
Para ilmuwan menamakan pengobatan ini dengan MuTaTo atau Multi Target Toksin. Mereka mengklaim, konsep yang digunakan sama dengan obat yang membantu mengubah AIDS menjadi penyakit yang bisa ditangani.Perawatan ini menggunakan kombinasi peptida (senyawa dua atau lebih asam amino yang dihubungkan dalam sebuah rantai) yang menargetkan kanker dan racun yang membunuh sel kanker. Dengan cara itu, Morad memastikan pengobatan tidak akan terpengaruh oleh mutasi.
Namun penelitian ini mendapat kritik dari ilmuwan lain. Kepala Perlmutter Cander Center di NYU Langone Health, Amerika Serikat, Dr. Ben Neel mengatakan, kanker merupakan penyakit yang kompleks. Sehingga, sangat kecil bahwa perusahaan ini telah menemukan obat kanker yang bisa menyembuhkan lebih dari satu infeksi.
"Lebih mungkin, klaim ini adalah satu lagi dari garis panjang janji palsu, tidak bertanggung jawab, dan kejam untuk pasien kanker," ujar Neel kepada The Post.
Kepala petugas medis American Cancer Society, Len Lichtenfeld mengatakan, harapan memang harus dibagikan, namun pengobatan efektif bagi kanker masih jauh. Apalagi untuk benar-benar menyembuhkan. Selain itu, Lichtenfeld mengatakan bahwa para ilmuwan tersebut belum mempublikasikannya dalam literatur ilmiah.
se