DREAMERS.ID - Kesamaan dari kasus bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo adalah para pelaku dewasa melibatkan anak-anak sebagai pelaku atau bomber. Dalam mindset atau pemikiran para bomber ini sekeluarga akan masuk surga jika berani melakukan bom bunuh diri.
Tapi ternyata ada satu anak teroris yang menolak didoktrin oleh orang tuanya, yaitu putra kedua Ferdiantono, pelaku dan pemilik bom yang meledak di Rusunawa Wonocolo. Anak laki-laki itu berbeda pendapat dengan orang tuanya dan tak lagi tinggal bersama.
"Anaknya ada yang enggak mau tuh yang laki-laki, yang di Wonocolo, dia enggak mau," ujar Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Machfud Arifin dalam jumpa pers di Mapolda Jawa Timur, Selasa (15/5).
Sementara dua anak Anton lain yang turut jadi korban di rusun, dididik dengan cara homeschooling dan tak pernah mencoba pendidikan di sekolah formal. Melansir Kumparan, perlakuan Anton terhadap anaknya pun berbeda."(Anak kedua) malah sekolah biasa, dia ikut neneknya. Tapi yang dua disayang," jelas Machfud.
Ia cenderung lebih menyayangi anak-anak yang mau menurut dengannya. Pernyataan Kapolda ini pun dibenarkan oleh seoarng tetangga Anton bernama Upit. Ia menceritakan jika anak kedua Anton telah lama tinggal bersama kakek-neneknya.
"Anak keduanya tinggal sama kakek dan neneknya di rusun sebelah, enggak pernah tinggal sama orang tuanya," kata Upit.
(rei)