DREAMERS.ID - Di era digital ini, sudah menjadi hal umum jika menggunakan media sosial untuk saling memamerkan kemesraan dengan pasangan masing-masing. Dengan pose mesra, untaian kata-kata romantis hingga bombardir emoji hati.
Seperti misalnya kemesraan Gisel dan Gading Marten yang sering dipamerkan di media sosial Intagram. Tetapi pakar hubungan mengatakan bahwa kehidupan indah yang tampak di sosial media, belum tentu manis juga di dunia nyata.
Pakar hubungan dan seksolog Nikki Goldstein mengatakan bahwa pasangan yang melebih-lebihkan kemesraan mereka di media sosial bisa jadi untuk menutupi ketidaknyamanan dan keretakan dalam rumah tangga. Ini cara mereka untuk menunjukkan ke teman-teman di media sosial bahwa dia baik-baik saja.
Baca juga: 5 Manfaat Positif dari Melakukan 'Digital Detox', Apa Itu?
"Seringkali orang yang berlebihan di media sosial mencari validasi untuk hubungan mereka dari orang-orang di media sosial. Banyaknya like dan komentar bisa menjadi validasi bahwa seseorang tengah berjuang, dari situlah mereka merasa bisa bangkit, bukan dari pasangannya, melainkan dari komentar orang lain," jelas Nikki seperti dikutip Daily Mail Australia.Nikki pun melihat fenomena relationship selfie, di mana mengambil momen bersama kemudian langsung diunggah di Instagram. Sebelum di-posting, foto tersebut harus diedit dengan filter terlebih dahulu plus hashtags panjang lebar.
Nikki mengungkapkan bahwa akan lebih menyenangkan jika mengambil foto untuk membuat kenangan bukan bermaksud pamer di Instagram. "Aku pikir, mengapa tidak mengambil foto karena ingin dijadikan kenangan dan momen yang bisa dilihat lagi nantinya?" Nikki mempertanyakan.
Nikki menambahkan bahwa hashtag dengan label #myboy, #mygirl atau #mylove menunjukkan kepemilikan. Hal tersebut bisa menjadi tanda insecure dan posesif dalam hubungan.
(nou)