DREAMERS.ID - Sebuah daerah diharapkan memiliki perkembangan positif mulai dari sumber daya alam mau pun manusianya. Namun jika tidak ada yang mengatur atau anggotanya, bisa jadi daerah tersebut terancam kepunahan karena tak lagi ditinggali.
Seperti yang terjadi di sebuah desa di pegunungan Swiss ini lantaran mulai banyak warganya yang meniggalkan tempat tersebut. Desa Albinen yang terletak di Canton Valais kini hanya ditinggali 240 orang karena sebagian besar penduduknya memilih pindah ke kota.
Untuk mengatasi kekosongan itu, desa yang terletak di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut ini disebut mencoba cara ekstrem untuk menambah penduduknya agar si desa bertahan. Padahal, menurut kepala desa Albinen, Beat Jost, desa itu memiliki karakteristik tenang, pemandangan alam cantik dan banyak sinar matahari.
Baca juga: Begini Kronologi Anak Sulung Ridwan Kamil Hilang Terseret Arus Sungai di Swiss
Dalam beberapa tahun terakhir, sudah ada 8 keluarga dengan total memiliki delapan anak yang menyebabkan sekolah di desa itu tutup. Sekelompok warga pada Agustus lalu merilis petisi agar pemerintah menawarkan uang tunai untuk mereka yang mau pindah ke Albinen.Berdasarkan petisi itu, akan diputuskan pada 30 November mendatang untuk setiap orang yang ingin membangun, membeli atau menetap di sana akan mendapat bantuan. Jika usulan itu diterima dewan pemerintah desa, maka setiap orang dewasa maksimal 45 tahun akan mendapat 20 ribu franc Swiss dan 10 ribu franc Swiss untuk setiap anak.
Artinya, pasangan suami istri dengan dua anak jika pindah ke desa itu akan mendapatkan bantuan uang sebesar 70.000 franc Swiss atau sekitar Rp 960 juta. Namun melansir Kompas, tentu saja untuk mendapatkan uang dengan jumlah lumayan itu ada sejumlah syarat yang harus diikuti.
"Siapa saja yang dalam waktu 10 tahun pergi meninggalkan desa setelah mulai membangun atau membeli rumah harus mengembalikan uang yang mereka terima," kata Jost. "Selain itu, mereka tak bisa membeli rumah kedua dan kelompok investor besar yang ingin membangun kompleks permukiman tak kami terima,"
(rei)