DREAMERS.ID - Dampak dari gempa disertai tsunami di kawasan Sulawesi Tengah memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa kembali normal. Dan nyatanya, peneliti awalnya tidak menyangka jika gempa berkekuatan 7.4 SR itu mampu menyebabkan tsunami besar.
Peneliti geofisika kelautan Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Nugroho Dwi Hananto mengatakan jika gempa tersebut seharusnya tidak menyebabkan tsunami setinggi 3 meter.
Belum lagi mengingat pergerakan mendatar tidak secara efektif bisa mengakibatkan tsunami. Nugroho kemudian mencontohkan gempa di Wharton pada tahun 2012 yang berkekuatan 8,5 SR tapi hanya menghasilkan tsunami setinggi 30 cm, mengutip CNN.
"Kalau ukuran parameter, gempa tersebut masih tergolong kecil dalam konteks penyebab tsunami itu kecil. Para ahli tidak menyangka kalau gempa dengan mekanisme (pergerakan) seperti itu dan besarnya demikian akan bisa menghasilkan tsunami," ujar Nugroho.
Baca juga: Update Gempa Bandung-Garut, Benarkah Berhubungan Dengan Megathrust?
Meski belum bisa dibuktikan secara ilmoah, Nugroho menduga ada dua faktor penyebab tsunami 3 meter itu. Yang pertama adalah bentuk geomorfologi teluk Palu hingga Donggala yang mengamplifikasi kekuatan tsunami karena dasar laut di teluk ini sangat curam, melebihi 60 derajat sehingga bisa juga mengakibatkan longsor sehingga terjadi tsunami.Faktor kedua adalah bentuk teluk Palu terlihat seperti kanal tertutup sehingga bisa mengamplifikasi kekuatan massa air laut yang datang.
”Para ahli setuju bentuk teluk Palu seperti kanal tertutup. Kalau dilihat di peta, teluk Palu menjorok ke dalam. Seperti saluran air selokan yang ujungya satu terbuka dan satu tertutup. Kalau digelontorkan air dari ujung yang terbuka, di ujung yang tertutupnya pasti muncrat," ucapnya.
Lalu bagaimana dengan tipe sesar mendatar yang ada di Palu yang disebut patahannya tidak menyebabkan tsunami besar? mekanisme sesar Palu-Karo adalah tidak sepenuhnya mendatar juga bergerak secara vertikal. Oleh karena itu hal ini juga bisa mengakibatkan bibit gelombang Tsunami.
(rei)