DREAMERS.ID - Reformasi ekonomi kadang jadi momok menakutkan untuk sebuah negara jika berujung inflasi. Terlebih pada negara yang mengalami hiperinflasi, harga barang ‘sepele’ yang harusnya sangat murah di negara lain, bisa menjadi super mahal.
Melansir Liputan6, fenomena hiperinflasi melanda Venezuela yang baru saja memperkenalkan reformasi ekonomi di mana para ekonom Dana Moneter Internasional atau IMF memperingatkan jika inflasi Venezuela bisa melebihi satu juta persen tahun ini.
Hiperinflasi yang dialami Venezuela ini menyebabkan harga-harga berputar tak terkendali, plus jatuhnya nilai mata uang. Efek nyatanya, masyarakat harus membawa ‘bergepok-gepok’ uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Cerita Warga Indonesia di Venezuela yang Makan di Restoran Seharga 1.7 Miliar Akibat Hiperinflasi
Harga kebutuhan sehari-hari itu meningkat tajam karena inflasi terlalu tinggi. Sebagai contoh, seekor daging ayam seberat sekitar 2.4 kilogram dijual dengan harga 14 juta bolivar (mata uang Venezuela). Secara teori, harga harusnya berfluktuasi tergantung pada keseimbangan penawaran dan permintaan.Inflasi adalah istilah untuk kenaikan harga, sementara deflasi menggambarkan harga yang jatuh. Hiperinflasi terjadi ketika harga naik begitu liar, sehingga membuat konsep inflasi tidak masuk akal. Fenomena ini biasanya menghancurkan daya beli masyarakat sehingga mendorong penumpukan barang karena tidak ada yang membeli.
Kurangnya kepastian harga ini juga menghapus hal-hal ‘normal’ antara pembeli dan penjual. Contohnya adalah sejumlah restoran di Venezuela tak lagi memiliki menu dengan harg tercetak.
Sementara beberapa supermarket telah menghapus harga-harga dari rak. Selain itu juga banyak orang lebih memilih menggunakan kartu sebagai alat pembayaran daripada uang tunai.
(rei)