DREAMERS.ID - Masyarakat cemas dan ramai membicarakan kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang hampir mencapai 15 ribu. Tidak sedikit masyarakat yang mencemooh bahkan memprotes keras melemahnya rupiah saat ini yang disebut-sebut bisa mengulang titik angka pada krisis moneter tahun 1998.
Presiden Jokowi pun angkat bicara dengan mengatakan jika kenaikan nilai tukar rupiah ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga pada mata uang negara lain. Ia juga mengatakan jika penyebab kali ini bukanlah masalah internal seperti pada tahun 1998, namun lebih kepada faktor eksternal.
Seperti kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, dan krisis yang melanda Turki serta Argentina.
"Tidak hanya negara kita, Indonesia, yang terkena pelemahan kurs, tidak hanya Indonesia," ujar Jokowi. "Ini faktor eksternal yang bertubi-tubi. Saya kira yang paling penting kita harus waspada, kita harus hati-hati,"
Baca juga: Resmi, Menhan Prabowo Sandang Bintang 4 Di Pundaknya
Mengutip Kompas, Untuk menguatkan rupiah kembali, menurut Jokowi, pemerintah akan terus meningkatkan koordinasi di sektor fiskal, moneter, industri, dan para pelaku usaha. Ia juga memberi target kepada jajarannya untuk memperbaiki transaksi dengan menggenjot ekspor dan investasi dalam negeri."Dengan investasi dan ekspor yang meningkat, kita bisa menyelesaikan defisit transaksi berjalan, kalau ini selesai, itu akan menyelesaikan semuanya," ujar Jokowi. "Target saya sudah berikan agar dalam satu tahun, betul-betul ada perubahan di penyelesaian defisit transaksi berjalan,"
"Ini saya sampaikan kepada kementerian, baik ke swasta maupun kepada BUMN, agar lokal konten diperhatikan, kalau bisa pakai semua komponen dalam negeri, ada penghematan 2 miliar dollar AS sampai 3 miliar dollar AS," ujar Jokowi.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, kurs Rupiah terhadap Dolar AS menyentuh level terendah dalam lima tahun terakhir ke posisi Rp 14.935 per Dolar AS pada penutupan perdagangan, hari Selasa (4/9) kemarin.
(rei)