Kepunahan bukan saja menimpa mahluk hidup. Namun kepunahan juga dialami bahasa. Begitu juga dengan bahasa asli Australia yang sempat hilang. Bahasa Aborigin yang tersingkir pada masa kolonialisasi di Australia akhirnya kembali ditemukan atas kerja keras para peneliti dan misionaris Jerman pada abad ke-19.
Dilansir dari BBC Indonesia, bahasa Kaurna merupakan satu dari bahasa asli yang digunakan penduduk di Adelaide, tetapi mulai menghilang dalam penggunaan sehari-hari di Australia Selatan pada masa awal 1860-an.
Sementara itu, Ivaritji, seorang tetua suku yang diperkirakan merupakan penutur terakhir bahasa Kaurna meninggal pada akhir tahun 1920-an. Tetapi lebih dari 80 tahun kemudian, bunyi yang unik tersebut dihidupkan kembali.
“Ini mengenai identitas diri dan sekaligus identitas budaya. Pertamanya sedikit sulit untuk mempelajarinya dan sangat berbeda dengan bahasa Inggris, yang digunakan oleh kita " ujar Vincent Jack Buckskin, yang membuka kelas sore kursus bahasa bagi suku Aborigin dan murid lainnya.
Baca juga: Inilah Lama Waktu yang Dibutuhkan untuk Mempelajari Berbagai Bahasa di Dunia, Bagaimana Indonesia?
“Bahasa kami dilarang pada 1800-an dan larangan itu tak berlaku sekitar 1980-an ketika seorang ahli bahasa mulai mengerjakan penelitian PhD-nya terhadap revitalisasi bahasa dan kembali mengajarkan bahasa tersebut,” terang Buckskin.Untuk mengembalikan bahasa asli tersebut, para peneliti membuka catatan yang dibuat oleh sekelompok religious dan pejabat kolonial. Selama 18 bulan sejak kedatangan mereka di Australia Selatan pada 1838, para misionaris asal Jerman, Christian Teichelmann dan Clamor Schurmann, membuat kumpulan perbendaharaan kata definitif sekitar 2.000 kata, sekitar 200 kalimat terjemahan dan tata bahasa yang penting.
Pasangan misionaris Jerman itu juga membuka sekolah yang menggunakan bahasa Kaurna sebagai pengantar selama enam tahun sebelum ditutup oleh otoritas yang hanya mengizinkan penggunaan bahasa Inggris.
Diperkirakan sekitar 150 bahasa masih digunakan. Dr Fogarty mengatakan hanya sekitar 6 persen yang sangat kuat dan mereka masih digunakan sebagai bahasa ibu, sementara yang lainnya terancam punah. Masih ada sejumlah tempat aktivitas bahasa di wilayah utara Australia dan wilayah Alice Springs.