Venezuela hari ini berkabung dengan meninggalnya Presiden Hugo Chavez. Pemimpin revolusioner ini akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya setelah dua tahun berjuang melawan kanker yang dideritanya.
Kepergian pria yang telah memimpin 14 tahun di Venezuela, menjadikan pemimpin yang beraliran sosialis ini menjadi sosok pahlawan bagi masyarakat miskin, walaupun tak sedikit lawan politik yang membenci dirinya.
Pria flamboyan berusia 58 tahun ini telah menjalani empat operasi kanker di Kuba. Kankernya pertama kali terdeteksi di daerah pinggul pada pertengahan 2011. Operasi terakhir adalah pada 11 Desember dan sejak itu ia tidak pernah terlihat lagi di depan umum.
“Kami baru saja menerima informasi paling tragis dan menyedihkan pada 4.25 pm (waktu setempat EST) hari ini. Tanggal 5 Maret, Presiden Hugo Chavez Frias meninggal,” ungkap Wakil Presiden Nicolas Maduro mengumumkan dalam pidato televisi, dengan suara tersedak seperti dilansir dari Reuters.
“Ini adalah rasa sedih yang mendalam,” tuturnya.
Chavez dengan mudah memenangkan masa jabatan enam tahun pada pemilu Oktober lalu dan kematiannya akan menghancurkan jutaan pendukung yang memuja gaya karismatik, retorika anti AS dan kebijakan pembiayaan minyak yang berujung pada makanan bersubsidi dan klinik kesehatan gratis yang sejak lama terabaikan.
Lawannya, bagaimanapun, melihat Chavez sebagai seorang diktator egois, yang dengan kesalahan ekonomi statisnya, menyia-nyiakan pendapatan minyak yang bersejarah. Kematian Chavez membuka jalan bagi pemilihan baru yang akan menguji apakah revolusi sosialisnya bisa tetap bertahan tanpa dominasi dirinya.