DREAMERS.ID - Heboh fenomena di dunia pangan Indonesia soal penemuan cacing parasit jenis Anisakis simplex. Awalnya, cacing ini ditemukan di tiga merek impor, namun belakan ditemukan pula di belasan produk lokal dan diperintahkan ditarik dari peredaran oleh BPOM.
Menanggapi hal tersebut, peneliti ikan Pusat Penelitian (Puslit) Oseanografi Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Fahmi, mengatakan, bukan hal yang mengagetkan apabila ikan terinfeksi cacing parasit seperti kasus yang heboh saat ini, mengutip Kompas.
Alasannya adalah, perairan juga tak hanya dihuni oleh ikan saja, tapi ada organisme lain di dalamnya. Jika ikan tersebut tinggal di habitat yang sama dengan cacing parasit, bukan hal aneh jika peluang cacing juga akan ada di ikan-ikan.
Misalnya cacing Anisakis simplex ini keberadaanya tersebar luas di Samudra Pasifik dan perairan tropis lain, bahkan sampai Antartika,” ujarnya melalui pesan singkat.
Ikan Makarel Pasifik atau Chub Makarel (Scomber japonicas) umumnya memang dijumpai di Samudera Pasifik. Di antaranya di perairan negara India, China, Jepang, Korea, dan India. Ikan makarel juga mendiami perairan tropis. Menurut sumber dari laman BPOM pun, ikan yang umumnya tercemar cacing ini berasal dari perairan Cina.
Fahmi menjelaskan lebih lanjut jika penemuan cacing parasit membuktikan kondisi ikan yang masih mentah, sehingga dihimbau untuk dimasak terlebih dulu. Bagian tubuh ikan yang biasa disusupi cacing adalah usus, karena itu disarankan bagian perut untuk dibersihkan tuntas.
Namun tidak menutup kemungkinan jika infeksi cacing menjalar hingga ke daging. Fahmi berpesan, "Setiap membeli ikan segar, kotoran dan isi perut ikan dibuang dulu. Baru dimasak sampai matang.”
(rei)