Dreamland
>
Berita
>
Article

Dua Hal Ini Jadi Materi Pembinaan Menarik Para Paskibraka HUT RI Ke-72

13 Agustus 2017 17:00 | 1533 hits

DREAMERS.ID - Tiap tahunnya, putra putri terbaik bangsa dipilih dari setiap provinsi menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pada HUT RI ke-72 minggu depan di upacara Istana Merdeka. Seperti yang diketahui, mereka dibina dalam kegiatan asrama setiap harinya.

Namun ternyata, tak hanya kegiatan baris-berbaris dan pengibran bendera yang mereka pelajari. Dilatih oleh satuan gabungan, pemuda-pemudi tersebut ternyata juga mendapat pelatihan menarik yang mungkin terdengar tidak bersinggungan dengan kegiatan pengibaran bendera, namun jadi bekal fundamental untuk bangsa.

"Nah di dalam gedung kegiatan mereka mulai dari mau tidur sampai dengan bangun tidur, sampai dengan jam 07.00 kita serahkan ke lapangan dari pembina ke pelatih," ujar Ketua Pembina Paskibraka HUT RI ke-72 Suyitno, melansir Detik.

"Setelah dari pelatih dari pukul 17.00 WIB itu dari pelatih dikembalikan ke pembina, nah kami bimbing mereka yang Muslim salat yang non Muslim di kamar, terus kembali ke ruang makan. Setelah itu nanti jam 19.00 WIB ada pembekalan materi lagi, setelah itu nanti apel malam, lanjut setelah itu mereka tidur. Maksimal jam 22.00 WIB harus sudah tidur," jelasnya.

Baca juga: Misteri Meninggalnya Paskibraka Pembawa Baki dari Bali dengan Kondisi Organ dalam Rusak Tiba-tiba

Mereka juga dilatih tentang table manner untuk membentuk karakter, mulai dari tata cara duduk dan tata cara makan. Tak hanya itu, peserta Paskibraka juga diberi materi tentang antikorupsi dan diharapkan dapat menjadi contoh ketika pulang ke daerahnya.

"Mereka juga kita awasi tata cara duduk, tata cara makan, table manner. Materi antikorupsi, narkoba dan bahayanya, kepemimpinan, dan sebagainya. Tempat tingal juga kami pisah, putri sebelah sini, putra sebelah sana, kami pisah," sebutnya.

Di dalam asramanya pun dijadikan media mendidik yang disebut Desa Bahagia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hidup gotong royong dan toleransi ketika kembali ke masyarakat.

"Jadi ada pola pendekatan yang digunakan. Kami menggunakan pendekatan Desa Bahagia dalam membina, di situ ada suatu desa di mana ada kumpulan suatu orang yang di situ ada pimpinan, ada aparat dari desa seperti sekretaris dan sebagainya. Jadi dibagi-bagi siapa bertugas, dan itu ada prosesi pemilihannya, pemilihan lurah di hari kedua. Sehingga proses Desa Bahagia itu bisa berjalan," imbuhnya.

(rei)

Komentar
RECENT ARTICLE
MOST POPULAR
BACK TO DREAMLAND | TOP | View Desktop Version
CONTACT US
Dreamers.id
dreamersradio