DREAMERS.ID - Apa kamu pernah mendengar salah satu menu khas Korea Selatan, sannakji? Makanan ini berisi gurita yang disajikan hidup-hidup. Meski bagi sebagian orang yang telah mencicipinya mengatakan menu ini sangat lezat, namun secara tidak sadar sannakji dapat berpotensi membahayakan karena dapat menyebabkan tersedak jika tentakelnya yang masih bergerak tersebut menempel di kerongkongan.
Tak hanya dari segi kesehatan, belum lama ini sebuah organisasi pecinta binatang internasional, PETA (People for the Ethical Treatment of Animals) mengecam penyajian hidangan ini setelah beberapa waktu lalu melakukan investigasi pada sebuah restoran seafood di Los Angeles.
Image source: youtube
Dalam video singkat yang dilansir Metro, mereka mengungkapkan metode 'barbar’ yang digunakan para chef untuk menyiapkan sannakji. Terlihat bahwa chef restoran memotong tentakel gurita dalam keadaan hidup. Karena hanya menyajikan satu porsi, hanya dua tentakel yang dibutuhkan yang kemudian memotongnya dan mengirisnya kecil-kecil. Bisa terlihta tentakel ini masih bisa bergerak.
Baca juga: Restoran Jjamppong No. 1 dari Korea, Ebiga Jjamppong Hadir di Indonesia
Sementara itu, gurita yang kehilangan dua tentakelnya dibiarkan di atas papan pemotong. Dengan sisa tentakelnya, gurita 'pincang' ini menunggu kematiannya sampai ada orang yang kembali memesannya. Ketika tentakelnya habis, sisa kepalanya juga tak luput dari 'siksaan.' Organ dalamnya dikeluarkan dengan cara dibalik dan gurita ini dibiarkan mati dengan sendirinya.PETA menganggap hal ini termasuk dalam tindakan penyiksaan terhadap binatang karena dilakukan dalam keadaan masih, “Gurita yang dipotong hidup-hidup itu merasakan kesakitan setiap kali pemotongan dilakukan. Ini sama menyakitkannya seperti saat ikan, kaki kelinci, dan babi dipotong satu per satu. Ini adalah hal paling bar-bar yang dilakukan pada hewan." kata ahli cephalopoda, Dr. Jennifer Mather.
Image source: youtube
Dalam video tersebut tak hanya digambarkan tentang kekejaman pada gurita namun juga beberapa hewan laut lain seperti udang dan lobster yang juga disajikan kepada pelanggan saat tubuhnya masih hidup dan bisa bergerak. Melihat penyiksaan tersebut, PETA mengimbau pemerintah Amerika untuk membuat sebuah aturan yang melarang mutilasi hewan, disiapkan, dan disajikan hidup-hidup.
Ahli hewan invertebrata Dr Jaren G. Horsley mengatakan bahwa lobster akan merasakan sakit saat dipotong dan dibuka. Dan lobster akan merasakan paling sakit saat sistem sarafnya dihancurkan.
(nnd)