DREAMERS.ID - Presiden Perancis Emmanuel Macron sudah jadi pembicaraan sejak menjabat. Mulai dari titel Presiden Perancis termuda dan tampan, sang istri yang terpaut usia 25 tahun juga jadi sorotan karena ternyata adalah sang guru SMA-nya sendiri.
Kini setelah 3 bulan menjabat, publik dikejutkan oleh biaya sang presiden untuk ‘mempercantik’ diri. Laporan majalah Le Point menyebut jika Macron menghabiskan sekitar 26.000 Euro atau setara dengan Rp 414 juta untuk biaya riasan make-up sejak menjabat.
Tak pelak laporan ini menuai hujatan warga Perancis, karena kegiatan merias semacam itu ditanggung oleh negara alias pembayar pajak yang notabene adalah masyarakatnya sendiri. Ditambah lagi, melansir Kompas, pendapatan warga Perancis hanya 25.000 Euro atau Rp 397 juta per tahun.
Via The Washington Post, Sabtu (26/8), dirinci jika biaya selangit itu dibayarkan untuk penata rias bernama Natacha M. Wanita tersebut ditugaskan untuk mempersiapkan penampilan Macron setiap kali akan menggelar konferensi di hadapan publik atau kunjungan kerja ke luar negeri.
Baca juga: Heboh Rumor Ibu Negara Perancis Transgender dan Terlahir Sebagai Pria?
“Ketika rakyat Prancis masih kesulitan, presidennya menghabiskan 23 kali upah gaji minimum untuk wajahnya” kecam Florian Philipot, politisi dari partai Front National yang berhaluan kanan jauh.Juru bicara Istana Elusee langsung menyatakan jika biaya percantik wajah itu akan segera dikurangi setelah angka rincian itu bocor ke publik dan menuai kritikan pedas. Pihak istana mengklaim jika biaya itu sudah jauh lebih sedikit dibanding presiden-presiden sebelumnya.
Dibandingkan dengan pendahulunya, Presiden Francois Hollande yang menghabiskan biaya 9.000 Euro atau setara dengan Rp 143 juta untuk biaya sekali mencukur rambutnya. Sayang, skandal make-up ini muncul untuk Macron di waktu tak tepat.
Survei 100 hari kinerja hanya menunjukkan 36% warga Perancis yang puas. Anjlok dengan tajam dari angka 57% saat ia disumpah sebagai presiden. Macron sendiri memang sudah banjir kritik karena dianggap terlalu sibuk pencitraan agar terlihat sebagai ‘raja’ di hadapan publik.
(rei)