DREAMERS.ID - Kemacetan bisa jadi sudah dianggap ‘lumrah’ di Ibu Kota DKI Jakarta. Namun tak banyak yang menyadari jika kemacetan bisa berpengaruh kepada kondisi dan psikis masyarakatnya. Tak heran kita kerap menemui kekerasan-kekerasan ‘kecil’ di jalan ketika emosi orang mudah tersulut karena hal sepele.
Melanjuti hal tersebut, Jakarta dinobatkan oleh TomTom, sebuah perusahaan di bidang Navigasi dan GPS, sebagai kota dengan tingkat kemacetan paling parah ketiga di dunia. Prestasi yang tidak membanggakan ini turut memberikan data indeks.
Melansir Tirto, Indeks lalu lintas Jakarta mencapai 59%, di bawah Kota Meksiko dengan indeks 66% sementara Bangkok 62%. Arti dari 59% adalah waktu tempuh akan bertambah 59% saat berkendara di Jakarta dibanding waktu normal.
Baca juga: Jakarta Sudah Bukan Ibu Kota dan Alami Kekosongan Hukum Terkait Status Ibu Kota?
Jika dirata-rata dari seluruh pergerakan kendaraan di Jakarta, setiap rute membutuhkan waktu ekstra selama 48 menit per hari atau 184 jam per tahun. Hasil ini sama dengan 7.6 hari per tahun. Artinya, setiap tahun, penduduk Jakarta menghabiskan umur mereka sebanyak satu minggu bermacetan di jalanan ibu kota.Perlu diketahui jika rata-rata indeks lalu lintas 59% ini akan meningkat menjadi 63% pada pagi hari dan melonjak drastis jadi 95% pada petang hari. Nyatanya, keseluruhan total jalan di Jakarta yang hanya 42.703 kilometer tidak sanggup menampung lalu lalang kendaraan Jakarta.
Polda Metro Jaya merilis, sejauh ini ada 69 titik rawan macet di Jakarta, yang dianggap angka yang sebenarnya rendah mengingat betapa lazimnya kemacetan di Ibu Kota Indonesia, DKI Jakarta saat ini.
(rei)