Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
line official dreamers
facebook dreamers
twitter dreamer
instagram dreamers
youtube dreamers
google plus dreamers
Dreamland
>
Berita
>
Article
Cerita Miris Bayi Debora Meninggal di RS karena Tak Bisa Bayar Uang Muka
10 September 2017 12:15 | 1608 hits

DREAMERS.ID - Peristiwa bayi meninggal karena tak menadapat penanganan tepat waktu akibat masalah biaya kembali terjadi di ibukota Jakarta. Bayi Debora meninggal dunia pada Minggu 3 September lalu di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat.

Kisah memilukan ini sempat luput dari perhatian publik, namun akhirnya dibuat viral oleh Birgaldo Sinaga melalui postingan di akun Facebook pribadinya. Sementara orangtua bayi bernama lengkap Taiara Debora, Henny Silalahi dan suaminya Rudianto Simanjorang kini hanya bisa mengenang buah hati mereka dan mengungkapkan penyesalan mereka karena mempercayakan nyawa anaknya pada RS Mitra Keluarga Kalideres.

Henny menceritakan bahwa anaknya sudah seminggu pilek dan tiga hari sebelum meninggal mengalami batuk-batuk. Sempat dibawa ke RSUD Cengkareng untuk pemeriksaan. Dokter di sana kemudian memberinya obat dan nebulizer untuk mengobati pilek Debora.

Kemudian, pada Sabtu malam, Debora mengeluarkan keringat terus menerus. Sampai pukul 03.00 pagi, Henny yang mengganti alas tidur Debora panik ketika melihat bayi mungil itu sesak napas. Tanpa pikir panjang, Henny langsung membangunkan suaminya dan pergi ke RS terdekat, yaitu Mitra Keluarga.

Baca juga: Seorang Ibu Lahirkan Bayi dengan Antibodi Covid-19, Bagaimana Kondisinya?

Debora saat itu langsung mendapat pertolongan pertama dengan melakukan penyedotan (suction) dan dipasangi berbagai macam alat monitor, infus, uap, dan diberikan obat-obatan. "Saya pikir sembuh nih, terus saya dipanggil dokter Irene, dia bilang ini harus masuk pediatric intensive care unit (PICU) karena sudah empat bulan usianya, tetapi dia bilang di sini enggak terima BPJS," kata Henny, mengutip Kompas.

Rudianto dan Henny pun langsung mengurus administrasi agar anak mereka dirawat di ruang PICU. Ia bercerita saat menghadap bagian administrasi dan disodori semacam daftar harga. Uang muka untuk pelayanan itu Rp 19,8 juta. Pulang ke rumah, Rudianto langsung menarik semua uang di ATM yang dimilikinya dan mencairkan sekitar Rp 5 juta.

Namun petugas menyampaikan bahwa karena uang kurang, anaknya tak bisa masuk PICU. Akhirnya, oleh dokter, Rudianto dan Henny dibuatkan surat rujukan ke rumah sakit lain yang memiliki PICU dan menerima BPJS Kesehatan. Semua rumah sakit diteleponnya, mulai dari Hermina, Siloam, RSCM, Harapan Kita, Awal Bros, tetapi tak ada satu pun ruang PICU yang kosong.

“Saya ngadep dokter lagi, dokternya ganti dokter Irfan, saya bilang saya sudah nyari enggak ada yang kosong, saya bilang saya kerja, punya uang, nanti siang saya lunasi, sambil nunggu anak saya dapat rumah sakit, kenapa tidak ditangani di PICU dengan uang Rp 5 juta, saya sudah memohon-mohon," tutur Henny. Namun dokter, perawat, dan petugas administrasi tetap menolak serta meminta uang dilunasi dulu sebesar Rp 11 juta.

Henny pun sempat menemukan relasi yang mengatakan Rumah Sakit Koja bersedia menerima bayinya. Namun takdir berkata lain. Belum sempat dipindahkan, pada Minggu sekitar pukul 10.00 WIB, orangtua mendapat kabar bahwa Debora semakin menurun kondisi kesehatannya. Akhirnya, bayi tersebut pun meninggal dunia.

(fzh)

Komentar
RECENT ARTICLE
Advertise with Us
sales & marketing : sales@dreamers.id
enquiries : info@dreamers.id
Get Our Application for Free
MOST POPULAR
BACK TO DREAMLAND | TOP | View Desktop Version
CONTACT US
Dreamers.id
dreamersradio